Yuli Trianto

Penulis "Intuisi Cerita Pagi dan Bening Bola Mata Raisha," belajar menuangkan imajinya dalam bentuk tulisan. Walau tak cukup bekal teori menulis ia selalu saja ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENULIS UNTUK BAHAGIA
1071klitefm.com

MENULIS UNTUK BAHAGIA

Sekarang. Saat ini. Abaikan saja kondisimu. Jangan rasakan engkau terserang kantuk, lelah, marah ataupun beban sakit sekalipun. Jangan pedulikan itu semua. Cukup rasakan saja bahwa udara yang hadir, mengalir bebas di dalam ruangan sekitarmu adalah anugerah Tuhanmu. Jangan berpikir bagaimana caramu menikmati udara yang mengalir. Biarkan saja semua akan terjadi secara alamiah. Apa adanya. Tuhan tak pernah berhitung-hitung dengan kekayaan-Nya yang engkau ambil. Seberapapun itu. Tuhan juga tak pernah sekalipun mengajarimu bagaimana caranya mengambil udara yang melintas, kemudian engkau jadikan napas. Tetapi engkau bisa, dan semakin bisa. Mengalir, mengikuti waktu hidupmu. Bahkan, ketika engkau tertidurpun masih terus bernapas bebas. Udara adalah kekayan Tuhan. Untukmu, maka ambillah sesukamu. Pasti kekayaan itu akan menghinggapi seluruh waktumu.

Sekarang, saat ini juga ada baiknya engkau ambil selembar kertas. Atau apapun juga yang bisa engkau jadikan area menulis. Tidak perlu repot mencari yang tak terlihat. Ambil saja apa adanya. Mulailah menulis tentang rasamu sekarang. Jika masih belum terlintas, maka sediakan cukup ruang di paru-parumu. Hadirkan lebih banyak udara di sekitarmu untuk berkunjung dalam setiap rongga dadamu. Tarik napas yang dalam, hayati dan rasakan. Buang perlahan, sangat pelan, rasakan hembusanya melalui mulut. Wujudkan dalam sebuah kata. Ilustrasikan dalam sekumpulan kata yang mewakili rasa. Lalu torehkan pada bidang tulis yang kamu punya. Iya, sekarang saat ini juga.

Jangan engkau hitung berapa jumlah kata yang tertulis. Abaikan apapun yang terjadi. Biarkan kalimat tak indah itu terwujud, menyatu menjadi paragraf-paragraf nyata. Tepis dulu tatanan yang tak rapi. Biaralah kerapian itu akan mengikuti hentak telapak tangan yang ikhlas menarikan jemarimu menyusun kalimat padu. Hiraukan diksi dan kalimat penjelas lainnya. Karena itu bukan tugasmu mencari-cari. Percayalah, rasakan saja semua akan mengalir deras membersamai tarikan dan hembusan napasmu. Klimat yang tak indah itu akan berubah bentuk dengan sendirinya. Dengan kuasa yang tak pernah engkau perkirakan sebelumnya. Itulah kekayaan yang tersembunyi. Saat ini muncul dan terurai di hadapanmu. Sangat nyata, bahkan semakin nyata.

Bagus, luar biasa. Demikian cara Tuhanmu menuntun dari ketidakberdayaan menjadi sebuah kekuatan. Lakukan saja jika engkau capek. Apapun itu bentuknya. Nikmati, hayati dan rasakan kecapekanmu menjadi sebuah karya. Ataupun lebih dari itu. Jika engkau saat ini sedang dalam gangguan kenikmatan, sakit misalnya. Bukan berarti hambatan bagimu untuk terus melaju. Menulislah dan teruslah menulis.

Ada rasa yang engkau punya? Andaikan saja. Coba kamu lakukan dengan napasmu yang sedikit engkau buat lebih bertenaga. Ulang sekali lagi dengan tempo sedikit meninggi. Sekarang pusatkan perhatianmu pada rasa yang mendera, sambil terus menulis. Hadirkan sakitmu untuk lebih jelas, dan semakin jelas. Rasakan dan fokuskan menjadi sebuah titik nyata. Jika perlu, visualisasikan dalam bentuk benda, apapun itu. Besarkan volumenya, perjelas dimensinya. Amati, rasakan dan hayati. Lalu katakan dalam doa suci.

“Terima kasih wahai engkau rasa sakitku. Tetaplah di sini membersamaiku. Ikhlaskan dirimu berteman, bersahabat bahkan menjadi saudara sepenuhnya. Aku pasti mengijinkan engkau memanjai setiap waktu. Wahai rasa sakitku yang menyatu dalam tubuh. Jika engkau lelah, mengapa tidak istirahat saja? Aku pasti menyediakan tempat yang nyaman untukmu. Atau bahkan jika masih belum engkau suka, pasti aku sediakan tempat lain yang lebih indah. Percayalah aku tak mungkin melupakanmu. Terima kasih wahai rasa sakitku. Ijinkan aku mengucap kalimat mesra untukmu. I love you.”

Tuhan, Allah SWT saat ini mengutus pengawas-pengawas-Nya, pembimbing-pembimbing-Nya. Tak usah mencoba mencari tahu apa dan siapa. Kapan dan bagaimana mereka mengajarimu. Seperti saat ini. Dalam kondisimu menikmati semua yang engkau rasa. Membersamaimu, menggerakkan tanganmu, jari-jemarimu. Melepaskan dengan ikhlas, rileks dan nyaman sebagian kekayaan otakmu. Dalam bentuk imaji yang sempurna. Berdimensi rangkaian kata yang bermakna. Percayakan sepenuhnya pada pikiranmu bahwa ia tak pernah kehilangan satu katapun. Tak pernah kekurangan satu hurufpun, walau engkau kuras deras. Yakinkan dalam benakmu terdalam, bahwa pikiranmu akan kaya, semakin kaya dan bertambah kaya. Jadi tak perlu engkau risau jadi buntu berkata-kata. Berhenti dan terpana. Sapa saja seluruh yang hadir dalam pikiranmu secara santun dan penuh hormat. Pasti ia akan menyambutmu dengan hangat, mesra dan bersaudara. Nikmati suasana keakraban yang engkau mau. Hingga celoteh lucu, gurau manja dan petuah-petuah itu mengalir membanjiri untuk engkau nikmati. Jadikan seluruhnya sebagai sebuah pembelajaran bermakna. Pasti engkau bisa.

Nyatanya, sekarang, saat ini… engkau bisa. Wujudkan rasa syukurmu dalam ungkapan kata. Alkhamdulillah Yaa Rabb, Engkau berikan aku rasa yang begitu indah, kenikmatan yang sempurna, dan anugerah yang melimpah. Betapa telah Engkau ijinkan aku sebagai makhlukmu yang menikmati kekayaan semesta. Berilah kesempatan untukku selalu bersyukur, memahami dan menghargai setiap pemberian-Mu.

Nyatakan rasa gembiramu dalam ekspresi anggota tubuh. Yang engkau bisa saja. Tanpa harus dipikir. Biarlah mengalir, berjalan semestinya. Yakinlah bahwa gembira itu tidak harus dalam senyum lebar, atau tawa riang. Bahkan menangispun dapat engkau lakukan sebagai bentuk gembira. Ketahuilah olehmu, gembira itu jika beban tak lagi mengganggu. Tidak harus terlepas jauh dan melesat. Terpenting bagimu adalah tekanan itu tak lagi membuat diam, ragu dan terbelenggu. Tetapi bergerak, melangkah, mewujud apa saja. Mengikuti titian yang tersedia secara alamiah. Siapa alamiah itu? Adalah campur tangan Allah, Tuhan kita. Penggerak, pemilik semesta raya.

Seperti saat ini. Lihatlah kertasmu, atau apapun media tulismu. Sungguh keajaiban telah terjadi. Apa yang tak ada dalam rencana kita sekarang terurai dengan jelas. Rangkaian kata, kalimat dan paragraf menyatu membentuk bidang realistis dengan kata-kata penuh makna. Baca, pahami dan resapi bahwa itu yang sedari tadi kita maknai sebagai proses alamiah. Berjalan sesuai petunjuk Sang Penggerak. Kita tak paham seperti apa dan berakhir di mana. Yang kita bisa ikuti kata hati, rasakan dan hayati. Maka kita akan bahagia.

Masih tak usah engkau paksakan. Bagaimana mencari bentuk bahagia. Jika rangkaian kata, kalimat dan paragraf belum terwujud sesuai kehendakmu. Bacalah sekali lagi, ikuti alurnya maka engkau akan menemukan tulisan yang membahagiakan. Percayalah… Mulai saat ini dan seterusnya, wujudkan dalam sesuatu bermakna. Nyata, semakin nyata dan bertambah nyata. Apakah itu? Bahagia kita.

Selamat berkarya, menulis untuk bahagia.

Salam literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Berbahagialah melalui tulisan,,,

05 Dec
Balas

Mari ikat kebahagian itu, agar terwujud & semakin terwujud.

05 Dec

Subnahanllah. Selamat untuk Pak Yuli yang telah menemukan jalan menuju kebahagian sesungguhnya. karena seseungguhnya bahagia itu ada dalam setiap rasa. Bukan rasa yang menciptakan bahagia. bahagia ada dalam setiap partikel terkecil dalam tubuh kita sendiri. hanya saja ego kita terkadang tak mengijinkannya muncul... salut, salut,salut....terus berkarya menebar kebahagian melalui tulisan, inspiratif

05 Dec
Balas

Alkhamdulillah ibu, terima kasih suportnya. Aamiin doanya. Smg Allah berikan kekuatan utk selalu berkarya. Yg manfaat bg kita semua.

05 Dec

Bahagia dengan yang ada, bukan yang tidak ada. Bahagia dengan yang kita punya, bukan yang kita tidak punya. Bahagia bukan pada apa nya, bagaimana kita merasakannya. Terima kasih untuk "alarm" (bc: pangingat) bahagia ini.

05 Dec
Balas

Pak Pras, terima kasih. Sungguh sejuk silaturahmi menjelang pagi. Smg senantiasa diberkahi.

05 Dec

Uakeh nemen Bpk...tp sarat makna...

05 Dec
Balas

Hehe, terlalu byk po?

05 Dec

Kebahagiaan seseorang tidaklah sama, tergantung dr sudut mana ia memandang, namun kebahagiaan adalah impian semua orang. Kebahagiaan menjadi nyata berawal dari angan dan khayalan. Tapi dengan kesungguhan hati dan tekad yg kuat maka angan dan khayalan akan terwujud. Bahasanya, isinya menghipnotis ... sejuk ... mengandung makna mendalam. Mtrnwn P Yuli benar2 memotivasi ...

05 Dec
Balas

Alkhamdulillah ibu, benar adanya kita punya byk sisi utk memandang, melihat & merasa. Terima kasih atensinya. Smg bermanfaat.

05 Dec

Aamiin, trimkasih pak Anto ats motivasinya, semoga sy bisa. Tulisan yg sungguh bagus dan luar biasa.

05 Dec
Balas

Ibu.. sama-sama hanya pura-pura bisa menulis, agar bisa saling suport. Terima kasih sudah singgah.

05 Dec

Saya berpura-pura jadi penulis. Berpura-pura menasehati. Agar yg saya harap bisa nyata.

05 Dec



search

New Post