DUA JAM MATAHARI DI PUNGGUNGKU
Lima belas September tahun ini,
Matahari pagi, yang sebagian menghangatkan alam
Semburatnya membelah dahan palma
Jatuh di bawah tiang bendera, dan
membentur tepat punggungku.
Warna perak matahari itu, mengeras, pedas!
membalur kulit, menjelma legam
Matahari tak peduli, ketika aku mengerang,
Menggelepar, takut tetapi tak mampu meronta
Punggungku tertembus rasa tak menentu
Robek jantungku, denyutnya berserakan.
Dua jam pertama, rasa kemana-mana
Suasana belum memihak kita
Gedung dan atapnya membatu bisu
Asing, seperti di negeri dongeng.
Ah, ternyata ...
Dua jam berakhir,
Rasa itu, hanya tipu daya
Tiba-tiba,
Punggungku disapu semilir angin, segar
Denyut jantung, kupungut tak lagi takut.
Sekarang matahari ini,
Tak boleh lari,
Dari jarring yang yang kutambat.
==Yuli Trianto==
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar