Sekarang ini hampir seluruh anak-anak Indonesia sudah mengecap bangku sekolah. Menurut data Kemdikbud tahun 2019, Angka Partisipasi Kasar (APK) di Indonesia mencapai 97,7%. Ini tentu hal yang menggembirakan. Dengan semakin banyak anak-anak Indonesia yang bersekolah, diharapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia juga meningkat. Akankah harapan besar ini tercapai?

Hasil penelitian PISA 2018 menyebutkan bahwa murid-murid sekolah di Indonesia berusia 15 tahun yang mencapai kompetensi minimal pada literasi membaca hanya 25%, literasi matematika atau numerasi hanya 24%, dan literasi sains hanya 34%. Data dari penelitian Smeru dalam Program Rise di Indonesia menunjukkan bahwa capaian pendidikan Indonesia tahun 2000-2014 cenderung menurun dan hanya sedikit terjadi peningkatan kompetensi antar jenjang kelas, sehingga timbul pertanyaan apakah anak-anak yang bersekolah tersebut belajar?

Di sekolah tentu berlangsung kegiatan pembelajaran. Tetapi belajar yang sesungguhnya berlangsung di dalam diri pembelajar. Proses belajar melibatkan fisik dan mental. Secara fisik murid-murid hadir di sekolah tapi apakah secara mental mereka siap untuk belajar?

Ada banyak faktor yang memengaruhi proses belajar salah satunya adalah adanya motivasi internal. Yang menumbuhkan motivasi internal diantaranya adalah adanya kebutuhan terhadap belajar dan pemahaman akan tujuan belajar. Ada banyak murid sekolah yang tidak paham tujuan mereka belajar. Pelajaran di sekolah jauh dari kehidupan nyata mereka sehari-hari. Pelajaran sekolah tidak banyak bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan mereka. Jadi untuk apa belajar? Itulah yang ada pada pikiran mereka. Tugas kita sebagai guru untuk mendekatkan pelajaran sekolah dengan kehidupan siswa.

#Tantangan Gurusiana