Yulianti

Guru di SD Negeri 02 Kepahiang Provinsi Bengkulu ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Salah Sangka

Salah Sangka

Pagi itu Bu Asri pergi ke warung untuk membeli gula pasir. Agar lebih cepat ia memilih jalan pintas di samping rumah Pak Mulyono. Saat tiba di melewati rumah Pak Mulyono, ia melihat Pak Mulyono sedang membersihkan tanaman di halaman rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara Bu Mulyono memanggil suaminya. " Pak, lidah mertuanya sudah Ibu potong-potong. "

" Dimasukkan karung saja dulu! Nanti Bapak yang buang." Pak Mulyono menjawab dengan suara sedikit keras agar istrinya mendengarnya dari dalam.

Bu Asri kaget setengah mati mendengar pembicaraan suami istri itu. Tanpa babibu ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke warung. Dengan langkah terburu-buru Bu Asri memutar balik badannya. "Ini tidak boleh dibiarkan, aku harus lapor pak RT" gumamnya dalam hati. Di perjalanan menuju rumah Pak RT ia bertemu ibu-ibu yang sedang asyik berbincang di pinggir jalan. Di sana Bu Asri dengan semangat empat lima menceritakan apa yang didengarnya tadi. Tentu saja dengan dibumbui kalimat-kalimat sugesti untuk meyakinkan kecurigaannya pada keluarga Mulyono yang baru dua minggu tinggal di komplek itu.

Singkat cerita, Bu Asri yang hobbinya mengompori orang agar berpihak pada dirinya berhasil meyakinkan para ibu untuk melapor pada Pak RT. Alhasil mereka memaksa Sang RT untuk mendatangi keluarga Pak Mulyono. Dengan penuh semangat dan tak hentinya berbicara Bu Asri dan rombongan akhirnya tiba di tempat tujuannya. Setibanya di sana Bu Asri langsung berteriak-teriak sambil berkacak pinggang dan menunjuk-nunjukkan jarinya.

" Mulyono! Keluar kamu! " teriaknya kencang, diikuti suara ibu-ibu lainnya. Sementara Pak RT sibuk berusaha menenangkan para wanita itu.

Pak Mulyono dan Istrinya Dewi yang mendengar suara ribut-ribut langsung membuka pintu.

"Dengan wajah penuh heran Pak Mulyono dan istrinya keluar menemui Pak RT dan rombongan ibu-ibu yang menyambangi rumahnya. Bu Asri dan teman-temanya yang tadi sempat diam sejenak langsung nyerocos lagi. Mereka membombardir suami istri itu dengan tudingan kasar sebagai pembunuh. Bahkan, Bu Asri sempat menarik tangan Bu Dewi .Ia terus memaksa agar kedua suami istri itu mengakui perbuatan yang ia tuduhkan.

Pak Mulyono dan istri yang kebingungan berusaha menenangkan bu Asri yang membabibuta. Namun semua itu sia-sia. Terlebih lagi suara ibu-Ibu lain menambah suasana semakin panas. Mereka hanya bisa pasrah. Pak RT yang mulai panik akhirnya berteriak kencang sambil melempar pot bunga plastik yang terletak di atas meja teras Pak Mulyono.

" Diam! "teriaknya sampai dua kali. Bu Asri dan teman-temannya tidak menyangka. Pak RT yang dikenal lembut tutur katanya bisa berteriak sekencang itu.

Setelah keadaan cukup tenang, Pak RT berusaha menjelaskan kepada keluarga Mulyono tentang apa yang diceritakan Bu Asri. Sesekali Bu Asri dan teman-temannya ikut nyerocos dan memotong pembicaraan.

" Menurut Bu Asri, Pak Mul dan Bu Mul sudah membunuh mertua kalian" jelasnya.

Bu Asri yang diberi kesempatan bercerita tentang apa yang didengarnya saat hendak pergi ke warung tadi.

Pak Mulyono dan istrinya saling berpandangan mendengar cerita Bu Asri . Bu Asri berharap dengan ceritanya ini, kedua suami istri itu akan mengakui tuduhannya dan berlutut minta ampun kepada mereka semua. Dan akhirnya keinginan Bu Asri menjadi pahlawan bisa terwujud. Apalagi bila bisa membongkar kasus besar seperti ini. Pasti ia akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah . Namun hal itu tidak terjadi. Pak Mulyono dan istrinya malah tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Bahkan terlihat Bu Dewi tertawa sampai matanya berair. Sedangkan suaminya sapai terbatuk-batuk.

Pak RT dan ibu-ibu sekarang malah jadi keheranan. Setelah cukup bisa menenangkan diri dan bisa menghentikan tawanya, akhirnya Pak Mulyono bercerita . Ia menjelaskan bahwa lidah mertua yang dipotong-potong oleh istrinya itu adalah sejenis tanaman hias. Kebetulan tanaman itu tumbuh subur di halaman belakang rumahnya. Pak RT tersenyum- senyum mendengar penjelasan itu.

" Ooo, itu toh! " seru ibu-ibu lainnya.

Pak RT dan ibu-ibu itu akhirnya meminta maaf atas kesalahpahaman mereka. Mereka bergantian menyalami Pak Mulyono dan istrinya sambil pamit pulang.

Sejak kejadian itu, Bu Asri yang dikenal sebagai biang gosip di komplek itu hampir tak pernah keluar rumah. Ia hanya keluar saat diperlukan saja. Apalagi melintas di sekitar rumah Pak Mulyono. Konon kabarnya , suaminya marah besar kepadanya. Setelah Pak RT menemui suaminya dimalam hari setelah kejadian . Pak Deri suaminya adalah teman sejak kecil Pak Mulyono waktu di kampung dulu.

" Lain kali jangan asal tuduh Bu, cari dulu kebenaran dan buktinya! " Pak Deri menasehati istrinya itu. Bu Asri sesunggukan menangis menyesali perbuatannya.

--

Kepahiang, 02 Juni 2020

#harike-37#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hehe...lidah mertua bukan lidahnya mertua...

02 Jun
Balas

Cerita kehidupan...Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id

03 Jun
Balas

Keren bu

02 Jun
Balas

Nah kan, Bu Asri ko ....

02 Jun
Balas

Wow cerita yang bagus. Enak bacanya.

02 Jun
Balas

Wow cerita yang bagus. Enak bacanya.

02 Jun
Balas



search

New Post