3Remidi #13 (harusnya #181)

”Bu, kemarin ibu pesan bubur berapa bungkus?”

”Empatpuluh.”

”Oh, berarti masih ada kembalian ya, Bu.”

”Sepuluh ribu.”

”Ini, Bu.” Feri menyerahkan lembaran bergambar Sultan Mahmud Badarudin padaku.

”Terimakasih ya, Fer.”

”Sama-sama, Bu.”

”Buburnya langsung dibagi saja sana. Mustofa! Tolong bantu Ade!”

Dengan malu-malu Ade, dibantu Mustofa membagi bubur dengan mendatangi tempat duduk masing-masing anak. Feri membantu membagi sendok plastik.

”Silakan buburnya dinikmati. Allohumma bariklana fimma rozaqtana wa qina adzabanar. Sampah buang diluar, jaga kebersihan kelas!”

Beberapa saat kemudian.

”Bu, masih sisa banyak.” Kerdus berisi bungkusan bubur itu diletakkan di atas mejaku.

”Ayo... ayo...!! Siapa yang mau nambah? Boleh. Buburnya masih 6 bungkus!!”

Tiba-tiba sekawanan ’burung’ menyerbu depanku, hanya dalam sekejap mata kerdus pun kosong.

”Makasih ya, Bu.” bersahut-sahutan suara-suara dari berbagai penjuru kelas.

”Enak?”

”Enak, Bu. Apalagi tadi pagi belum sarapan.”

”Alhamdulillah...”

”...hiladzi ato’amana wasaqona minal muksinin.”

”Yang sudah selesai makan silakan ke mushola untuk dhuha. Yang mau konsultasi Bu Yuni tunggu sampai jam pelajaran selesai.”

”Bu, mau tanya nomer 23 sampai 30.” Imam mendatangiku.

”Wait! May I excuse for a moment, please.”

Catatan kelas 2010