yuhana fetri

menjadi guru adalah panggilan jiwa. Menyampaikan ilmu dan mendidik adalah kewajiban setiap individu maka jalan yang paling mulus adalah berprofesi sebagai guru....

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBUMIKAN PIKIRAN DENGAN MENULIS

Pengalaman yang tidak terlupakan adalah ketika pertama membuat diary atau catatan harian. Saat itu aku belum paham langkah-langkah menulisnya, Maka hari itu apapun yang aku kerjakan dari bangun tidur sampai sorenya dicerita dengan sangat detail. Sehingga dalam satu hari itu buku tulis 18 lembar yang kumiliki telah penuh dengan catatan. Aku bingung, karena membeli buku lebh susah bagiku dibandingkan dengan menulisnya sampai penuh, maka aku putuskan tidak lagi menulis diary.

Ketika SMP hobiku tidak berubah, masih senang menulis. Ungkapan bahasaku telah mulai teratur dan enak dibaca. Cerita yang disampaikan pun mulai bergeser temanya. Masa remaja yang terlewati tanpa bimbingan keislaman yang benar, terutama masalah pergaulan, menyebabkan tulisanku telah mulai bertema masalah rasa terhadap lawan jenis. Ditambah lagi semenjak SD aku telah rutin membaca majalah remaja Anita, milik kakak sebelah rumah. Dengan modal kosa kata itu aku telah sangat paham untuk menuliskan kata-kata “Cinta”, “Asmara” dan turunannya.

Masa SMA hobiku terus berkembang, aku menjadi tangan kanan bagi teman-teman yang akan menuliskan surat cinta mereka dengan berbagai variasi dan gaya bahasa yang berkelas, Sederhana tapi bermakna dalam. Bukan bahasa rayuan yang merendahkan martabat sebagai perempuan, aku telah mulai memahami ini. Rahasia ini terbongkar, pacar teman bersikap kurang suka dengan apa yang aku lakukan . Mereka mulai menyindir-nyindir. Aku cuek saja, tidak peduli apakah mereka marah atau tidak. Sepanjang ada yang minta tolong untuk mengarang aku lakukan dengan senang hati. Namun sejauh ini, aku tidak pernah berpikir untuk mengirimkan tulisanku, karena aku tidak punya mesin tik.

Berlanjut masa kuliah. Saat itu aku telah aktif mengikuti kajian keislaman di kampus. Sehingga banyak memengaruhi pola pikirku. Namun hobi menulisku tetap menyala. Aku berlangganan beberapa buah majalah berbasis Islam, diantaranya Annida dan UMMI. Kedua majalah itu semakin mengasah imajinasi dalam berkarya yang dapat memberi inspirasi dan pembelajaran bagi yang membacanya. Akan tetapi untuk mengirimkan tulisan ke majalah tidak punya keberanian. Padahal dari segi usia dan pendidikan, seharusnya aku telah punya kepercayaan diri.

Kemampuan menulis itu menyebabkan aku tidak terkendala dalam menulis skripsi atau tugas akhir sebelum menamatkan perguruan tinggi. Bagi banyak teman-teman saat itu, tugas tersebut termasuk momok.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ulasan pengalaman yg inspiratif. Menulis memberi barokah

30 Nov
Balas

Terima kasih, Pak

01 Dec



search

New Post