Yulizeslika

Guru di Sukabumi Jawa Barat. Gemar membaca, menulis, jalan-jalan, dan belajar hal-hal baru. Bisa dihubungi melalui email: [email protected] ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kasmaran Berilmu Pengetahuan, Refleksi Sistem Pendidikan Kita

Kasmaran Berilmu Pengetahuan, Refleksi Sistem Pendidikan Kita

Bapak Iwan Pranoto (guru besar Matematika ITB, mantan atase pendidikan dan kebudayaan Indonesia untuk India dan Bhutan di Kedutaan Besar RI di New Delhi India) dan Ibu Najelaa Shihab (pendidik, inisiator berbagai kegiatan dan organisasi pendidikan) adalah dua orang tokoh yang mencuri perhatian saya lewat tulisan mereka tentang pendidikan. Buku-buku mereka saya koleksi dan tulisan-tulisan mereka saya kunyah dengan antusiasme tinggi. Gagasan keduanya tentang kemandirian bernalar dan kemerdekaan belajar sangat menginspirasi dan menggairahkan semangat mengajar saya sebagai guru. Berbagai ide yang mengejawantah dalam praktik baik pembelajaran di kelas pun terlaksana di tengah berbagai keterbatasan. Sesederhana apapun praktik baik yang berusaha di wujudkan, semoga semua itu bermanfaat bagi murid-murid yang menjadi subjek pembelajaran. Berada dalam ekosistem pendidikan (terutama pendidikan dasar dan menengah) yang lebih subur bagi budaya menghafal daripada bernalar dan memandang hebat budaya kepatuhan pada kebijakan daripada inisiatif bergerak, maka menyelami pemikiran pak Iwan dan mengikuti kegiatan yang diinisiasi Ibu Ella bagaikan menemukan oase di tengah sahara. Hari Jumat tanggal 29 November 2019 saya berkesempatan mengikuti acara bedah buku "Kasmaran Berilmu Pengetahuan " karya pak Iwan Pranoto dan dihadiri oleh beliau berdua sebagai narasumber. Acara berlangsung dari pukul 09.00-10.30 bertempat di Gedung A Lantai 3 Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di kawasan Senayan Jakarta. Dalam acara bedah buku tersebut Pak Iwan memaparkan gagasan-gagasan yang konstruktif bagi pembangunan pendidikan di Indonesia dengan cara merangkai sejarah perkembangan kebijakan pendidikan di tanah air, membuka wawasan tentang pencapaian ilmu pengetahuan oleh masyarakat Asia di masa lampau dan kebangkitan pemikiran pemuda Indonesia di masa awal abad ke-20. Pak Iwan juga mengkritisi berbagai kebijakan pendidikan yang tidak sesuai dengan zaman yang akan dihadapi murid-murid di era mendatang, era yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan bernalar komplek mengingat jenis pekerjaan yang membutuhkan kecakapan berpikir rendah dan pendokumentasian rutin sudah tergantikan oleh mesin. Kegiatan bedah buku yang dilanjutkan dengan diskusi berjalan dengan lancar dan memberikan pencerahan pada para peserta yang hadir. Berharap kegiatan bermanfaat seperti ini lebih sering diadakan dan melibatkan lebih banyak peserta dari kalangan intelektual, para birokrat di bidang pendidikan, guru, dan praktisi pendidikan. Dengan demikian semakin banyak orang yang pemikirannya tercerahkan. Sebagai guru, saya memahami bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, guru bertanggung jawab untuk mengantarkan murid-muridnya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi mereka agar menjadi orang yang bertakwa pada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan yang diistilahkan oleh Pak Iwan sebagai Kasmaran Berilmu Pengetahuan. Guru yang tercerahkan oleh gagasan dalam buku Kasmaran Berilmu Pengetahuan ini akan membawa semangat pencerahan ini ke kelas-kelas mereka, menularkan semangat ini pada murid-murid mereka, memberikan kesempatan yang luas pada murid-murid untuk bernalar, menguji validitas pernyataan, menyusun argumentasi, menyimak pendapat temannya, dan merentang kepercayaan diri. Guru yang tercerahkankan akan mendorong murid-muridnya untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang dan jalan. Guru yang tercerahkan akan menghargai jawaban murid dengan menelusuri rangkaian argumentasi yang dijabarkannya, bukan hanya dari jawaban akhir atau kesimpulan yang diambilnya. Dari sini, murid-murid akan belajar menghargai proses berpikir dan proses belajar, bukan sekadar hasil belajar dalam bentuk angka. Angka-angka ini kadang menjadi tidak bermakna karena diperoleh dengan jalan pintas. Murid-murid juga belajar menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya yang kelak akan menjadi bekalnya dalam menghadapi berbagai benturan pemikiran dalam pergaulan di tengah masyarakat yang majemuk. Murid-murid kelak akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang percaya diri dan penuh inisiatif. Bukankah ini yang diharapkan dari pendidikan?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post