Yuliati SMAN 1 KARAS, Magetan

Guru Biologi di SMAN 1 Karas Magetan Jawa Timur. Penulis Buku Biru Ungunya Pramuka Indonesia. Terus belajar untuk mengekspresikan jiwa. Memajukan pendidikan dem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Suket Teki

Bukan Suket Teki

Hijau, empuk bak permadani terhampar di tanah lapang, begitulah kesan pertama saat menyaksikannya. Sengaja dikondisikan demikian, ditata, diatur, dirawat, tidak terlambat saat menyirami. Gambar di atas adalah tanaman rumput di GOR Sidoarjo yang terekam oleh kamera hp saya pada bulan November lalu. Komposisi tanaman rumput di lapangan tersebut bukan hanya rumput teki, tetapi ada rumput lainnya juga. Tiba-tiba saya terinspirasi untuk menggerakkan tuts-tuts di keyboard saya untuk "mengolah" rumput itu. Tidak muluk-muluk, sekedar ingin menorehkan angan saja dari pada menggunung menjadi angan doang.

Berawal dari rumput. Rumput di tanah lapang yang empuk itu, menghijau dan terhampar luas menjadi wahana nyaman bagi para olahragawan pahlawan lapangan hijau. Ini sangat bermanfaat. Rumput di sini berperan sangat penting dalam hal ini. Sebagai permadani alami. Bisa dibayangkan seandainya lapangan olah raga tanpa rumput, jika kemarau berdebu, jika hujan becek. Ah, alangkah tidak nyamannya.

Berbeda dengan rumput, misalnya rumput teki (baca: suket teki ). Seperti yang dilagukan Mas Didi kempot yang kebetulan judulnya Suket Teki. salah satu liriknya, Tak tandur pari, jebul thukule malah suket teki.. dalam lirik lagu ini jelas menunjukkan bahwa maksud hati menanam padi tetapi yang tumbuh adalah rumput teki. Di dalam persawahan yang ditanami padi, rumput, apapun rumputnya, termasuk rumput teki, merupakan hama bagi tanaman, mengalahkan tanaman pokok, dalam hal ini padi. Sehingga hasil panen pun kurang maksimal. Jadi rumput di sini berperan negatif atau merugikan. Maksud Mas Didi Kempot dalam lagu campur sari tersebut adalah ketika menanam cinta, ternyata dibalas dengan sesuatu yang tidak menyenangkan hati, bahkan dikhianati. Ironis sekali, oh suket teki.

Aku tak sing ngalah, trima mundur timbang lara ati

Tak oyaka, wong kowe wis lali, ora bakal bali

Paribasan awak urip kari balung lila tak lakoni

jebule janjimu, jebule sumpahmu

ra bisa digugu

Wong salah ora gelem ngaku sala, suwe-suwe sapa wonge sing betah

mripatku uwis ngerti saknyatane, kowe selak golek menangmu dhewe

tak tandur pari jebul thukule malah suket teki...

Magetan, 19032018

Penulis adalah alumnus sagusabu surabaya3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rumput bergoyangnya Ebit yha bun. Dalam kenal.

19 Mar
Balas

Salam kenal kembali, Bapak... Wah kalau Ebiet,.. beda tema Pak.. hehe.. Maturnuwun.

19 Mar

Sae... tenan....

19 Mar
Balas

Maturnuwun Pak ketua suku... ini sebenarnya lagi jenuh dengan jurnal yang belum tuntas juga. nylemur saja ini, bahkan sebuah pelarian..

19 Mar



search

New Post