Yulizeslika

Guru di Sukabumi Jawa Barat. Gemar membaca, menulis, jalan-jalan, dan belajar hal-hal baru. Bisa dihubungi melalui email: [email protected] ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengenang Bapak Republik Indonesia (Tantangan Hari Keempat belas)  

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita semua familiar dengan ungkapan tersebut. Sebagai suatu bangsa yang pernah dijajah ratusan tahun, ada begitu banyak anak negeri ini yang berjuang untuk memerdekakan bangsa dan gugur sebagai pahlawan, baik berjuang dengan senjata, dengan pena, dengan diplomasi di luar negeri dan sebagainya. Siapa pun mereka, dikenal atau tidak dikenal, sudah resmi diangkat sebagai pahlawan nasional atau tidak, mereka layak dihargai sebagai pahlawan.

Salah satu pahlawan bangsa ini adalah Tan Malaka. Tan Malaka bernama asli Ibrahim. Ia lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Ia mendapat gelar adat Datuk Tan Malaka. Semasa sekolah di Kweekschool (sekolah guru) Bukit Tinggi ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Rijkskweekschool ( sekolah guru) di Harleem negeri Belanda.

Pulang dari Belanda ia mengajar anak-anak kuli perkebunan di kawasan perkebunan di Deli Sumatera Utara. Di sini ia melihat sendiri penderitaan rakyat miskin sebagai akibat imperialisme. Tan Malaka kemudian bergabung dengan organisasi politik dan menggerakkan rakyat untuk menentang Belanda. Akibat aktivitasnya ini, Tan Malaka pun diasingkan ke Belanda. Dari Belanda, Tan Malaka berpindah dari satu negara ke negara lain.

Tan malaka adalah seorang pemikir, konseptor ulung, sekaligus penggerak di lapangan. Ia menulis sebuah buku yang berisikan pemikiran yang sangat cemerlang tentang konsep negara Indonesia merdeka dalam bentuk republik yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925). Buku ini dan buku-buku lainnya yang ia tulis sepanjang perjalanan hidupnya di luar negeri, di dalam negeri, baik di dalam penjara maupun tempat persembunyiannya telah menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mohamad Yamin menyebutnya sebagai Bapak Republik Indonesia.

Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ia berbeda pendapat dengan tokoh-tokoh seperti Sukarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Syahrir. Ia berpendapat Indonesia harus merdeka 100 % dan menolak sikap kooperatif tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan kala itu. Ia pun melakukan langkah-langah yang berbeda dengan pemerintah. Ia ditangkap pada masa pemerintahan Perdana Menteri Syahrir dan dipenjara. Keluar dari penjara pada tahun 1948, Tan malaka berjuang bersama para pengikutnya. Tanggal 21 Februari 1949, hari ini, tujuh puluh satu tahun yang lalu ia ditembak oleh TNI di Jawa Timur.

Tanggal 28 Maret 1963 Pemerintahan Sukarno resmi menganugerahinya gelar pahlawan nasional. Sebuah gelar yang berselimut debu sejarah sepanjang masa Orde Baru.

Penelitian panjang seorang peneliti Belanda berhasil menyingkap misteri lokasi makam Tan Malaka. Diduga kuat makamnya berada di Kabupaten Kediri JawaTimur. Tahun 2017 ada upaya pihak keluarga dan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota untuk memindahkan makam Tan Malaka ke kampungnya, tetapi pemindahan akhirnya dilakukan secara simblolis karena sebagai pahlawan nasional, pemindahan tersebut adalah wewenang pemerintah pusat.

Beristirahatlah dengan tenang, Bapak Republik Indonesia!

#Tantangan Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post