Yulizeslika

Guru di Sukabumi Jawa Barat. Gemar membaca, menulis, jalan-jalan, dan belajar hal-hal baru. Bisa dihubungi melalui email: [email protected] ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Literasi Baca Siswa (Tantangan Hari Keenam)

Umumnya anak-anak Indonesia mulai belajar mengenal huruf latin di usia 4-5 tahun yang dilanjutkan dengan mengeja kata sehingga sampai pada kemampuan membaca di usia 6-7 tahun. Usia yang cukup belia dibandingkan beberapa negara yang baru belajar membaca di usia sekolah dasar.

Akan tetapi sebagai guru di sekolah menengah, saya menemukan banyak siswa yang kemampuan membacanya rendah. Ketika disuruh membaca nyaring, sebagian siswa tidak mampu membaca dengan intonasi yang tepat, tidak berhenti sejenak jika ada tanda koma, dan kadang tidak berhenti ketika ada tanda titik. Cara membaca seperti ini membuat pendengar sulit memahami makna bacaan tersebut.

Ketika saya menyuruh para siswa membaca teks sekitar satu atau dua paragraf di dalam hati masing-masing dan setelah itu saya minta mereka menjelaskan apa yang sudah dibaca, ternyata sebagian siswa tidak mampu menjelaskan. Mereka mengatakan tidak memahami apa isi paragraf yang dibaca tersebut.

Saya menduga bahwa kemampuan membaca siswa-siswa saya tidak banyak beranjak dari kemampuan awal mereka membaca di masa kecil. Hasil penelitian PISA 2018 yang menunjukkan kemampuan membaca anak-anak Indonesia usia 15 tahun yang juga rendah jika dites dengan standar PISA (hanya 25% yang mencapai kompetensi minimal) menguatkan dugaan tesebut.

Pelajaran membaca di masa kecil umumnya hanya sampai pada kemampuan lancar membaca. Setelah tahap lancar membaca, anak-anak tidak distimulus dengan berbagai bacaan yang meningkatkan kemampuannya memahami bacaan. Ketika tingkat kelas semakin naik dan pelajaran semakin membutuhkan kemampuan membaca yang lebih tinggi, kemampuan membaca dasar yang sekadar lancar tadi tak lagi mampu mendukung kebutuhan memahami bacaan tesebut. Siswa-siswa pun menjadi kesulitan dalam belajar.

Kebijakan pemerintah untuk melakukan asesmen kompetensi mimimum berbasis literasi adalah hal yang memang dibutuhkan saat ini untuk mendiagnosis permasalahan literasi siswa-siswa sekolah. Dengan adanya data, maka pemerintah bisa memberikan umpan balik kepada daerah dan sekolah sehingga dapat dilakukan perbaikan.

Literasi baca tak sebatas lancar membaca. Literasi baca mencakup kemampuan yang lebih tinggi diantaranya memahami bacaan dan menganalisis bacaan. Lebih dari itu literasi baca juga harus sampai pada kemampuan membaca yang tersirat, tak hanya yang tersurat, sehingga dengan mengasah literasi anak-anak sedari kecil, kelak anak-anak Indonesia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang peka terhadap lingkungan sekitarnya dan bisa memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang ada.

# Tantangan Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post