TAKDIR CINTA KINARA BAGIAN 5
BAB 3
AWAL PENYELIDIKAN KINARA
Di meja makan sudah menunggu tuan Miller dan istrinya. Kinara melangkah menghampiri kedua orang tuanya. Hatinya cukup tenang melihat kondisi Papinya yang sudah membaik.
“Pi jangan lupa minum obat dan istirahat ya. Jangan mikir yang berat-berat dulu. In sya Allah Nara akan jaga keluarga kita, termasuk dari kak Ronan.” ujarnya sambil menuangkan air minum ke gelas.
Ayahnya yang sedang mengunyah makanan tersedak, “Huuukh, maksudmu apa Nak?” sekarang malah nara yang kaget karena keceplosan.
“Eng…Itu Pi, maksud Nara, cinta Nara ke Papi dan Mami itu gede banget. Jadi Nara akan menjaga kalian. Dan Nara gak suka kak Ronan berkata keras sama Papi atau Mami,” ujarnya tersenyum.
Terlihat tuan Miller menghela nafas lega dan melirik istrinya. Kinara pura-pura tidak melihat ekspresi mereka. Sedangkan dalam hatinya Kinara makin yakin ada hal tak beres yang mereka sembunyikan.
Mami Kinara membantu suaminya meminumkan obat. Sambil melirik Putrinya yang menurutnya ada perubahan sikap pagi ini. “Nara, selesai makan ini, mami dan papi akan keluar diantar mang Ucup sopir kita. Mungkin Papi butuh udara segar sekedar menghirup udara di puncak ya. Mungkin besok kami kembali,” ujarnya pelan.
Kinara tersenyum senang. “Baik Mi. Mami jaga Papi ya, Kinara di rumah kok. Besok baru Nara sif Pagi di rumah sakit.” Ada sesuatu yang membuat Kinara senang. Dengan tidak adanya kedua orang tuanya, memberi kebebasan baginya untuk memulai penyelidikan di dalam rumahnya.
Rasa penasarannya makin membuncah. Kinara melepas kepergian orang tuanya dengan berberapa pesan dan tugas pada sopir mereka yang sudah begitu dekat dengan Kinara. “Mang…ingat pesan Nara ya, kalau ada apa apa, Mamang cepat telpon Nara. Jangan ngebut. Periksa Kesehatan mobilnya dulu.” Mang Ucup mengangguk angguk sambil tersenyum, melihat anak majikannya cerewet begitu. Kalau masih taman kanak-kanak pasti udah mang Ucup cubit pipinya. Seperti belasan tahun yang lalu itu.
*********
Perlahan Kinara melangkah ke lantai atas. Sasaran utamanya adalah kamar Ronan kakaknya itu. Mengapa dia memilih kamar Ronan? karena kecurigaannya muncul dari pembicaraan Ronan di telpon dengan seseorang pagi tadi.
Terlihat kamar itu sangat rapi. Ronan orangnya memang rapi dari kecil. Karena didikkan mami mereka. Dan lagi bik Asih juga telaten. Lemari pakaian pertama diperiksa. Tak menemukan hal yang aneh. Lemari asesoris, laci-laci, dan semua benda yang mungkin menyimpan sesuatu diperiksanya. Namun Kinara tak menemukan apa-apa. Rasa kecewa memenuhi rongga dadanya. Wajahnya menunduk lesu, sesekali keningnya mengeryit seperti orang berfikir keras.
Saat akan meninggalkan kamar tersebut, matanya terfokus pada sebuah pigura foto yang di pajang. Entah apa yang menarik langkah Kinara ke meja tersebut. Seakan ada yang menuntunnya memegang pigura foto itu. Foto Ronan waktu di puncak. Lalu membaliknya. Tak ada apapun yang mencurigakan.
Diletakkannya Kembali pigura tersebut. Matanya melihat sebuah gulungan kertas kecil yang disembunyikan pada sebuah kendi keramik kecil hiasan meja. Ditariknya perlahan. Dalam kertas itu tertulis. Hai anak muda, yang punya tanda lahir di lengan kiri, jika mau tahu siapa kamu sebenarnya, temui saya atau hubungi ke nomor ini. 08********76.
Secepat kilat Kinara mengeluarkan hp dan memfoto nomor tersebut. Kembali memasukkan gulungan kertas ke tempat semula. Bergegas keluar, menutup pintu kamar Ronan dengan dada yang bergemuruh. Sampai di kamarnya Kinara tercenung beberapa saat. Misteri apa yang ada di balik kakak lelakinya itu.
Kinara adalah gadis cerdas. Dia tak mungkin menelpon nomor tersebut dengan menggunakan hpnya. Terlalu beresiko. Maka dia berfikir untuk membeli hp dan nomor baru yang akan digunakannya untuk melacak. “Mulai sekarang aku memiliki profesi ganda. Yaitu sebagai dokter dan sebagai detektif.” Melangkah ke luar kamar.
Kinara berpamitan pada bi Asih untuk keluar rumah. Juga kepada security Kinara berpesan agar jangan lengah dalam bertugas. Tujuan pertama toko handphone. Kemudian menuju sebuah café, mencari tempat yang agak ke ujung serta terhalang oleh dinding sekat indah dalam café.
Kinara memasukkan nomor yang ditemukannya itu. Dengan penuh pertimbangan dia mencoba untuk menelpon. Keraguan menyergap keberaniannya. “Aku harus punya pertimbangan yang matang. Jangan-jangan ini nomor penjahat kelas kakap. Mati aku,” ujarnya pelan.
Kinara kaget bukan main saat ada tangan yang menepuk lembut bahunya dari belakang. Kinara menegang sambil mengenggam erat hp barunya. Tak sanggup untuk menoleh ke belakang. “Nara, kamu curang banget. Ngopi kok gak ajak-ajak aku sih?”
Seketika kinara menghembuskan nafas kuat. Antara lega dan kesal karena dia tahu siapa pemilik suara itu.
Sosok ceria dr Jones langsung duduk di depan Kinara. Tapi tawa jenakanya lenyap saat menatap wajah Kinara. “Nara, kamu baik-baik sajakan? Maaf kalau aku mengangetkanmu. Kamu sedang apa sendiri mojok disini? oh… handphone baru ya? yang lama apa rusak?” tanya beruntun dr Jones.
Kinara melototkan matanya, “Dokter Jones yang ganteng, bisa gak kalau ngasih pertanyaan secara lisan itu satu-satu. Kalau pertanyaan tertulis gak papa langsung 50 pertanyaan,” ketus Kinara.
Dokter Jones menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir. “Maaf Nara, maafkanlah diriku. Ntar aku ulangi satu persatu. oh ya…terima kasih ya.” Sambil duduk.
“Makasih buat apa?” ujar Kinara sambil mengangkat gelas dan meminum white coffe pesananya.
“Karena sudah mengakui kegantenganku ini,” ujarnya dengan jenaka.
“Khuuuk, huk huk.” Kinara tersedak. Jones berdiri dan menepuk-nepuk pundak Kinara. Alhasil satu cubitan mendarat dipinggangnya. Membuat dr Jones menjerit dan duduk Kembali di kursi berhadapan dengan Kinara
Tak lama minuman pesanan dr Jones datang. Suasana Kembali sepi. Dr Jones tak berhenti menatap Kinara yang lain dari biasanya. Perlahan, dr Jones menggenggam jemari tangan Kinara. “Nara, ada apa? kalau kau mempercayai aku sahabatmu yang mencintaimu ini, ayo berbagi ceritalah denganku,” ujarnya.
Kinara menarik tangannya perlahan, sambil melototkan matanya. Sementara dr Jones tersenyum jenaka. “Bisakah kamu berhenti mengucapkan kau mencintaiku itu dr Jones?” ucap Kinara.
“Tidak bisa. Karena aku adalah seorang lelaki yang jujur. Tapi aku tidak memaksamukan? dan aku akan berhenti mengucapkan kata cinta itu setelah mata kepalaku menyaksikan dirimu ijab Kabul dengan seseorang. Baru mulutku kukunci untuk kalimat itu. Tapi hatiku tidak ya. Plese ngertiin aku,” ucapnya serius, namun tetap saja jenaka di mata Kinara.
Suasana Kembali senyap. Hanya musik cafee yang mengalun lembut di siang itu. Kembali dr Jones bertanya tentang handphone baru milik Kinara. Kembali Kinara gugup untuk menjelaskan. Jones menarik kursinya lebih dekat pada Kinara.
“Nara, aku sahabatmu. Aku akan lakukan apapun untuk kebahagiaanmu. Jika ada masalah berbagilah denganku. Siapa tahu aku bisa meringankan beban pikiranmu. Percayalah padaku. Kalau aku akan selalu ada untukmu. Meskipun kakakmu tidak suka aku dekat denganmu.”
Mendengar ucapan dr Jones, Kinara tersentak, badannya gemetar. Menatap manik mata dr Jones sahabatnya yang selalu jenaka itu. Ada ketulusan dan kejujuran di situ. Selama ini hampir dua tahun dia patner kerja dengan dr Jones, tak ada sifat cela yang ditemukannya. Kinara menunduk. “Aku harus punya teman untuk misiku ini,” ujarnya dalam hati.
Sejurus kemudian Kinara mengangkat wajahnya. Menatap sahabatnya itu dan menggenggam erat jemari tangan Jones. Dr Jones dapat merasakan kegundahan itu, balik menggenggam tangan Kinara dan berusaha membuatnya nyaman. Beberapa saat mereka saling diam.
“Dokter Jones, maukah membantuku mengungkap hal yang meresahkanku saat ini?” ujarnya lirih.
Jones menggengganm tangan itu dengan lembut. Kemudian mengangguk. “Percaya padaku. Aku akan ada untukmu. Tolong, di luar jam kerja jangan panggil aku dengan sebutan dokter. Cukup Jones saja ya,” ujarnya sambil melepaskan genggaman tangannya. “Sekarang, ceritalah Nara, apa yang membuatmu gundah.” Ditatapnya gadis yang terlihat resah itu.
BERSAMBUNG
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga dokter Jones bisa membantu Nara memecahkan masalahnya