Ketika Ide Menjadi Edi
Dea berencana melanjutkan cerpen yang telah ditulisnya dua hari yang lalu. Ia mengurung diri di kamar setelah salat magrib. Sebenarnya ia merasa sangat capek, karena seharian ini ia mengerjakan banyak pekerjaan di kantornya. Tapi sejak siang tadi ide menulisnya sudah berputar-putar di kepalanya. Naluri menulisnya yang sangat menggelora membuatnya ingin segera menuangkan ide-idenya dalam cerpennya. Dengan semangat ia membuka laptop kesayanganya. Lincah jarinya menari di atas mesin pintar itu. Ia mulai merangkai kalimat-kalimat pilihan hatinya.
Baru setengah jam ia melayang-layang di lautan imajinasinya, tiba-tiba adiknya Edo berteriak. "Kak, Bang Edi datang tuh! ".Seketika imajinasinya buyar. Dea berhenti sejenak, ia memandangi layar laptopnya. Ia bimbang setengah mati. Cerpennya sedang menuju klimaks. Konflik di dalamnya sedang seru-serunya. Ia bingung memilih antara melanjutkan ide-ide di kepalanya atau menemui Edi. Lagi-lagi ia mendengar teriakan Edo memanggilnya. Kali ini Edo tak cuma berteriak, tapi sambil menggedor pintu kamarnya. Hal itu membuat Dea bertambah hilang konsentrasi. Dengan buru-buru ia meninggalkan laptopnya. Ia sengaja tak mematikan laptop tuanya yang sudah sering ngambek itu.
Di ruang tamu tampak Edi sedang berbincang akrab dengan ayahnya. Ia terlihat keren dengan kemeja warna biru dan celana jinsnya. Melihat Dea datang, ayah langsung masuk dan membiarkan mereka berbincang berdua. Ternyata Edi menyatakan cinta padanya. Tentu saja Dea tak menolak, karena ia pun sudah lama memendam rasa pada pria tampan itu. Dea tampak bahagia sekali malam itu. Ketika Edi pulang, Dea langsung menuju ke kamarnya. Ia terlihat sesekali tersenyum. Alangkah terkejutnya ia melihat Edo sedang mengutak-atik laptopnya. Belum sempat Dea berkata Apa-apa, Edo sudah melaporkan kalau laptopnya rusak tak mau hidup. Edo tak sengaja menjatuhkannya tadi. Dea memeriksanya, dan ia tahu laptop yang ia beli empat tahun lalu itu benar-benar rusak. Parahnya lagi laptop itu juga basah tersiram air minum yang ia letakkan di sebelahnya. Ide yang tadi masih tersisa di kepalanya kini benar-benar musnah. Tapi untungnya sekarang Edi jadi miliknya.
--
Kepahiang, 11 Juni 2020
#harike-46#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Edi segalanyaaa...dengan edi kan byk ide,ayo dea lembiru. Lempar laptop lama beli yg baruuu
Hahhaa, Edi is the best bunda
Keren banget...Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id
Sama2 Pak, terimakasih juga
Edi lebih berarti daripada laptop.
Edi oh Edi... Dia membunuh semua ide
Mantapppp bun......dari pusing mencari ide menulis terciptalah ide menjadi edi....woww...kerennnn...
Terimakasih Bunda, ternyata pusing bikin nikmat
Mantapppp bun......dari pusing mencari ide menulis terciptalah ide menjadi edi....woww...kerennnn...