Diberlakukannya Kebijakan Merdeka Belajar oleh mendikbud layak diapresiasi. Tak ada lagi ujian nasional (UN) pada tahun 2021, USBN diselenggarakan hanya oleh sekolah mulai tahun 2020, RPP lebih fleksibel, sementara wewenang penetapan proporsi dan wilayah zonasi diserahkan pada daerah,diiringi penyebaran guru ke sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Akan tetapi, pengalaman berkali-kali menerima berbagai perubahan kebijakan yang tidak sepenuhnya berjalan di lapangan membuat sebagian pegiat pendidikan menjadi skeptis dengan Kebijakan Merdeka Belajar ini. Puluhan tahun diatur dengan bermacam peraturan, petunjuk teknis, dan petunjuk pelaksanaan memunculkan pertanyaan seperti, bagaimana melaksanakan Merdeka Belajar di kelas, bagaimana mungkin sekolah tanpa ujian, atau adakah contoh RPP satu lembar?

Apa itu Merdeka Belajar?

Merdeka belajar bukan berarti bebas dan semaunya dalam belajar. Merdeka belajar lebih pada kemerdekaaan guru, murid, sekolah, dan daerah dalam mengatur diri dan mengambil inisiatif.

Indonesia adalah negeri yang memiliki kondisi alam, budaya, permasalahan, dan potensi yang berbeda sehingga tak bisa diseragamkan. Setiap anak pun unik sehingga perlu ada differensiasi. Guru tentu paling mengetahui kondisi kelas dan murid-muridnya. Peran pemerintah di sini memberikan rambu-rambu dan dukungan sehingga semua pemangku kepentingan bergerak bersama, tidak saling menunggu juknis dan juklak. Semua berdaya untuk kemajuan bangsa.

Ada 3 dimensi Merdeka Belajar. Komitmen pada tujuan belajar, mandiri menentukan cara belajar, serta melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.

Komitmen pada tujuan belajar berarti guru memahami tujuan ia mengajarkan suatu materi. Di bawah panduan kurikulum guru menetapkan tujuan belajar dengan memerhatikan kebutuhan murid sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi murid dan relevan dengan kehidupan mereka. Murid-murid memahami tujuan belajarnya dan mengetahui manfaat dan relevansi materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian memunculkan motivasi internal dalam belajar. Guru dan murid sama-sama memiliki komitmen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Mandiri menentukan cara belajar berarti guru mandiri dalam memilih strategi pembelajaran dan prioritas supaya sampai pada tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Murid mandiri menentukan cara dan ritme belajar yang cocok baginya dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Murid mendapat tantangan belajar secara bertahap dan merasakan keberhasilan.

Melakukan refleksi berarti guru senantiasa melakukan evaluasi sehingga mengetahui apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran dan bersedia melakukan perbaikan. Murid menerima umpan balik dari guru dan diberi kesempatan untuk melakukan penilaian diri dan menilai pencapaiannya.

Merdeka Belajar bukan sekadar sekolah, kepatuhan tanpa inisiatif, hafalan tak bermakna, ujian berstandar, dan mengejar nilai. Merdeka belajar adalah proses bernalar, merentang kemandirian, mencapai kompetensi tertentu yang diuji dengan ujian yang bermakna, dan menerapkan kompetensi pada kondisi yang beragam.

Merdeka Belajar adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan nyali besar. Tidak ada program yang sepenuhnya sempurna apalagi manusia yang sempurna, tetapi perubahan adalah keniscayaan. Mari bergerak!

#Tantangan Gurusiana