Setelah mengikuti uji coba Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang menguji tingkat literasi, numerasi, dan survei karakter pada hari Rabu tanggal 26 Februari 2020 maka saya semakin insyaf akan urgensi literasi, numerasi, dan pembentukan karakter bagi siswa.

Anak-anak yang hari ini menjadi siswa, kelak akan menghadapi masa depan penuh kompetisi di tengah kemajuan pengetahuan dan perkembangan teknologi yang pesat. Kemampuan literasi dan numerasi yang tinggi serta kemampuan beradaptasi pada lingkungan sangat dibutuhkan untuk bisa berhasil di dunia kerja dan untuk menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin komplek. Orang-orang dengan tingkat literasi dan numerasi rendah akan tertatih-tatih mengikuti perubahan yang begitu cepat dan pada gilirannya akan tergilas oleh kemajuan. Tidak memiliki karakter yang kuat membuat seseorang mudah terombang-ambing oleh berbagai informasi yang menyebar cepat sehingga salah dalam membuat sebuah keputusan.

Laporan hasil penelitian PISA tahun 2018 yang dirilis tahun 2019 menyatakan bahwa tingkat literasi siswa Indonesia masih rendah. Soal-soal PISA dibuat sedemikian rupa agar mampu mengukur kemampuan literasi dan numerasi anak usia 15 tahun di berbagai negara. Soal-soal AKM hampir mirip dengan soal-soal pada tes PISA. Jika siswa-siswa dites dengan soal-soal seperti itu, saya rasa cukup sulit bagi siswa untuk menjawabnya jika pembelajaran di kelas belum dirancang untuk melatih literasi dan numerasi siwa.

Sudah saatnya siswa dilatih untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Setiap guru memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa dalam kelasnya dan dalam pelajaran yang diampunya. Guru harus memikirkan dengan serius skenario pembelajaran yang tidak hanya memberi informasi materi tertentu tapi sekaligus mampu membelajarkan literasi dan numerasi pada siswa. Dengan pengembangan literasi dan numerasi secara berkesinambungan dan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran diharapkan siswa memiliki kecakapan menyelesaikan persoalan dalam kehidupan nyata menggunakan pengetahuan dari materi pelajaran yang sudah dipelajarinya dan dari kemampuan literasi dan numerasi yang dimilikinya.

Karakter juga harus menjadi perhatian guru. Guru bisa melakukan pengamatan sepanjang proses pembelajaran. Jika ada karakter yang perlu diperbaki pada siswa maka guru harus segera mengambil tindakan yang bijak.

Proses peningkatan literasi, numerasi dan penguatan karakter harus berlangsung secara kontinyu dari tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Untuk mencapai kemampuan literasi, numerasi, dan karakter yang diharapkan memang tidak bisa dalam waktu singkat. Dibutuhkan ketelatenan guru untuk membelajarkan literasi dan numerasi pada siswa. Dibutuhkan kesabaran guru untuk mendidik karakter siswa menjadi lebih baik.

Dengan merdeka belajar, guru memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Dengan diberlakukannya AKM mulai tahun 2021 untuk siswa kelas IV, kelas VIII, dan kelas XI maka menjadi tantangan besar bagi guru untuk lebih kreatif memfasilitasi siswa dalam belajar dan melakukan praktik yang terbaik di kelasnya demi kepentingan siswa.

# Tantangan Gurusiana