Semut Api
Sejak ditetaskan sebagai semut pekerja aku tak pernah tahu siapa ayah dan ibuku, mungkin yang pertama kulihat saat aku keluar cangkang, dialah ayahku. Kata teman temanku dia selalu menjagaku saat aku masih telur. Bahkan dia yang menggendongku, membawaku bersembunyi di balik keramik saat Aika menyapu. Aika gadis baik, dia masih paud tapi sudah pandai membantu ibunya menyapu lantai rumahnya.
Aku selalu menunggu saat Aika makan. Aika selalu menjatuhkan beberapa bulir nasi yang sudah berlumuran sayur dan daging.
Lalu aku bersama dengan teman temanku mengangkat sebulir nasi itu, kubawa ke balik keramik untuk dimakan bersama. Aku selalu makan bersama adik adik bayi semut yang baru menetas. Mereka masih buta dan lemah, kasihan.
Tapi sayangnya ibu Aika, sangat membenciku. Karena ada temanku yang menggigit lengan Aika. Lengan Aika kemudian melepuh, seperti terkena percikan minyak panas. Ibu Aika memanggilku semut api.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasihan Dik Aika...... Semut api jangan gigit lagi ya.....
Iya, kulitnya melepuh...kata nenek suleten
Semut api nggak usah gigitya..biar nggak dipukul
Iya Om
Oalah...semut api, harusnya nunggu ada butir nasi jatuh saja, tidak perlu acara menggigit, kan kasihan Aika?
Gemes Tante Hermin
Waduh. Pukul aja yg menggigit tuh. Biar sama tahu rasanya sakit. Hik hik.
Makasih Emak Umy...
Aamiin...
Semoga yang sakit segera sembuh..dan semut apinya pergi menjauh..
Aamiin