Fenomena masyarakat yang abai dengan protokol covid 19 di berbagai sektor kegiatan masyarakat menjelang hari lebaran membuat kita prihatin. Tidak diterapkannya physical distancing dalam kegiatan berbelanja kebutuhan pokok di pasar, belanja pakaian di mall, bahkan mengantri di bandara memperbesar peluang penyebaran virus Corona antar orang yang berinteraksi di tempat-tempat tersebut.

Virus Corona diketahui bisa menular melalui droplet orang yang sudah terinfeksi virus tersebut. Droplet yang mengandung virus bisa tersebar hingga jarak 1-2 meter. Bisa dibayangkan, jika ada kerumunan massa di berbagai tempat, maka virus juga akan menyebar pada banyak orang. Masa inkubasi yang cukup panjang (sekitar 14 hari) membuat penyebaran virus semakin meluas karena orang-orang yang terinfeksi virus tapi tidak menunjukkan gejala apapun akan tetap beraktivitas seperti biasa, tidak melakukan isolasi diri. Dampaknya, ia menjadi carrier bagi penyebaran virus pada orang lain.

Jika hal ini tidak dicegah dengan mengurangi interaksi masyarakat maka sulit untuk berharap pandemi virus Corona ini mereda. PSBB yang diterapkan pemerintah Indonesia sebenarnya cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus Corona jika dilakukan dengan disiplin. Permasalahannya, tidak seluruh masyarakat memiliki pemahaman yang tepat tentang virus ini dan penyakit Covid 19 yang diakibatkan olehnya. Ekonomi rumah tangga juga menjadi alasan banyak orang beraktivitas di luar. Selain itu budaya berhari raya yang identik dengan pakaian baru, masakan khas tertentu, dan mudik membuat masyarakat keluar rumah untuk memenuhi hajatnya masing-masing. Terjadilah kerumunan massa di mana-mana.

Kita hanya bisa berharap, selepas hari raya Idul Fitri tidak terjadi lonjakan jumlah pasien rumah sakit dengan indikasi Covid 19.