yuniakbar

Ternyata menulis itu menyehatkan jiwa. Ia menjadi jejak bahwa kita pernah ada. Karena kita akan tiada. Tulisan dari hari akan bertemu hati pembaca. Alumni S2 A...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gamis Baru Diskon 50
sumber: hijabenka

Gamis Baru Diskon 50

4Remidi #2 (harusnya #195)

Hari ini aku berencana ke mall atau mal membelikan pesanan sulungku. Dalemannya sudah pada sobek juga kekecilan jadi butuh beberapa yang baru.

Jam 10 aku sudah dalam perjalanan ke Java Mall. Dulu di lantai dasar mall itu ada hipermart yang ramai sekali. Beberapa kali aku ke sana. Entah kenapa aku tidak begtiu nyaman belanja. Tidak seperti di supermarket lain aku hanya merasa tidak nyaman yang aneh saja. Tapi tentu saja ini hanya perasaan pribadi. Tapi wong sudah sampai ya mesti belanja barang limapuluh ribu. Tapi tempat belanja itu sekarang sudah tidak beroperasi jauh sebelum Covid-19 seingatku. Beberapa bulan yang lalu ketika aku kesana lagi sudah berganti nama jadi Informa. Masih jualan buah tapi plastik. Sayur juga ada tapi plastik. Bagus-bagus barangnya, made in China. Aku tidak membelinya karena aku tidak membiasakan diriku mengkoleksi dekorasi plastik seperti itu. Cantik kan ketika dipajang, setiap hari ada yang membersihkan. Kalau sudah di rumah lain lagi ceritanya.

Masuk ke area parkir sudah disapa mesin yang tidak mau membuka palangnya sebelum tombolnya dipencet. Mesin itu ternyata menghitung lamanya tamu yang datang ke mall. Aku pernah harus membayar enambelas ribu gara-gara asyik nyoba sepatu, baju dilanjutkan ngobrol di salah satu kafenya. Sejak saat itu, aku selalu melihat jam agar tidak berlama-lama di mall. Lha iya, kapitalisme orang kota, wira-wiri di dalam bangunan saja kok dikenai ongkos, perjam lagi! Bayangkan, di sekolah yang siswanya duduk 8 jam perhari saja tidak dikenai biaya. Lhooo…. hubungannya apa, yak? Ini sebuah kontradiksi situasi sosial ekonomi akibat pengaruh konsumerisme. Nah, makin tidak jelas, kan?

Masuk ke area belanja disambut udara yang sejuk. AC! Bukan hembusan angin dari pepohonan. Karena pohon-pohon yang dulunya tumbuh subur dilahan yang sekarang jadi mall ini sudah habis, rata menjadi tumpukan beton dan kawat, sisanya ada beberapa tapi tidak mampu lagi menyejukkan. Di sini, mataku bertemu deretan tas-tas berharga ratusan ribu yang diatasnya ada tulisan DISKON 50%. Whoa… ! Tentu saja kakiku gatal menyinggahi tas-tas yang sedang berbaris cantik menggoda insting keperempuananku. Angkat satu seharga 700 ribu. Hmm. Berarti harganya tinggal 350 ribu. Aku cek kompartemen didalamnya. Ada dua kantung untuk HP, ada lagi kantung yang bisa untuk lipstick dan bedak, kantung yang didepan untuk catatan-catatan, dompet bisa diletakkan di kantung utama, masih lapang kalau mau ditambahi tablet atau notebook. Oh, disamping kiri kanannya masih ada dua kantung bisa untuk kunci atau uang receh kembalian. Wah, pas! Sesuai kebutuhan. Tapi warnanya biru tua. Ah, tidak suka. Angkat yang lain, warna beige. Uhh… harganya 900 ribu. Bikinan siapa ini kok mahal banget. Tapi kan diskon 50%! Worthlah. Bermerk gitu, lhoh! Ah, ya tetap mahal. Coba yang itu, agak besar nih, laptop bisa masuk. Tapi… hmm… kok kayak tas belanja, ya? Ah., sudahlah. Kan tujuanku bukan membeli tas.

Lalu aku berjalan menuju bagian underwear. Rutenya melewati jajaran hem, blouse, kaos, cardigan, kaftan, gamis, baju-baju kantor dan seterusnya berjajar rapi dan indah tentu saja. Sekali lagi mataku tertumbuk tulisan diatas tiap petak baju-baju itu. Beli 2 gratis 1! Beli 1 dapat 3. Beli tiga hanya 300 ribu! Haiyaa… Akupun mengikuti hawa kakiku menuju gerombolan gamis. Yuhuuu…. Cantekkk… Ada yang warnanya coklat susu garis-garis putih dengan lengan lonceng bertali. Akupun mencoba yang ukuran L, pas. Lalu dompetku mulai menghitung, kalau beli 1 dapat 3 berarti satunya sekitar 230 ribu. Bisa buat seragam keluarga. Sip. Coba cari model yang lain dulu. Wah, yang ini juga bagus. Abu-abu gelap dengan manik-manik di bagian dada. Elegan. Harganya 1 juta. Tapi kan beli 1 dapat 3 berarti sekitar 300 ribuan lebih dikit. Tapi ini cantik banget lho, apalagi kalau buat kondangan malam hari. Dijamin keren menewen! Semua bermerk perancang tanah air. Harusnya memang orang lokal beli produk sendiri. Bukan bangga pada merk asing yang harganya juta-juta itu. Sungguh menurutku membeli barang merk asing itu suatu kebodohan sosial dan ekonomikal. Mengapa? Begini logikanya. Contoh saja, seorang artis berkiprah di Indonesia, dapat uang dari penontonnya yang orang Indonesia, terus beli barang merk asing, aneh gak sih? Uang yang didapat dari dalam negeri diberikan ke pihak asing hanya karena merk yang katanya bergengsi. Coba tas LV yang konon KWnya saja seharga 20 juta dikalungkan di lengannya, maaf ya, mak-mak pemulung. Apakah mak-maknya yang jadi bergengsi atau tasnya yang turun gengsi? Hayoo! Bisa nggak membayangkan mak-mak pemulung tangan kanannya bawa tas LV sedang tangan kirinya bawa karung goni besar yang disandarkan di pundak dan mengayun-ayunkan capit sampah? Tidak usah tertawa! Ini hanya contoh situasi betapa sebuah benda berapapun mahalnya menurut rupiah ternyata harus tunduk pada situasi kontradiksinya. Lhoh, kok ngelantur sampai di sini sih? Kembali ke laptop. Setelah menghitung keuntungan yang akan kuperoleh maka akupun berkata pada kantongku. Baiklah, kantongku, kau harus rela melepas lembaranmu ya? Nanti, sebentar. Aku mau melaksanakan amanah dulu.

Sampai di bagian underwear, akupun mencari bentuk, warna dan harga yang cocok. Lagi-lagi tulisan diskon dan kawan-kawannya melayang-layang diatas tiap petak display. Ada panty beli 5 hanya 300 ribu. Kalau beli 1 saja harganya 150 ribu. Ini pemaksaan kehendak. Ignore! Cari yang lain. Nah, ini ada obral, harga per piecenya hanya 45 ribu. Baiklah beli 3 saja, totalnya 225 ribu. Sekarang cari breast holdernya. Horee..! Ada merk terkenal, Kemenangan, harganya jadi 150 ribu! Bagus ini cupnya tidak terlalu tebal. Beli 2. Selesai. Sekarang tinggal ke kasir, total 525. Boros nggak, sih? Daleman saja harganya setengah juta!

Akupun pulang dengan lega karena titipan sulungku sudah kudapat. Melewati gardu parkir kuangsurkan karcis, si Mas penjaga mengucap angka, "7000, Bu." Lalu palang dibuka. Jadi untuk membuka palang itu harganya bervariasi. Kali ini aku dapat harga dibawah 10.000. Sesuai dengan perhitunganku semula. Hari ini aku sudah melihat tas dan baju gamis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

baru baca, makin kesengsem suka gaya tuturnya.

16 Nov
Balas



search

New Post