Dilema Studi Banding

Studi banding, studi tiru, merupakan kegiatan yang sering dilakukan pemerintah daerah. Mulai dari pimpinan tinggi sampai ke jajaran bawah.

Prinsip studi ini sebetulnya bagus. Pemerintah daerah dapat meniru hal-hal baik pada daerah kunjungan untuk dapat diterapkan pada daerahnya. Tapi aplikasinya bagaimana?

Kegiatan ini hanya seperti menghabiskan uang. Sedikit sekali yang menerapkan hasil kunjungannya. Hal ini bisa disebabkan.

a. Untuk menerapkan butuh biaya. Anggaran pendukung tidak tersedia

b. SDM yang akan melaksanakan tidak ada dan tidak ada niat yang kuat untuk melaksanakannya

c. Menetapkan daerah kunjungan berdasarkan objek wisata atau objek lain yang akan dilihat. Sehingga data yang dibutuhkan tidak tersedia.

d. Menetapkan daerah kunjungan berdasarkan kenalan yang ada. Sehingga data yang dibutuhkan tidak tersedia.

e. Hal-hal lainnya

Dengan sasaran yang tidak tepat, studi banding hanya sia-sia. Untuk belajar, bisa menggunakan berbagai sarana. Bisa zoom, telponan, menyurati, chattingan dan tidak perlu harus berkunjung. Salut dengan ibu Risma waktu menjabat sebagai walikota Surabaya. Beliau tidak mengizinkan stafnya studi banding keluar daerah. Biarlah orang yang datang, dan ambil ilmu dari mereka. Bayangkan betapa banyak uang yang bisa dihematnya.

Untuk persoalan jalan-jalan ini memang dibutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan. Bagaimana daerah bisa menghemat uang kalau pejabatnya suka jalan-jalan? Katanya pemerintah kekurangan uang?