yuhana fetri

menjadi guru adalah panggilan jiwa. Menyampaikan ilmu dan mendidik adalah kewajiban setiap individu maka jalan yang paling mulus adalah berprofesi sebagai guru....

Selengkapnya
Navigasi Web
KESETIAAN IBU (Bagian ke -16)

KESETIAAN IBU (Bagian ke -16)

  KESETIAAN IBU (BAGIAN KE-16)

 

Dina gelisah, ia mengaduk-aduk saja mie ayam pesanannya. Bekali-kali ia meneguk air minum di gelas plastik yang disuguhkan oleh pemilik warung ‘Serba Nikmat’ ini . Walau perutnya mulai kembung, karena dari beberapa jam yang lalu belum ada terisi nasi, tetap saja yang dinikmati hanya air putih, bukan mie yang sudah di hadapannya. Tiap sebentar matanya memandang ke jalan, berharap Om Fidel  segera datang sesuai dengan janjinya.

Tadi pagi ia berpapasan dengan laki-laki  yang menjadi tumpuan harapannya.  Dina akan berbelok menuju sekolah,sekitar lima puluh meter dari gerbang. sebuah klakson panjang menghentikan langkah kakinya. Ia segera menoleh ke sumber suara. Senyum lembut di hadiahkan Om Fidel  seraya  menyembulkan kepalanya di jendela mobil. Dina segera menghampiri laki-laki itu.

“Din, Om mau ke kota, ikut nggak,” tawarnya.

“Nggak Om, Dina kan sekolah,” balas Dinas tersenyum manis. Sekalipun Dina tidak memiliki lesung di pipinya, tetap saja cara ia menarik bibirnya dan binar di matanya ketika tersenyum sama dengan Nimas. Sesaat Fidel terpana.

“OK, Om mau beliin yang Om janjikan kemarin, tapi ingat lho, ibumu jangan sampai tahu. Sip?” kata Fidel akhirnya.

“Sip, hati-hati ya, Om,” balas Dina, gadis itu segera beranjak dengan hati yang berbunga-bunga. Senyum mengembang di bibirnya , terbayang di pelupuk mata tidak lama lagi ia akan bersilancar sesukanya di dunia maya. Sebuah harapan dan keinginan yang selama ini disimpannya rapat-rapat.

“Eh, Din, tunggu sebentar!” panggil Fidel lagi.

“Kenapa, Om,” tanya Dina sedikit berteriak.

“Nanti pukul tiga sore, tunggu Om di warung bakso, OK!”  tandas Fidel sambil menstater mobilnya. Dina  mengangguk dan ia tetap berdiri di pinggir jalan untuk  memastikan Fidel benar-benar telah berlalu di hadapannya.  Dina kembali melanjutkan langkah tergesa. Dari jauh tampak Pak sudar telah siap-siap menutup pintu gerbang sekolah. Kalau sampai terlambat ururusannya akan sepanjang jalan Sudirman.

“Din, yang tadi siapanya kamu?” Gita yang menyejajakan langkahnya dengan Dina bertanya sambil tersenyum sinis. Dina menelan ludah, ia berusaha sesantai mungkin.

“Om-ku, emang kenapa?” balas Dina.

“Oh, Om ya, hati-hati lho, hari ini banyak orang yang dekat dengan om-om. Maklum keinginan segudang kemampuan secuil,”sindir Gita.

“Hoii, kalian mau masuk nggak, Bapak akan menutup gerbang ini!” teriak Pak Satpam. Gita dan Dina serta puluhan siswa lain segera berlari.

#YF

Telah satu jam  Dina duduk dengan resah, azan Asyar sudah berkumandang di corong masjid. Om Fidel  Belum juga menampakkan batang hidungnya. Dina mulai sangsi, jangan-jangan ia hanya diberi harapan palsu. Bukankah katanya dulu Om Fidel pernah menyakiti ibu? Tidak mustahil  sekarang ia melakukan hal yang sama. Mungkin saja gen-nya adalah gen pembohong bawaan. Sehingga berkali-kali mengingkari janjinya.

Wajah Dina seperti kerupuk di siram air, melempem. Pengunjung warung telah sekian oang datang dan pergi, sedang gadis itu tetap menunggu dengan bingung. Apalagi sepintas tadi netranya menangkap bayangan Gita, temannya yang paling suka ikut campur urusan orang lain.

 Coba kalau ado HP, pasti tidak membosankan.  Kata teman-temannya kalau sedang bergelut dengan benda pipih itu, waktu dua jam hanya terasa sekejab. Tidak seperti yang ia alami sekarang, menunggu lima menit saja terasa sudah berjam-jam. Apalagi ia sudah menunggu hampir dua jam, coba sudah terasa berapa? Dina memutuskan ia tidak akan menunggu. Ia bangkit dari kursinya  menuju kasir.

“Hai Dina, maaf, kamu lama menunggu,ya,” sebuah suara ramah tiba-tiba menerbangkan kekesalan Dina. “tadi Om bertemu teman lama, sewaktu Om masih SMA, dia maksa  Om untuk singgah di gerainya,” jelas Om Fidel. Napas laki-laki ramah itu tampak agak sesak.

“Nggak pha-pha Om, saya tadi  nyangka Om nggak datang,”ujar Dina sumringah.

“Pasti datang dong, Om udah janjikan?” kata Fidel sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Dina.

“Pesan apa, Om?” tawar Dina. Gadis itu berdiri memanggil pelayan.

“Ah, nggak, Om kenyang,” kata Fidel. Laki-laki itu segera mengeluarkan bingkisan dari tas-nya. Ia meletakkan di meja. “Boleh kamu buka sekarang!” lontar Fidel.

“Nggak usah dibuka sekarang, Om, saya khawatir ibu telah cemas menunggu,” tolak Dina

“Ya, udah, kamu pasti bisa mengaktifkannya, silakan ambil dan pulanglah,” kata Fidel menganngsurkan bingkisan itu ke hadapan Dina. Gadis  terharu, tidak pernah ia membayangkan akan mendapat hadiah sehebat ini. Tangan mereka hampir bersentuhan di meja.

“Terima kasih ya, Om!” Mata  gadis itu berair saking bahagianya. Ia segera melangkah keluar, setelah membayar pesanannya.

#YF

“Dina, ibu perhatikan akhir-akhir ini Kamu selalu terlambat pulang sekolah. Nggak baik anak gadis kelayapan. Kalau misalnya ada  tambahan jam untuk persiapan ujian, beri tahu ibu dong,” Nimas menyodorkan air putih hangat dan sepiring nasi.

“Terima kasih, Bu, Dina tadi udah beli mie, sekarang nggak lapar,” balas Dina, ia ingin segera mendarat di kasurnya sambil mengotak atik benda impiannya tadi.

“Jangan lupa shalat dulu, baru istirahat,”perintah Nimas sambil menggeleng-geleng kepalanya. Nimas merasa ada yang aneh dengan sikap Dina, seperti menyimpan sesuatu . Cara ia bicara dan tatapnya tidak lagi serupa dengan yang kemarin, tampak lebih tertutup. Nimas mendesah, ia hanya mengadukan segala beban pikirannya kepada Sang Pemilik hati, semoga Dia menjaga putri tersayangnya.

Dina melirik jam tua yang tergantung di dinding kamar, jam menunjukkan angka sebelas.  Hawa dingin sudah mulai menyapa pipinya, tapi Dina masih asyik saja membelai gadjednya.  Suara mesin jahit ibu sudah dari tadi tidak terdengar. Setiap malam ibu menjahit sampai pukul sepuluh kalau Doni tidak rewel. Rengekan Doni pun sudah menghilang dari pendengaran. Barangkali ia sudah terlelap di pangkuan Ibunya.

Dina tenggelam dalam keasyikan. Kadang ia tertawa melihat postingan lucu atau menangis saat membaca cerita yang  menusuk-nusuk nuraninya. Pokoknya ia memuaskan diri meneguk segala hidangan si aplikasi biru itu. Kalau orang tua di kampung mengatakan seperti sikudung mendapat cincin.

Tepat pukul dua belas malam, Dina sudah berniat mengucapkan selamat malam kepada mainan barunya. Namun berita anak orang terkenal di negeri ini mampu mengurungkan niatnya. Walau ia tahu tidak ada untungnya sama sekali bagi dirinya, untuk dicontoh juga tidak, tetapi ia seperti tersihir untuk mengikuti kisah –kasih yang berapi-api.

Dina menscroll  dengan sentuhan tangannya di layar ajaib itu, ia mencari  berita yang tengah asyik dibaca lalu menghilang. Entah apa yang tersentuh oleh tangannya, Dina sangat kesal. Padahal tadi ia kepo apa alasan laki-laki itu meninggalkan kekasihnya yang sudah berjuang mati-matian untuk dirinya. Emosi  Dina ikut naik turun. Ia menatap dengan jeli lagi setiap judul di postingan yang sedang diburunya. Tiba-tiba matanya tertumbuk kepada foto yang membuat napasnya hampir terhenti.

Foto Om Fidel bersama dirinya di warung bakso  saat ia menyerahkan bingkisan indah ini dan celakanya tangan mereka hampir tampak  bersentuhan. Caption gambar itu sangat provokatif, “Jika impian melangit sedang kemampuan melutut maka bersama om-om adalah pilihan yang paling genius” (Besambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ...selalu

01 Apr
Balas

Kesetiaan adalah warna hidup yang paling benderang

01 Apr
Balas



search

New Post