AKSI NYATA 'BUDAYA POSITIF' SISWA SDN 6 BESOLE
Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai yang diharapkan. Upaya mengontrol perilaku ini dapat berupa pemberian sanksi/ hukuman, penghargaan dan stimulus agar menimbulkan rasa bersalah. Seringkali guru lebih fokus pada hal-hal tersebut dibandingkan menumbuhkan motivasi intrinsik dari dalam diri peserta didik.
Penelitian para ahli menyatakan bahwa setiap perilaku manusia memiliki tujuan/ alasan. Bahkan seseorang melakukan kesalahan juga memiliki alasan, termasuk siswa yang sering melakukan pelanggaran. Siswa yang melakukan pelanggaran tersebut, bisa jadi karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Kebutuhan dasar yang dimaksud diantaranya adalah kebutuhan akan kasih sayang dan memiliki (belonging), bertahan hidup (survival), kesenangan (fun), penguasaan (power) dan kebebasan (freedom).
Seorang siswa yang kurang berprestasi secara akademis mungkin kebutuhannya akan kekuuasaan tidak terpenuhi di sekolah. untuk memenuhi kebutuhan tersebut bisa jadi dia akan mencoba mengatur orang lain di tempat bermain, atau menyakiti kawannya secara fisik. Sebagai seorang guru kita bisa mencarikan peluang agar murid mendapat kesempatan menjadi lebih berarti.
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu:
untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.Berdasarkan teori tersebut, seseorang yang melakukan sesuatu karena menghindari hukuman atau untuk mendapatkan penghargaan maka perilaku yang dilakukan tidak adak bertahan lama. Namun seseorang yang melakukan sesuatu karena motivasi dari dalam dirinya , hal tersebut akan menjadi karakter yang melekat dalam dirinya.
Disiplin positif bertujuan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri siswa untuk melakukan tindakan-tindakan positiff. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan bagi siswa dalam perjalanan tumbuh kembang mereka. Upaya membangun budaya positif di sekolah membutuhkan peran serta seluruh elemen di dalamnya. Siswa sebagai subjek utama, guru, kepala sekolah dan dukungan dari orang tua.
Penerapan budaya positif di SDN 6 Besole ditujukan untuk menjawab beberapa permasalahan yang muncul paska pembelajaran daring kareng pandemi covid-19. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah:
kedisiplinan siswa dalam melaksanakan tugas di sekolah sangat kurang sikap individual dan acuh tak acuh dengan sesama warga sekolah kurangnya adab saat berada di dalam forum, seperti meremehkan dan menyela pembicaraan orang lain kurangnya kepedulian akan kebersihan lingkungan sekitar.Kegiatan ini diawali oleh siswa kelas 6 SDN 6 Besole dengan harapan dapat menjadi contoh bagi siswa pada jenjang kelas di bawahnya. Guru mengajak siswa untuk menyepakati beberapa perilaku-perilaku positif yang akan dilakukan secara konsisten dalam beberapa bulan. Setelah beberapa bulan kegiatan ini berlangsung, siswa diminta untik menyampaikan testimoni dari apa yang telah mereka lakukan. Perilaku positif yang telah berhasil dibiasakan diantaranya adalah budaya "Senyum, Sapa, Salam", tertib di dalam kelas, kolaborasi positif dengan sesama teman, dan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Beberapa kegiatan tersebut telah dilakukan oleh siswa secara sadar tanpa stimulus penghargaan dari guru.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar