SUAMIKU MOTIVATOR ULUNGKU
Malam tadi aku lelah sekali, setelah seharian beraktivitas yang menguras pikir dan tenaga. Saking lelahnya, saat tengah menyimak materi IASP 2020 di Youtube, handphone-ku terjatuh karena aku sempat terlelap sejenak. Aku tersentak kaget, terbangun, dan berusaha melanjutkan lagi menyimak materi. Namun, aku tak mampu membuka mataku, dia sudah tak mau diajak kompromi. Aku pun mematikan handphone-ku,
Aku beranjak dari ruang kerjaku dan pergi ke kamar tidur. Sebelumnya aku minta izin pada suamiku untuk melepas lelah sebentar dan berpesan agar dibangunkan pukul 21.00, karena aku belum setor tulisan untuk hari ini. Setelah ada kesepakatan aku pun membaringkan tubuhku yang keletihan. Tak lama kemudian aku telah berada di alam mimpi.
Aku terbangun saat jam dinding menunjukkan pukul 21.00 Aku pun keluar kamar. Kucari suamiku, ternyata dia telah tertidur di kamar yang lain. Rupanya petugas piket pun tak mampu menahan kantuknya, karena memang hari ini pekerjaan kami benar-benar menguras tenaga. Dalam hatiku bergumam, untung aku terbangun, kalau mengandalkan petugas piket bisa bablas, bisa-bisa harus remedi. Aku tak berniat membangunkan suamiku, biarkan saja dia nyenyak dan bermimpi indah.
Aku pun menuju ruang kerja, membuka laptop dan mulai menulis. Ide pun meluncur deras, sehingga tidak lama kemudian aku bisa menyelesaikan tulisan untuk ditayangkan malam itu. Selesai mengirim tulisan, aku bersiap-siap kembali merajut mimpi. Setelah semua tertib, laptop dan lampu kerja sudah kumatikan. Pintu keluar sudah dikunci. Aku kembali masuk ke kamar tanpa mengganggu yang sedang nyenyak. Biarlah malam ini aku menunggunya di kamar lain sampai dia terbangun, Aku tak berani mengganggunya, kasihan, dia pun sama kelelahan.
Baru saja aku memarkirkan tubuhku di pembaringan. Kudengar suamiku terbangun. Aku lantas menarik selimut dan berpura-pura masih terlelap. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya. Dia memanggil-manggil dan membangunkanku beberapa kali. Aku tetap dalam posisi seakan-akan sedang nyenyak. “Yaang, bangun. Ayo sudah malam, kan belum membuat tulisan untuk hari ini. Nanti keburu habis waktunya. Sayang kalau harus remedi. Sekarang sudah tulisan ke-166.” nada penuh kekhawatiran yang disampaikannya.
Aku tetap berpura-pura sedang nyenyak. Suamiku pun keluar kamar. Kudengar dia sedang hilir mudik di ruang tengah, ke ruang kerj dan kembali ke kamarku. Dengan lembut dia kembali membangunkanku. “Sayang, bangun dong. Ayo semangat, menulis untuk hari ini.” Aku hanya membalikkan tubuhku dan mengatakan bahwa aku masih mengantuk. Aku ingin tahu reaksi dia selanjutnya. Dalam hati aku tertawa sambil minta maaf karena aku telah mempermainkannya. Tulisan untuk malam ini sebenarnya kan sudah tayang.
Suamiku pun keluar lagi. Biasanya jika seperti itu, dia akan memberikan kesempatan padaku untuk tidur lagi beberapa saat, jika dirasa cukup, dia akan membangunkanku lagi.
Aku benar-benar mengaguminya. Semangatnya dalam mendukung apapun kegiatan positif yang aku lakukan tidak pernah setengah-setengah. Termasuk dalam memotivasiku untuk terus menulis. Setiap hari dia selalu mengingatkanku untuk menulis. Tanpa bantuan dan motivasi dari dia, mungkin aku sudah remedi beberapa kali. Saat aku kelelahan, kehilangan ide, kehilangan semangat, dia selalu tampil menjadi dewa penolong, sehingga muncul lagi semangatku. Aku kembali mampu melanjutkan perjalanan menulis yang sudah setengah jalan ini.
Saat aku senyum-senyum sendiri, menikmati keisenganku padanya. Tiba-tiba dia muncul sambil membawa handphone-nya. “Ah, kamu memang iseng, membuatku bingung, dan khawatir remedi malam ini. Pantesan kamu tidak mau bangun juga karena tulisan untuk malam ini telah kamu buat.” katanya. Aku pun tertawa sambil berucap: “Tertipu ni ye! Kami pun tertawa bersama.
Aku melihat ekspresi kebahagiaan di wajahnya. Ketegangan dan kekhawatiran hilang sirna, setelah memastikan bahwa tulisanku malam ini telah dibuat. Sambil merebahkan diri di sampingku, dia pun mengecup keningku. “Kamu memang suka iseng. Jangan diulang lagi ya, aku benar-benar khawatir tadi,” ucapnya. Aku hanya tersenyum menimpali ucapannya. “Suamiku, kamu memang motivator ulungku. Terima kasih telah senantiasa ada di setiap helaan napasku.” batinku. Aku memeluknya dan kami pun siap kembali merajut mimpi yang sempat tertunda.
Bismika allahumma ahya wa bismika amuut.
Bandung, 14 Agustus 2020
#Harike_167
#Menuju_365
#SUAMIKU_MOTIVATOR_ULUNGKU
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
So sweet bunda. Memang dukungan suami sgt penting tuk melancarkan urusan kita. Salam.
Alhamdulillah. Betul, say. Dengan dukungan suami segala urusan dipermudah. Terima kasih apresiasi dan kunjungannya ya.
Kereeen, Bunda. Semoga sang suami terus memotivasi untuk menulis. Sukses selalu. Salam literasi
Aamiin. Terima kasih apresiasinya Pak Dede. Sukses juga untuk Pak Dede. Salam literasi.
Keteen
Alhamdulillah. Terima kasih kinjungannya, Bu Ida.
Barokallah Ibu. Inshaallah menjadi contoh buat kami, alhamdulillah...
Masyaallah,..suami yang penyayang dan selalu mendukung kegiatan istri..artikel sdh upload disuruh upload lagi he..he.., eh baru baca ,baru tahu he..he., salut
Alhamdulillah, terima kasih Pak Adri apresiasi dan kunjungannya.
Masya Allah. Bahagianya teteh... Semoga selalu bersama, sehidup sesurga. Barokallahu fiikuum.
Alhamdulillah. Aamiiin. Terima kasih doa dan apresiasinya, say.
Aih, dalam banget nih... .salam hormat buat Bapak ya... .Samawa selalu
Aamiiin. Terima kasih, say. Salam juga untuk keluarga di Pwk.