Yuliarti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KENANGAN RAMADHAN, DIBUANG SAYANG

KENANGAN RAMADHAN, DIBUANG SAYANG

Bulan Ramadhan telah tiba. Umat muslim menyambut dengan suka cita. Bulan penuh berkah. Dalam sebuah hadis berbunyi, “Setiap amal kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal dengan tujuh ratus kali lipat”. Allahu Akbar.

Berbuka adalah saat yang membahagiakan bagi orang yang berpuasa. Dua puluh tahun yang lalu kebahagiaan itu begitu sempurna. Berbuka dan sahur bersama ketiga buah hatiku. Namun semua telah berlalu. Mereka jauh, hidup bahagia bersama keluarga barunya. Tak mengapa, hanya doa yang selalu kupanjatkan untuknya.

Kebersamannya menyisakan kenangan yang tak terlupakan. Lucu, kesal, dan menggemaskan. Sambil menikmati kolak, bayangan tingkah mereka melintas. Celotehnya terngiang di telinga. Tak terasa tetesan air mata jatuh ke dalam kolak yang masih penuh. Rasa kangen tingkat dewa membuat kolak manis terasa pahit.

Memori mulai berputar. Saat itu cara Bagas anak nomor dua berpuasa memang lucu. Puasa bedug (buka di waktu dzuhur) Di saat itu ia mulai merengek minta berbuka. Rasa haus dan lapar yang melanda tak bisa ditahannya. Sering kali ia mencuci mukanya, berharap rasa hausnya bisa sirna.

Suatu hari Bagas mondar-mandir di dapur. Tak ada makanan di sana, sebab kusembunyikan di kulkas. Rasa lapar tak bisa ditahannya. Dengan berjalan mengendap-endap ia mulai mendekati kulkas dan mengambil pisang di dalamnya. Dimakannya pisang tersebut dengan cepat, takut ketahuan.

Saat itu kakaknya melintas dan memergoki Bagas dengan mulut masih mengulum pisang. Bagas terkejut dan salah tingkah. Kulit pisang ia sembunyikan di saku celananya. Melihat gerak gerik tersebut, kakaknya curiga lalu berteriak. “Bu, Bagas medhot!” (berbuka sebelum waktunya)

Mendengar teriakan itu Bagas gugup, takut dimarahi ibunya. Ia segera memegang erat tangan kakaknya seraya berkata dengan nada keras, “Bilang apa?”

Dengan ketakutan kakaknya berkata, “Tadi aku tahu kamu makan pisang”.

“Bohong!” Sahut Bagas cepat.

Mendengar keributan aku segera ke dapur. Kulihat Bagas mengepalkan tangannya dengan wajah marah. “Bagas, lagi puasa nggak boleh begitu, nanti puasanya batal lho!” dengan lembut ibu membujuk Bagas.

“Bagas dah batal, Bu! Tadi aku lihat makan pisang satu”. Sahut Indah, kakaknya.

“Bohong. Ngomong lagi!” Bagas terus memegang tangan Indah lebih kuat seakan melayangkan tinjunya.

“Bener, Bu. Tadi aku lihat dia makan pisang satu”. Indah tak mau mengalah bersikukuh dengan fakta yang dilihatnya.

“Sudah, sudah..lepaskan, Gas! Kata ibu melerai.

Sambil mendorong kakaknya, Bagas melepaskan genggaman tangannya sambil berkata, “Kalau nggak tahu jangan ngomong! Makan dua bukan satu, paham?”

Aku tersenyum sambil geleng kepala, “Oalaaahh... ternyata malah dua, bukan satu. Terima kasih kamu jujur, Nak! Puasanya dilanjut lagi sampai magrib ya!” Bagas berlalu tanpa mengiyakan pesan ibunya.

Bagas melanjutkan puasanya. Rasa lapar dan haus terus ditahannya sampai waktu berbuka tiba. Begitu mendengar azan, segelas teh hangat menempel di bibirnya, lalu diteguknya. Makanan di meja segera disantapnya. Aku menyaksikan dengan tersenyum.

“Hadiahnya nggak hangus kan, Bu? Aku kan buka sampai maghrib!” Tanya Bagas sambil terus menyantap makanan dengan lahapnya.

“Enggak, yang penting besok puasa lagi jangan putus!” Kata ibu sambil mengambilkan makanan untuk bapak dan adiknya. Mereka berbuka bersama di ruang makan. Tak ada suara. Semua diam menikmati makanan yang tersaji. Lapar dahaga telah terobati.

Tiba-tiba Indah menghentikan makannya, dan menutup hidungnya, “Sebel, Bagas pasti kentut. Jadi gak selera!”

Seketika itu Bagas berdiri dan menghentikan makannya juga sambil berkata dengan nada tinggi, “Jangan asal nuduh! Menggangu nikmat saja”.

“Sudah...sudah...dari tadi kamu ribuuuut...terus. Puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga harus mampu menahan marah”. Kata ibu menyadarkan mereka.

“Mba Indah selalu saja nuduh, memfitnah!” Kali ini tatapan mata bagas sangat tajam mengarah kepada kakaknya. Seolah tak rela dituduh seperti itu.

“Bener kok, bau kentut. Aku gak mau makanlah”. Indah mendorong piringnya sambil terus menutup hidungnya.

Di sela-sela keributan, si kecil nyeletuk dengan lugu, “Aku yang kentut”. Semua memandang ke arah Nia adik Bagas seolah tak yakin dengan kejujurannya.

“Tuh, dengar sendiri kan? Makanya jangan asal nuduh! Dari dulu nggak pernah hapal bau kentutku. Baunya lebih dari ini. Tahu?” Bagas masih saja bisa berkelakar meski hatinya jengkel. Ia merasa lega sudah ada pengakuan dari adiknya.

“Bagas, Bagas. Ada-ada saja!” Aku tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Awalnya suasana tegang, namun akhirnya menjadi cair kembali.

Cerita-cerita lucu itu selalu terkenang, ingin terus bersama seperti dahulu lagi. “Adakah kalian ingat Bapak dan Ibu di sini yang selalu merindukanmu? Semoga lebaran kita bisa berkumpul kembali”. Aamiin...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Indahnya dunia anak2. Sangat menyenangkan

11 May
Balas

Iya pak. kangen melanda

11 May

Kerinduan ...... Semoga tahun ini bisa berkumpul bun. Moment kebersamaan memang sangat membahagiakan. Masih bersyukur Bu Yuli, sy nunggu kumpul dg keluarga lengkap itu butuh wktu 20 tahun.

12 May
Balas

Iya mba Ani. krn jarak mdh dijangkau. klo njen klrga jauh semua. semoga sblm 20 th bs ketemu mba.

12 May

Aamiin

11 May
Balas

mks bu Dartini

11 May

Indahnya dalam kenangan bunda, biarlah berlalu bersama waktu, nikmati saja apa yg sedang hadir insyaallah semua terasa indah aamiin.

11 May
Balas

Terkenang selalu bu Puspa.

11 May
Balas



search

New Post