MEMBINGKAI CAHAYA
Membingkai Cahaya, sebuah novel mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis remaja kelas X SMA bernama Vizan. Keberuntungan selalu ia dapatkan dalam berbagai kesempatan. Ceplas-ceplos adalah gayanya dalam bertutur. Kemampuan beradaptasi menjadikan teman-temannya mudah mengenal bahkan cepat sekali tercipta suasana keakrabaan.Suka merajuk, menggerutu kerap kali terlihat pada sosok Vizan ini, tetapi bukan hal yang serius, semua itu hanyalah acting. Siapapun yang mengenal menyebutnya sebagai gadis manja. Kondisi ini sering dimanfaatkan sebagai sasaran perbincangan. Walau kadang berkesan menyudutkan tetapi tidak ada kemarahan sama sekali pada diri Vizan.
Vizan sangat piawai berkata-kata, menyusun kalimat dengan bahasa yang sangat puitis. Kelebihan ini ia manfaatkan untuk berkarya. Ia sangat peka dalam menghadapi situasi apapun. Kondisi-kondisi yang mungkin bagi orang lain merupakan tekanan, siksaan ataupun beban, baginya mampu dimanipulasi dalam bentuk karya puisi. Ia sangat pintar mengisi waktu luangnya untuk berkarya. Puisi adalah salah satu menu wajib, tanpa puisi hampa dirinya.
Segala bentuk perhatian dari orang-orang di sekeliling mampu diterjemahkan sebagai sebuah anugerah pembelajaran hidup. Vizan mengakomodasi kasih sayang dan perhatian itu dalam istilah cahaya, pemberi warna dalam kehidupan. Setiap cahaya yang menerpa, mempesonakan dan memanjakannya tidak mau begitu saja sirna, terlepas dari genggaman. Spektrum cahaya nyata, walau dengan berbagai bentuk dan warna harus membekas, terpatri dan menjiwa. Cahaya itu akan utuh dalam dirinya dengan kekuatan bingkai yang menawan.
Novel ini dikemas sederhana, ide cerita tersaji dengan tutur bahasa yang renyah, paparan mengalir ringan tanpa memberikan beban kepada pembacanya. Pemilihan bahasa diupayakan dapat masuk dalam berbagai kalangan, hal ini mengandung maksud agar pembaca sebagai penikmat cerita mampu dengan mudah mencerna cerita. Keteladanan yang muncul adalah bahwa hidup itu anugerah untuk dinikmati. Keberuntungan merupakan hadiah Tuhan yang harus disyukuri. Hambatan dan kesulitan bukan untuk ditakuti, tetapi mencarikan solusi penyeimbang. Jika demikian yang berlaku pada diri manusia maka kehidupan akan dapat menyatu,
Penulis adalah peserta Sagu Sabu Purbalingga
Guru SDN 1 Sirandu, Karangjambu, Purbalingga, Jateng.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pasti asyik novelnya ya..
Aamiin, semoga ibu, mohon doanya.
Bagus Mas, settingnya di Karangjambu ya Mas
Setting di kota kecil mas
Membagi cerita membawa karib hanyut terbawa
Aaaaaahhhh... itu ada ketika yg Maha Tinggi menggetarkan, menunjuki