Neni Muchtiar

Seorang PNS yang suka menulis dan belajar...

Selengkapnya
Navigasi Web

Abdi Negara Dalam Cerita (IV)

Fenomena Menghabiskan Anggaran di Akhir Tahun

Penyusunan anggaran belanja daerah sudah diatur dalam Permendagri No.77 tahun 2020 dan dikuatkan setiap tahunnya dengan Permendagri tentang Pedoman Penyusunan APBD.

Penyusunan RKA dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengangggaran berdasarkan kinerja yang berpedoman pada indikator kinerja, tolok ukur kinerja, sasaran kinerja SHS, SSH, ASB, RKBMD dan SPM dengan memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran yang diharapkan, hasil dan manfaat yang diharapkan, efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran.

Dengan analisa standar belanja (ASB) bisa dihitung berapa kelayakan anggaran untuk satu sub kegiatan. Sayangnya ASB belum banyak digunakan pemerintah daerah. Kalaupun sudah ada yang menggunakan, baru dilaksanakan untuk beberapa kegiatan yang sejenis antar SKPD seperti pelatihan, sosialisasi, dan sejenisnya. Untuk kegiatan khusus di SKPD belum ada. Akibatnya penyusunan anggaran SKPD banyak yang tidak efisien dan berlebih di akhir tahun.

Maka tidak heran jika pada akhir tahun mereka susah menghabiskannya, sehingga muncullah kegiatan-kegiatan dadakan seperti studi banding, makan-makan rapat yang notabene sebetulnya agar posentase realisasi anggaran mereka bisa melonjak tinggi.

Sebagai seorang yang pernah bekerja di skpd pengelola pendapatan, saya tahu persis kalau di akhir tahun volume kerja perangkat daerah ini lebih berat. Jika pendapatan tidak mencapai target, bisa-bisa terjadi gagal bayar di pemerintahan daerah. Badan Pendapatan akan menurunkan tim reaksi cepat, penagihan serentak, ataupun pemberian sanksi pada penunggak pajak, sehingga pada akhir tahun target pendapatan dapat dicapai.

Di BPKAD bidang perbendaharaan mereka juga dag dig dug, apakah semua belanja bisa dibayarkan? Uang yang tersedia apakah cukup sampai akhir tahun?

Bidang anggaran saat menyusun anggaran juga puyeng. Kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat membutuhkan uang yang tidak sedikit. Pendapatan bergerak naik tidak secepat kenaikan belanja. Mereka dan TAPD puyeng menyeleksi kegiatan mana yang memang perlu atau bisa ditunda atau dihilangkan.

Tapi di akhir tahun perangkat daerah berbelanja kadang-kadang tanpa rasa. Kegiatan yang telah selesai dilaksanakan ternyata menyisakan banyak uang. Mau dikemanakan? Mereka juga tidak mau persentase kegiatannya di bawah target. Solusi paling gampang. Belanjakan walaupun tidak dibutuhkan.

Sebagai yang pernah bekerja di bidang pendapatan dan penganggaran, saya miris, sedih dengan sikap-sikap seperti itu. Tapi apa mau dikata?

Pendidikan agar bekerja efisien dan efektif perlu role model juga. Semua tergantung pimpinan. Jika pimpinan daerah dan Ka SKPD dapat memberi contoh dengan bekerja efektif dan efisien, penegasan ke bawah akan bisa terlaksana.

Menyegerakan penghitungan belanja yang benar dengan menggunakan ASB, SSH dan SHS untuk semua kegiatan, yang dikaitkan dengan aplikasi penganggaran , untuk memastikan penganggaran sudah disusun secara efisien dan efektif

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih mas. Salam.literasi

23 Jan
Balas

Terima kasih mas. Salam.literasi

23 Jan
Balas

Terima kasih mas. Salam.literasi

23 Jan
Balas

Terima kasih mas. Salam.literasi

23 Jan
Balas

Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.

15 Jan
Balas



search

New Post