yuhana fetri

menjadi guru adalah panggilan jiwa. Menyampaikan ilmu dan mendidik adalah kewajiban setiap individu maka jalan yang paling mulus adalah berprofesi sebagai guru....

Selengkapnya
Navigasi Web
KESETIAAN IBU (BAGIAN KE-14)

KESETIAAN IBU (BAGIAN KE-14)

KESETIAAN IBU

BAGIAN KE-14

Wajah Fidel memucat, dalam sekejap kerja jantungnya meningkat drastis. Degupnya menandai bahwa ia sedang dilanda cemas dalam level tinggi. Dinginnya ujung pistol menyentuh pelipis menambah sensasi ketakutan laki-laki perlente tersebut. Peluh berproses begitu cepat, walau cuaca tidak sepanas yang tadi, tetapi keringat mengucur di dahi dan punggungnya makin menderas.

Fidel mengumpulkan segala ingatannya dalam waktu yang amat sempit itu. ia tidak punya musuh, lalu mungkinkah ia diserang? Ia juga bukan pengonsumsi dan pengedar nakoba, barang haram yang meracuni anak bangsa, membunuhnya secara perlahan agar generasi ini hanya mayat yang bejalan sehingga suatu ketika, bangsa besar ini hanya tertera nama di museum-museum terkemuka. Lalu atas dasa apa ia diserang?

Kebiasaan buruknya kambuh, dalam situasi seperti itu, ia terdesak untuk buang air kecil. Ia merutuki dirinya sendiri mengapa sangat repot jika dilanda stres. Fidel pasrah apa pun yang tejadi ia harus melewatinya dan menghadapi secara jantan. Ia boleh pernah bersikap pengecut terhadap Nimas, tetapi kini Fidel bertekad akan melawan secara ksatria dan membuktikan permohonannya tidak main-main.

Dari jauh, Pak jorong tampak berlari menuju mobil Fidel. Di tangannya terdapat kresek berisi pesanan putrinya. Beberapa orang hanya terpana melihat jejak kaki Pak Jorong yang seperti dikejar anjing gila. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

“Gibot, ngapain kamu nakut-nakutin orang?Pergi sana!” suara Pak Jorong seperti teriakan. Gibot, laki–laki yang dihardik Pak jorong sesaat menunduk. Ia memang sangat takut sama pemimpin di jorong nya itu. Mendengar suara Pak Jorong seperti mendengar meriam yang ditembakkan di kepalanya.Badan gibot sedikit bergetar.

“Pak saya hanya menjalankan tugas, bapak ini pencuri,Pak, dia harus ditangkap,” ujar laki-laki aneh itu. Ia kembali memandang Fidel tanpa senyum. Sementara yang dipandang baru menyadari ia tengah berhadapan dengan orang yang tidak waras. Aduuuh.

“Gibot, polisi itu tugasnya mengamankan, bukan membuat orang takut. Nah, sekarang kamu pergi!” perintah Pak Jorong sambil meraba-raba kantongnya. Ia mengambil uang seribu kertas dan menyerahkan kepada Gimbot.

“Makasih, Pak, hehehe, “ kata Gimbot sambi memperagakan giginya yang kekuningan karena merokok. Sebelum berlalu ia masih sempat berujar,” ia pencuri, Pak, pencuri hati,” kata laki-laki tidak normal itu sambil terpingkal-pingkal. Ia mengancungkan pistol mainan itu tinggi-tinggi. derrr

Fidel mengatur napas, beban yang menghimpit dadanya tidak seberat yang tadi dan syaraf-syaarafnya sudah terasa agak kendor. Ia tersenyum kecut saat laki-laki stres tadi mengatakan bahwa ia si pencuri hati. Terlalu kentarakah caranya sehingga orang tidak waras pun dapat mendeteksinya.

Nimas tertawa menyadari apa yang terjadi. Tadi ia sibuk menenangkan anaknya yang gelisah. Lagi pula kedatangan Gibot tiba-tiba dan ia terhalang oleh punggung Fidel. Nimas luput menyaksikan detik-detik peistiwa yang menggelikan itu.

“Gibot itu stres ketika gagal menjadi taruna di kepolisian. Menurut cerita orang-orang, uangnya tandas oleh oknum yang mengaku dapat menjamin Gibot langsung diterima,” kata Pak Jorong saat mobil mulai berjalan. Fidel hanya tersenyum kecut, rasa kagetnya tidak semudah itu bisa hilang.

#YF

Mobil berhenti di rumah yang bercat biru dengan bunga-bunga cantik menjejali halaman. Penataan yang indah menandakan tuannya adalah pecinta seni yang cukup berkelas. Halaman dengan kenyamanan yang khas, membuat orang lupa menelisik, bahwa rumah ini telah lama tidak dicat ulang. Di sana-sini tampat cat yang sudah mengelupas.

Seperti itulah hakekat kehidupan, ketika keimanan tidak diperbarui, ia akan tergerus dan mengelupas. Hingga yang tersisa badan rentah yang hanyamenunggu waktu kapan ia akan berpisah dengan kehidupan yang memabukkan ini.

Dina agak terseok menggendong adiknya, sementara Nimas masih tampak oleng ketika berjalan. Beberapa tetangga telah menunggu di depan rumah Nimas. Mereka dengan sigap membantu Nimas dan Bu haji yang kepayahan membawa beberapa barang belanjaan.

Dina serasa muntah mendapati ayahnya yang tampak tidur pulas di kamar. Beberapa jam yang lalu ia melupakan kebencian ini. Tapi saat ini, demi melihat pemandangan yang sangat mencolok ini, Kebenciian Dina menggunung lagi. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa tidak peduli dengan penderitaan isteri dan anaknya? Telah sakarat kah hatinya? atau jangan-jangan telah dipatri dalam peti kematian yang diseret bersama kereta mayat.

Dina masuk kekamarnya, sementara tetangga satu dua pun telah pulang ke rumahnya. Bu Haji sejak lima menit yang lalu mohon diri. Dina membaringkan tubuhnya di kasur yang tipis, setipis harapannya untuk bisa melanjutkan kehidupan ini dengan normal dan bahagia.

Dina memejamkan matanya, membayangkan betapa kelabunya kehidupan yang akan dilaluinya ke depan.Kehidupan yang sangat berat ini bertambah susah dengan beban lain yang ditanggung, ayah yang tidak mau tahu. Bahkan untuk sebatang rokok pun meminta kepada ibu.

Dina masih ingat ucapan temannya tempo hari, saat ia curhat tentang keluarganya yang tak bisa diberi judul. Temanya pun sangat buram dan kabur, tidak terbaca oleh teropong masa depan. Berkali-kali ia ceritakan kepada Ais, gadis bejilbab rapi itu menyuruhnya bersabar. Entah berapa kesabaran yang telah dipintalnya, namun tiada pernah menghasilkan benang kebahagiaan.

Lalu ia ceritakan kepada Chika, teman yang selalu enjoi di sekolah. Gadis ceriah tanpa beban, gadis yang punya rumus sederhana dalam hidupnya, “hidup itu sesaat, maka nikmatilah dengan cara yang paling eksotis, jika ada ganjalan, buang!”

Jawaban Chika tentang masalah ia dan ayahnya, penyelesaiannya sangat sederhana, menyuruh ibu untuk menggugat cerai ayah. (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

11 Mar
Balas

makasih Uni

12 Mar

Wah keren ceritanya. Salam literasi

10 Mar
Balas

Alhamdulillah, makasih Bun

12 Mar



search

New Post