Oleh :Juli Astuti

Ketika Sumi menatap wajah suaminya yang sudah terlelap dalam tidurnya, ada rasa haru bercampur bahagia , pasalnya Sumi selalu mengingat perjalanan panjang nya bersama suaminya mengarungi kehidupannya selama ini, namun perjuangan hidup tak membohongi hasil, meski dengan telapak kaki yang pecah -pecah dan Sumi pun tetap mengolesi salep pada telapak kaki suaminya.

Pikiran Sumi pun melayang pada sebuah peristiwa saat perjuangan bersarnya bersama suami di laluinya hingga ibarat kaki ini untuk kepala dan kepala untuk kaki , dengan segenap hati perjuangan itu dilakukannya , bahkan tak jarang tersandung batu kecil yang membuat sakit dan perih, namun proses itu dilaluinya secara baik dan benar, hingga dipuncak penilaian , serta pengumuman Nama nya tercantum di sana, sorak sorai dari para peserta ramai untuk mengucapkan selamat dari semua penjuru datang mengucapkan selamat, panggung itupun tak pernah sepi manusia, seolah terpatri sebutan raja bukan dari hasil rekayasa dan pemujaan sesat sesaat.

Sumipun tersadar ketika kaki suaminya bergerak dan terbangun, kemudian secara sadar menatapnya dan mengatakan , dik siapkan hatimu untuk menerima kenyataan, hari ini kita akan pergi meninggalkan semuanya karena aku telah di tetapkan sebagai tersangka, meski hanya Tuhan dan kau sajalah yang tau bahwa aku tidak pernah melakukannya, ini hanya sebuah fitnah belaka , namun apalah daya kita . Sumi pun meneteskan air mata meski tak percaya

Kampung sastra wukir sari 24 112021