yulia fatmianeri

Seorang guru yang harus banyak belajar. Tertarik dengan hal-hal baru yang bermanfaat. Motto : Sertakan Allah dalam setiap tindakan. Mengajar di MTsN 2 Pasaman s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Yuri Gadis Salju

Yuri Gadis Salju

“Kabur!”

Teriak si kurus, sambil berlari menjauh dari tempat itu, diikuti oleh si muka persegi. Si gendut memapah si jangkung untuk pergi dari sana. “Awas kalian!” kata Akira sambil memasang jas hitam berlambang Katsura High School dan memungut tasnya yang terkena becek. Kejadian tersebut mengawali persahabatan mereka.

Empat pemuda yang menyerang Ryo merupakan anggota tim Kitomaru Takura dari sekolah Kitamaru High School yang sengaja ingin mematahkan kaki Ryo agar tidak bisa mengikuti pertandingan sepak bola antar sekolah yang diadakan tiap tahun. Ryo meminta Akira untuk menggantikan posisi Ia sebagai kapten pada pertandingan tersebut. “Kenapa harus aku yang kau pilih?” Tanya Akira dalam perjalanan ke rumah sakit. “Kau mampu beladiri, aku pernah melihatmu berlatih, tendangamu sangat bagus, tinggal sedikit latihan dan mengetahui beberapa strategi. Aku yakin kamu bisa!” Ujar Ryo dalam rintihannya.

Semenjak itu Ryo dan Akira semakin akrab. Akira selalu memberikan motivasi untuk Ryo agar cepat pulih. Waktu itu mereka jalan-jalan ke taman kota, Akira memapah Ryo selangkah demi selangkah.

“Akira, tahukah kau? Gadis yang bernama Yuri itu sangat memikat hatiku,” Ryo menunjuk seorang gadis yang sedang duduk membaca buku di taman kota. Akira tersentak mendengarkan Ryo berucap.

“Maksudmu gadis itu?” Akira menatap gadis yang mengenakan Yukata hijau, “Seperti menyatu dengan alam!” Ucap Akira melepaskan pandangan ke sisi lain. “Aku selalu melihatnya memakai Yukata, pakaian yang sudah jarang di pakai oleh gadis-gadis jepang zaman sekarang, mereka lebih suka mengenakan modern fashion yang terlihat sangat minim jika dikenakan.” Akira berucap sambil membantu Ryo duduk di sisi sebelah kanan taman.

“Benar, Yukata hanya dikenakan jika ada sebuah perayaan saja.” Ryo meluruskan kakinya ke depan, dia terlihat lelah, “Sungguh semua yang ada pada Yuri sangat memikat hatiku! Besok hari spesial bagiku, aku harap ia memberikan sesuatu untukku, sebagai tanda ia menerima cintaku,” ujar Ryo yang tatapannya jauh memandang gadis itu. “Apakah kau telah mengungkapkan perasaanmu padanya?” Tanya Akira.

“Sudah sebulan yang lalu! Tapi belum ada jawaban,” Ryo menyapu wajahnya yang berkeringat dengan handuk kecil. Dua jam Akira menemani Ryo berjalan di taman kota hari itu. Berkat keyakinan yang kuat, dan motivasi yang selalu diberikan Akira, Ryo bisa berjalan dengan normal. Ryo diperkirakan dokter beberapa hari lagi sudah bisa berjalan seperti biasa.

*****

“Akira,” Yuri memanggil Akira dibalik kuncup bunga sakura di depan gerbang sekolah, “Ini cokelat untukmu.” Akira sadar betul gadis itu adalah Yuri yang disukai Ryo sahabatnya. “Apakah ini untukku?” Tanya Akira, memandang keindahan senyuman Yuri. Yuri tersipu malu, “Iya ini untukmu,” muka Yuri memerah, tidak kuasa menahan malu, Yuri berbalik badan dan berlalu menjauhi Akira yang masih saja menatap Yuri hingga ia tak tampak lagi. “Ini tidak boleh diketahui Ryo,” ungkap Akira dalam hati.

Pada tanggal 14 Maret, merupakan hari ulang tahun Yuri. Akira memberi hadiah kepada Yuri seekor kodok yang diberi pita dilehernya. Hal tersebut membuat Yuri geram, kodok tersebut meloncat ke kepala Yuri. Yuri tidak bergerak, tidak sanggup memegang makluk yang yang menggelikan itu. “Kamu gadis yang baik,” ujar Akira sambil menangkap kodok yang menempel di kepala Yuri, “Maafkan aku hanya bisa memberikan kodok ini untukmu!” Akira membiarkan kodok itu berlalu dari hadapan Yuri “Aku ingin kamu seperti kodok itu!” Ujar Akira sambil membalikkan badan dan berlalu begitu saja. “Tunggu!” Yuri berlari kecil mengejar Akira, “Apakah kamu telah menghinaku?” Yuri mengeluarkan air mata. Tanpa menoleh, Akira menggelengkan kepalanya dan menjauh dari tatapan Yuri. Yuri terdiam mematung di tempat.

Kejadian itu menggoreskan luka di hati Yuri. Ia merasa Akira telah menghinanya. Dalam luka itu, masih ada rasa penasaran yang tersemat di hati Yuri makna kata-kata yang diucapkan Akira waktu itu.

*****

Musim pun berganti, setiap musim mengisahkan kenangan tersendiri bagi setiap orang. Cara berpakaian dan minuman serta makanan pun ikut berganti sesuai dengan musim. Di musim dingin, semua terlihat memutih. Musim dingin membuat orang lebih senang berada di dalam rumah ketimbang di luar. Bagi Akira bermain di luar dengan salju itu lebih menyenangkan.

“Plak…,” Akira terdorong ke depan, ada seseorang yang mendorongnya. “Rasakan! Kau telah menghinaku,” ucap Yuri keras. “Hatiku masih terluka, rasakan itu!”. Akira menoleh ke belakang, “Yuri?” Akira berusaha bangun dari tumpukan salju, “Engkau masih mengingat kejadian itu?” Tanya Akira. “Tentu saja. Aku tidak tahu maksudmu! Kau menginginkanku seperti kodok.” Mata Yuri berkaca-kaca. “Maafkan aku, benar aku ingin kamu seperti kodok!” Akira berjalan beberapa langkah dan mengambil sebongkah salju, “Kamu tahu ini apa? Ini adalah salju. Salju itu putih bersih, aku ingin kamu seperti ini. Tanpa noda, bukan seperti kebanyakan wanita sekarang yang mendewakan cinta, sehingga mengabaikan kehormatannya! Aku ingin kamu seperti kodok, melompat dan melompat mencari jati diri yang baik, wanita terhormat yang suci tidak mengikuti zaman. Pertahankan jati dirimu menjadi wanita jepang yang terhormat, kelak kau mendapatkan cinta sejati dengan ikatan kokoh. Akira menatap sejenak mata Yuri, dan beralih melihat hamparan salju yang terbentang di hadapannya.

“Aku akan ingat selalu! Aku pasti akan bahagia kelak, jika cinta sejatiku itu adalah Kau! Yuri menyentuh tangan Akira.

“Maaf!” Sambil mengelakkan tangan Yuri, Akira berkata “Aku tak bisa memastikan! Aku sudah terlanjur sayang pada seseorang yang sudah lebih dahulu ada di hatiku”. Yuri melayangkan senyumannya, “Maafkan aku!” Ungkap Yuri pergi berlalu menjauh dari hadapan Akira.

“Maaf Yuri, yang kumaksud tadi adalah Ryo, sahabatku,” ungkap Akira sangat pelan sambil menatap Yuri yang berlalu dari hadapannya.

*****

Kyoto di mata Akira masih seperti dulu, Kyoto yang menjadi pusat kebudayaan Jepang. Gedung kuno yang disemati ornamen kontemporer seperti Kuil Higashi Honganji, Sanjusangendo, Kiyomizu, dan Ryoanji, berlatar belakang perbukitan yang indah, terbentang di hadapan Akira. Taman-taman kota penuh dengan keindahan dalam setiap musim, berkat desain yang cermat, bentuk dan warna mengikuti irama alam yang terbentang, menghipnotis Akira mengenang kenangan lama.

***

Salju turun berarak membentuk irisan tak beraturan mengitari kota itu. Akira terkesima memandanginya dari jendela kamar salah satu suite apartemen di pusat kota Kyoto. Salju di mana-mana, di puncak bukit, di bubungan rumah hingga jalan, dan trotoar. Di samping Akira duduk Ryo, sahabatnya waktu di Katsura High School sekarang telah lulus dari Harvard University. Ia memandang Akira dengan tatapan heran. "Ryo, salju itu istimewa!" Akira berujar tanpa melepaskan tatapannya ke luar. Ryo tersenyum. Dengan rasa penasaran dia juga mengarahkan pandangan ke luar.

"Akira ada apa? Bukankah hal ini biasa terjadi?" Tanya Ryo sambil membalikkan badan dan berjalan mengambil dua mangkok Yakisoba mi goreng Jepang yang terasa sangat enak di musim dingin. Akira tidak menanggapi kata-katanya.

"Kamu mau Yakisoba, Akira?" Ryo menawarkan. Akira mengangguk perlahan. Dengan langkah ringan, Ryo datang membawa semangkok Yakisoba ke hadapan Akira. Sesudah itu mereka diam untuk menghabiskan Yakisoba yang hangat itu. Ryo yang sudah lama mengenal Akira tidak tahu penyebab sahabatnya itu terkagum-kagum dengan salju. Bukankah di Hiroshima juga ada salju, pikir Ryo. Hiroshima merupakan daerah asal Akira. Mereka berpisah semenjak Akira memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya setelah tamat dari Katsura High School. Ia melanjutkan kuliah di Hiroshima University.

“Akira, kamu belum menjawab pertanyaanku!” Ryo melanjutkan pembicaraannya “Kenapa salju itu terasa begitu istimewa bagimu?” Sambil mencicipi segelas kopi. “Salju mengingatkanku padanya,” seteguk kopi membasahi kerongkongan Akira. “Siapa dia Akira?” Tanya Ryo sambil memandang lekat salju yang turun di luar. Akira tidak menginginkan Ryo tahu orang yang sedang ada dipikirannya. Dulu Ryo pernah berkata pada suatu ketika “Akira, mohon kamu paham. Saya berharap hubungan kita adalah persahabatan, semua milik saya bisa engkau miliki, tapi tidak dengan gadis yang saya cintai. Saya tak ingin kita terluka. Kamu bisa mengerti, bukan?”Waktu itu Akira tak bisa berkata apa-apa. Akira hanya mengangguk. Ryo sudah mengantisipasi kemungkinan terburuk tersebut lebih awal.Akira takut untuk jujur kepada Ryo terhadap sesuatu yang teringat dalam salju itu.

"Kamu tidak mau jawab Akira? Saya punya cerita lucu tentang salju. Saya pernah melihat Yuri bermain-main dengan salju, saya mendekatinya. Dia kelihatan cantik sekali. ‘Aku ingin membuat diriku seperti salju ini,’ ujar Yuri yang membuat saya ketawa geli. Sampai sekarang saya juga belum mengerti maksud Yuri waktu itu, yang saya tahu orang-orang hanya membuat boneka salju seperti dirinya bukan sebaliknya.” Akira mendengar Ryo dengan seksama sambil mengenang kejadian yang indah beberapa tahun yang lalu.

“Bagaimana kabar Yuri sekarang?” Lama terdiam, Akira memulai percakapan “Apakah dia sudah menjadi gadismu?” Sambil membalikkan badannya ke sofa dan duduk menambah kopinya yang hampir habis. “Seminggu yang lalu saya bertemu dengannya, dia tambah cantik dan sangat mempesona,” ujar Ryo sambil memperlihatkan foto Yuri yang ada di dompetnya, “Namun, sampai sekarang pun dia belum memberikan jawaban atas pernyataan perasaan saya.” Ryo memandang dekat-dekat foto tersebut, “Aku tidak tahu terbuat dari apakah diri Yuri? Tak ada seorang lelaki pun yang dia terima. Dia seperti salju, dingin!”

“Aku menyukainya,” sejenak Akira merapatkan mulutnya “Salju yang dingin!” Asap kopi menggepul-nggepul di depannya menambah kehangatan pembicaraan mereka. “Yuri wanita terhormat, dingin seperti salju! Aku menyukainya!” Ujar Akira melanjutkan pembicaraan “Tidak seperti wanita–wanita kebanyakan, kehormatan mereka sebanding dengan nilai cinta yang ditawarkan oleh laki-laki padanya. Aku sama denganmu, aku memandam rasa padanya. Hanya laki-laki dingin seperti salju juga yang akan mendapatkan cintanya. Lelaki yang mampu menjaga kehormatan wanita dan dirinya!” ujar Akira lalu meminum kopinya berlahan-lahan.

“Jadi salju itu mengingatkan kau akan Yuri, membuat salju itu begitu istimewa bagimu?” Ujar Ryo mengunyah beberapa kacang yang ada di depannya. “Iya,” kata Akira singkat. Percakapan itu berakhir dalam kesunyian dan kebekuan.

Mereka menghabiskan waktu setengah hari dalam apertemen Ryo. Setelah itu Akira kembali ke apertemennya. Sejak itu, hubungan Akira dan Ryo dingin. Ada keinginan yang besar di hati mereka untuk menjadikan Yuri wanita terindah yang harus dimiliki.

Wanita menyebabkan persahabatan mereka beku. Ryo berusaha menjaga jarak dengan Akira. Sebenarnya Akira sangat menghormati komitmen yang sudah Ryo berikan, namun hatinya tak bisa menahan lagi untuk jujur tentang perasaannya pada Yuri. Akira harus memendam ketertarikan pada Yuri bertahun tahun lamanya untuk menghormati sahabatnya itu.

*****

Musim pun berganti, Ryo tidak pernah lagi memberi kabar kepada Akira. Kenangan tentang Ryo dan Yuri serta ungkapannya yang jujur pada Ryo waktu musim dingin itu masih terkenang oleh Akira. Hari ini tanggal 15 Mei, Akira sengaja ke Kyoto menyaksikan perayaan Aoi Matsuri karena menurutnya menikmati perayaan seperti ini lebih meriah di Kyoto. Tidak disangka, di sana Akira bertemu Yuri yang sedang asyik menonton perayaan tersebut di depan sebuah swalayan.

“Yuri, masih ingat aku?” Akira menyapa Yuri dari belakang.

Sapaan Akira mengagetkan Yuri, sambil menoleh ke belakang, “Akira? Sudah lama kita tak bertemu”. Di mata Akira Yuri masih seperti yang dulu, gadis yang sangat cantik dengan matanya yang jelita.

“Akira!,” terdengar suara Ryo keluar dari swalayan dengan membawa beberapa makanan, “Sudah lama di sini?” Ucapan Ryo mengusik percakapan Akira dan Yuri sejenak.

“Hmm…baru beberapa menit yang lalu,” jawab Akira.

Ryo memeluk sahabatnya itu.

“Aku kira persahabatan kita telah berakhir,” kata Akira di tengah hiruk pikuk malam puncak perayaan Aoi Matsuri.

“Karena Yuri telah memilih maka aku harus menghargai keputusannya. Kau orang yang tepat untuknya.” Ryo menepuk pundak sahabatnya itu. “Benarkan, Yuri?” tanyanya disambut dengan senyuman bahagia di wajah Yuri yang terlihat cantik dengan yukata merah yang dikenakannya malam itu.

#TantanganGurusiana

Hari ke-21

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post