
Tak kenal tapi Ucap Farewell Saja
Biasanya saat seorang kerabat, atau sahabat, atau seseorang yang kita pernah kenal wafat, kita akan ikut mendoakan dengan beberapa ekspresi kalimat doa. Tapi kali ini, banyak orang (hampir di seluruh dunia, terutama yang ngefans dengan olahraga sepak bola) baik itu yang pernah menyaksikan langsung ataupun tak langsung, yang membaca artikel tentang sosok ini langsung maupun tak langsung, dengan lapang hati (akan) ikut mendoakan Sosok yang tak asing lagi bagi persepakbolaan dunia. Pele . Begitu orang-orang menyebutkan namanya. Sejak saya berusia 10 tahun, di musim piala dunia (Espana’82), saya juga mendengar namanya, tapi siapa dia, sayapun tak menggubris (mungkin karena masih usia bermain kanak-kanak). Tetapi, disetiap perhelatan piala dunia (mexico’86, Italia’90, USA’94 hingga yang baru berakhir 2022 di Qatar), selalu media masa ataupun diskusi para pencinta sepak bola menyebut namanya. Ada rasa penasaran, sebenarnya siapa sang pemilik nama lengkap Edson Arantes do Nascimento itu. Sampai satu saat, sempat menonton film biaografinya dan membaca salah satu artikel yang ditulis oleh Henry Kissinger pada kolom Phenomenon di Majalah TIME edisi “Heroes and Icon”; The Fifth in a series of special issue on the most influential people of the century, barulah memahami siapa Sang Bintang yang menjadi ikon dari dekade ke dekade, khususnya dalam perhelatan sepakbola dunia di era 1950an -1970an.
Senin larut malam ini, ketika menyimak khabar berita terbaru dari salah satu kanal televisi internasional yang berbahasa Inggris, sayapun menyaksikan di layar televisi ada antrian panjang warga Brazil di Santos, Brazil. Mereka akan ikut memberikan penghormatan terakhir pada Pele, sang bintang sepakbola itu, setelah resmi dinyatakan wafat pada 29 Desember 2022, diusia 82 tahun. Dalam siaran kanal tv itu, korespondensi Julia Vargas Jones menyempatkan diri mewawancarai sepasang saudari perempuan yang juga bersedia keluar dari antrian untuk memberikan pendapat mereka tentang sang bintang Pele, dalam bahasa portugis, yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Kedua saudari yang berusia diatas tujuh puluh tahun itu menyampaikan pendapat mereka yang menghormati Pele bukan saja sebagai pesepak bola yang membawa nama negara Brazil, tetapi jugamenjadi penengah dalam ‘gap’ dan menyayangi masyarakat kecil. Bagi mereka berdua Pele telah menunjukkan ‘Spirit Brazillian Excellence”.
Sejenak, saya pun termenung. Saya membuka kembali majalah TIME yang sudah tersimpan lebih dari dua puluh tahun itu (14th June 1999 edition) dan membaca tulisan artikel itu, dan sayapun ikut mengucap selamat berpisah meskipun saya tak kenal siapa dia. Saya hanya mengenal apa –apa yang sudah dia perbuat untuk kebaikan dari apa yang ditulis dan dibicarakan orang. Yes, everyone obtains what she or he deserves. Pele, The Legend ! May Your Soul Rest Peacefully!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar