Renungan Untuk Teman Sejawat (5)
Pernah suatu hari aku tak enak badan, kuberikan tugas untuk dikerjakan sementara aku tetap berada di kelas menunggu mereka bekerja.
Ada saja alasan mereka, yang tidak bawa buku, tidak punya pulpen, mau ke toilet dulu, dan segudang alasan lainnya. Salahkah aku bila harus marah ?
Guru juga manusia, kadang aku letih bahkan sakit namun harus tetap masuk. Di kelas, aku putuskan memberi tugas dan aku mengawasinya sambil duduk. Kuberharap, siswaku mau mengerti keadaanku dan tetap mengerjakan tugas yang kuberikan, namun ada saja alasan yang mereka berikan. Tujuannya mengulur waktu, mereka tidak mau mengerjakan tugas dariku dan berharap waktu cepat berlalu.
Aku kecewa, sedih dan kesal melihat tingkah mereka. Tidakkah kalian mengerti aku sakit tapi tetap masuk demi menuntaskan materiku. Aku paksa tubuhku ini untuk berdiri dan bicara di depan kelas, meski kepalaku sakit dan badanku limbung.
Aku ingin marah, aku pantas marah. Salahkah aku ? Yang kutahu, aku boleh marah. Marah dengan kadar, pada waktu, dan di tempat yang tepat. Aku tahu tidak boleh memarahinya di depan siswa lainnya di dalam kelas.
Kuberikan waktu untuk anak didikku bertanya, bosan rasanya mendengar pertanyaan anak didik yang sama untuk sekian banyak anak.
Kalian tak mendengar untuk tidak mengulang pertanyaan yang sama ? Mungkin aku memang harus rela mengulang penjelasanku? Masih cukupkah energi cintaku untuk mereka?
Di kelas, ada saja siswa yang bolak-balik bertanya tentang suatu hal. Kadang pertanyaan mereka tidak sesuai dengan apa yang kusampaikan. Ada juga siswa yang bertanya hal yang sama dengan pertanyaan siswa lainnya. Kalian tidak mendengarkanku? Itu sudah kujawab berkali-kali. Bosan aku mengulangnya terus.
Aku malas menjawabnya tapi aku juga tahu mereka memiliki kemampuan yang berbeda. Ada yang cepat mengerti, ada yang lamban, bahkan ada yang tidak mengerti sama sekali. Sudikah aku mengulangnya?
Kutahu tugasku bukan hanya sekedar mengajar tapi membimbing dan mengarahkan siswaku untuk pencapaian yang lebih baik. Aku perlu energi yang besar untuk lakukan itu semua, maukah aku membagikan perhatianku pada mereka? Masih cukupkah energi cintaku untuk mereka? Kutahu tugasku memang berat , tapi aku juga tahu pahalaku amat besar jika mereka lakukan kebaikan karena ucapanku. Aku harus mau memahami mereka, cintaku pada siswaku harus besar. Pada saat yang sama, anakku juga memerlukan perhatian dari gurunya di sekolah. Aku harus ingat itu. Aku cinta profesiku, aku bangga menjadi guru.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Barokalloh bu Yuli smg sehat selalu ya. Menjadi guru adalah pilihan smg sehat dan berkah sll bu..
Barakallah bu..Semoga menjadi amal jariyah aamiin
keren busaya juga cinta profesiku sebagai guru bunda.
Alhamdulillah
Butuh kesabaran dan keikhlasan sebagai guru.
Insyaallah, mudahmudahan semua guru diberikan kekuatan untuk mendidik siswa dengan berbagai karakter dan gaya belajar. Terimakasih pencerahannya Bunda Yully.
Mantaf bu Yuli, sy juga kadang marah pada porsinya.
Bu tanya, italic fungsinya apa?
Itu renungannya, Bu.Yang di bawah uraiannya
Sabar ya bu yayah...begitulah tugas kita sebagai guru
Maaf bu Yuli
Harus banyak persediaan sabar dan ikhlas..
Guru itu memang harus selalu melapangkan hati saat melihat berbagai tingkah siswa ya Bu...
Betapa indahnya tugas guru...i. Allah tambahan ladang kita
Rasa yang sama pasti pernah Kita rasakan, hmmm Kita juga manusia yang punya keterbatasan tentu.
Tugas mulia buk Yully, moga selalu diberi kemudahan dlm tugas
Bu.del juga sama tapi di jalani dengan iklas profesi.insyaallah adem dan nyaman mengajar bu
Profesi yang butuh keikhlasan yg nanyak ya bu lusi