Pembelajaran di Tengah Pandemi
Semua terjadi tiba-tiba.Tak ada persiapan apapun, apalagi pelatihan. Berjalan tertatih-tatih dengan kemampuan yang ada, tetapi dengan semangat yang tetap membara untuk mencerdaskan anak bangsa. Begitulah gambaran bekerja dari rumah yang dilakukan para guru untuk membelajarkan anak didiknya selama masa pandemi virus Corona.
Sungguh, saya tak pernah membayangkan sebelumnya akan mengalami peristiwa ini dalam karir saya sebagai guru. Mengajar ratusan siswa tanpa bertemu langsung bukan perkara mudah, tetapi harus dijalani.
Sebagai penganut paham belajar sepanjang hayat, saya memang memiliki pengalaman belajar dari beberapa disiplin ilmu dan cara belajar, termasuk pengalaman dalam belajar jarak jauh. Saya adalah lulusan Program Akta Mengajar Universitas Terbuka (UT) di zaman internet belumlah sepopuler hari ini. Program ini saya jalani setelah menyelesaikan pendidikan sarjana sains. Pembelajaran pada masa itu menggunakan modul cetak yang dibeli di UPBJJ (Unit Program Belajar Jarak Jauh) UT. Untuk mendengarkan kuliah secara lisan, UT menyediakan disket yang dapat didengarkan secara berulang kapanpun mahasiswa ingin belajar. Dengan segala keterbatasan tersebut saya berhasil lulus dan dapat menggunakan sertifikat tersebut untuk mengajar. Setelah bekerja, saya juga terus belajar berbagai hal. Pengetahuan yang belum sempat saya pelajari di masa muda karena keterbatasan waktu, biaya, dan sumber informasi, sekarang ini saya pelajari, umumnya melalui jaringan internet. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi, termasuk teknologi pembelajaran, saya pun berusaha mengikutinya.
Akan tetapi, ketika pandemi Corona ini melanda negara kita sehingga berdampak pada proses pembelajaran di sekolah, tak pelak saya merasa grogi juga menjalani proses pembelajaran jarak jauh ini. Mungkin karena status saya saat ini sebagai guru, sementara pengalaman sebelumnya adalah sebagai pembelajar. Saya merasa gagap, gagap menyampaikan materi, gagap menanggapi keluhan siswa, dan lebih-lebih lagi gagap teknologi.
Meskipun demikian, semua harus tetap berjalan. Pelan-pelan saya belajar merangkai kalimat yang mudah dipahami siswa tanpa tatap muka, belajar menyusun materi yang mudah dipahami siswa dalam bentuk modul ringkas, belajar memotong-motong materi untuk disampaikan pada siswa dalam tempo beberapa kali pertemuan daring, belajar memeriksa tugas melalui foto yang dikirim siswa meskipun dengan mata berair karena lelah. Belajar membuat soal menggunakan aplikasi, juga belajar menggunakan aplikasi teleconference.
Ada usaha, ada hasil. Meskipun belum sempurna karena berbagai kendala, proses pembelajaran jarak jauh bersama anak didik tercinta berlangsung juga. Kendala utama adalah persoalan klasik tiadanya biaya yang mencukupi bagi sebagian siswa saya untuk mengikuti pembelajaran dalam jaringan. Memang, secara ekonomi, siswa-siswa di sekolah saya tergolong kalangan tidak mampu.
Di balik itu ada begitu banyak pelajaran penting yang saya peroleh. Pertama, saya harus lebih meningkatkan kemampuan mengajar daring (public speaking dan teknologi digital). Kedua, saya harus mencari formula yang lebih tepat untuk mengakomodasi kebutuhan siswa yang berbeda-beda, menyesuaikan kompleksitas materi pelajaran dengan kondisi, dan meningkatkan akses siswa pada pembelajaran, meskipun dilakukan dengan jarak jauh. Ketiga, saya harus meningkatkan kemampuan memahami siswa secara psikologis dan mengarahkan mereka agar mampu belajar secara mandiri. Keempat, saya harus meningkatkan kemampuan manajemen diri, karena bekerja dari rumah rawan gangguan dari daya tarik gadget dan alasan pekerjaan harian rumah tangga.
Pandemi Corona membuat berbagai perubahan tiba-tiba dalam kehidupan kita. Ini semua harus kita terima dan harus kita jalani, termasuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Oleh karena pandemi ini adalah musibah yang kita tidak tahu kapan akan berakhir, maka bersiap-siap untuk menghadapi kondisi tak pasti dalam jangka panjang adalah hal yang sepatutnya untuk diikhtiarkan. Bulan Ramadan cukup memberi waktu untuk berbenah, karena pembelajaran berganti sejenak dengan kegiatan ibadah dan materi-materi keagamaan. Saya berharap menjadi guru yang lebih mumpuni di tahun pelajaran baru, baik masih dalam masa pandemi maupun selepas pandemi berakhir.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Smoga corona cepat berlalu.
Aamiin..