yulia yulianti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
259. SEPATUTNYA BERSYUKUR

259. SEPATUTNYA BERSYUKUR

TANTANGAN MENULIS HARI KE-259

#TantanganGurusiana

SEPATUTNYA BERSYUKUR

“Bu, meser sepuluh rebueun.” Kataku kepada ibu penjual gorengan.

“Manga, Neng … naon wae?” tanyanya

“Apa ajalah, Bu … jangan pake yang manis.” Jawabku sekenanya.

“Ngangge saos sambal oge ya, Bu.” begitu tambahku.

Sekali lagi kulihat arah kekantor, belum juga tampak, sahabatku itu. Akhirnya kuputuskan untuk duduk diwarung gorengan sambil menunggu dia. Ya, daripada tidak jelas harus menunggu dimana.

“Bu, ngiring calik ya, abdi nuju ngantosan rerencangan.”

“Mangga, Neng “ jawab ibu penjual gorengan.

Akupun duduk dibangku yang ada dekat gerobak gorengan menghadap kejalan raya sambil tetap sesekali melihat kearah kantor.

“Ibu tos lami jualan didieu?” Tanyaku sekedar memecah kesunyian

“Oh tos lami Neng, aya sekitar genep tahunan.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Ibu aslina timana?” tanyaku lagi

“Ibu mah urang Garut, ti Bayongbong.”

“Waduh, sami atuh Bu, abdi ge ti Garut.” Kataku sambil tersenyum. Entah kenapa senang sekali ketika mengetahui ternyata ibu penjual gorengan itu berasal dari Garut. Rasanya seperti menemukan saudara jauh. Hehe …

Dari obrolan ringan sekedar bertanya asal dan berlanjut kehal lainnya. Dari percakapan yang singkat tersebut. Banyak hal yang bisa kuperoleh dari ibu penjual gorengan.

Ternyata nama ibu penjual goregan itu adalah Bu Teti. Saat ini usia beliau memasuki 45 tahun. Memiliki dua orang anak. Yang pertama sudah menikah dan yang kedua laki-laki, masih kuliah semester lima di Polban. Beliau bersyukur punya putra yang diberi anugerah memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan anak yang lainnya. Sejak SD selalu mendapatkan rangking satu. Namanaya Syaiful jamil. Syaiful juga diterima di UPI, tapi lebih memilih untuk mengambil tehnik sipil POLBAN. Bahkan syaiful juga mendapatkan beasiswa dari perguruan tingginya.

Subhanaloh ternyata waktu menunggu temanku tidak percuma. Kuisi dengan ngobrol walau sebentar dengan Ibu Teti. Dari ceritanya banyak perjalanan hidup yang beliau alami. Pernah sakit selama 1 bulan tidak bisa berjualan. Ada cerita pernah digusur tibum ketika pertama kali hijrah dari Garut ke Bandung. Serta berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dua anaknya sampai bisa menguliahkan mereka. Luar biasa perjuangan mereka.

Aku jadi terrenyuh mendengar cerita bu Teti dan merasa malu, selalu mengeluh atas kesulitan dan keadaanku yang tak seberapa bila dibandingkan dengan bu Tuti. Ya Allah maafkan aku, bila selama ini kurang bersyukur atas segala anugerah dan nikmat yang Kau berikan. Ternyata banyak orang lain diluar sana yang kau beri ujian lebih daripada yang aku alami.

Dalam hati aku berjanji tidak akan mengeluh lagi. Aku harus lebihmenyukuri keadaanku saat ini. Alhamdulillah. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post