Gali Lubang Tutup Lubang
Istilah gali lubang tutup lubang sudah begitu akrab di telinga kita. Ya, kalimat ini menggambarkan ketidak mampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya sehingga harus berhutang di sana sini. Berhutang di sini tidak bisa bayar, lalu untuk membayarnya berhutang di sana. Begitu seterusnya sampai banyak sekali lubang galiannya tanpa mampu menutupnya kembali. Fenomena ini terjadi disekeliling kita. Apakah orang yang melakukan gali lubang tutup lubang itu selalu orang yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya? Ternyata tidak, bukan?
Kalau kita perhatikan, orang dengan kebiasaan gali lubang tutup lubang itu memang karakter, dengan pengecualian mereka yang benar-benar tidak mampu. Kita pasti pernah menemui, seorang rekan mengeluh ada kepentingan mendesak, kemudian meminjam uang. Kita berikan dengan ringan ataupun berat hati. Ada kalanya dengan perjanjian waktu pengembalian meskipun ini banyak dilanggar. Ada kalanya juga tanpa batas waktu pengembalian yang jelas, kita anggap dia tahu sendiri kapan harus mengembalikan. Hal ini tidak baik karena tidak ada kesepakatan jelas antara peminjam dan penghutang. Sebaiknya dihindari. Kalau jumlahnya tidak terlalu besar menurut kemampuan kita, lebih baik diberikan saja daripada tidak enak hati ketika menagih. Tidak ditagih kok kita butuh dianya tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Kalau ditagih kok jumlahnya tidak seberapa. Repot , kan?
Kembali pada karakter penghutang. Ada baiknya kita ketahui dahulu rekam jejak si penghutang, siapapun dia. Karena ada orang yang memang senang gali lubang tutup lubang kemudian meninggalkan lubang dimana-mana. Kita bingung dengan kelakuan orang semacam ini. Dia bisa membeli apa saja yang harganya fantastis, lalu tanpa beban bercerita bahwa dia membeli ini itu seharga segini segitu yang bagi kita tidak penting banget. Ironisnya, dia baru saja hutang ke kita. Bagaimana rasanya? Pingin nimpuk, kan? Tapi memang begitulah sebagian perilaku orang-orang disekitar kita.
Saya baru saja mendengar, ada bendahara mengeluh terancam tidak bisa mengembalikan uang ke para penabungnya. Alasannya karena uangnya masih berputar di tangan para penghutang. Waktu lebaran sudah hampir tiba, belum ada tanda-tanda uang dikembalikan. Pusing kepalanya setiap hari menagih, lewat wa, telepon bahkan menemui langsung orangnya, belum juga mendapatkan hasil. Memang begitulah kenyataannya. Diperparah dengan kondisi sekarang, dimana penghasilan orang banyak yang menurun. Hal ini bisa dijadikan alasan kuat untuk berkelit tidak membayar. Ketika saya tanya pada bendahara tersebut berapa uang yang belum balik? Sekitar 60 juta dari 3 orang. Whatt!! Saya langsung istighfar!! Soalnya saya tahu kemampuan ekonomi para penghutang itu dan hapal karakternya. Disisi lain uang itu pasti sangat diharapkan oleh para pemiliknya setelah setahun ditabung. Saya hanya bisa mengucapkan turut berduka cita pada bendahara yang kebingungan itu. Bagaimana dia bisa menutup uang sebanyak itu? Saya hanya bisa berdoa, semoga nanti didetik-detik terakhir, persoalannya segera teratasi.
"Allahumma inni a'uudzu bika min al-ma'tsami wa al-maghram, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan lilitan utang.” Karena kebiasaan Nabi SAW berdoa dengan kalimat tersebut, seorang sahabat bertanya kepada Nabi, "Mengapa Engkau banyak meminta perlindungan dari utang, wahai Rasulullah?" Jawab Nabi tegas, “Sesungguhnya seseorang apabila sedang berutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering mengingkarinya," (HR Bukhori).
#TantanganGurusiana (hari ke-89)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantaaap...bt pelajaran hidup
Terimakasih, Bun.