Corona memang nyata adanya, tapi panik bukanlah solusi. Tahun 2020 memang menjadi tahun yang luar biasa menguras tenaga dan pikiran. Bagi sebagian besar orang, adanya pandemi ini adalah momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh tatanan baik ekonomi, pendidikan bahkan keagaaman terganggu. Akan tetapi, bagi sebagian orang juga menganggap, adanya pandemi ini adalah sesuatu yang lumrah terjadi.

Saat virus menggemparkan banyak orang, politik memanas dan tantangan ekonomi yang sedang tak seimbang. Orang orang di desaku tetap adem tentrem, hidup guyub saling mendukung. Tak perlu bermewah-mewah untuk bisa bahagia. Tak perlu hidangan lezat untuk merasakan nikmatnya makan. Cukup nasi hangat dan sambal kemangi yang langsung dipetik dari pohonnya di belakang rumah. Bercengkrama dengan ayam ayam di pagi hari. Menghirup syahdunya senja sore bersama seduhan teh hangat. Semua mengalir normal tanpa berpanik-panik ria memikirkan virus yang sedang mulai menggerogoti alam. Entah alam pikiran atau alam semesta.

Memang sesederhana itu. Seperti kata Mbah Selamet, salah satu Tokoh di desaku, “Dunyo iki wes tuwo, yo maklum lak enek virus aneh-aneh. Tugase menungso mung ngibadah semono ugo njaga diri lan alame”. Walaupun pada kenyatannya pandemi ini adalah masalah besar, tapi bagi mereka yang menanggapinya dengan tetap berpikir positif maka semua akan baik-baik saja.