(#Tantangan GuruSiana Hari ke-27)

Waktu terus berjalan, Khoiriyah menuntut ilmu di Surabya demi menggapai cita-citanya. Dengan uang saku yang pas-pasan terkadang dia hanya makan nasi yang diberi minyak jelantah. Dia tak mau mengeluh dan menyerah oleh keadaan. Dia masih bekerja sambilan menjadi karyawan foto kopi dan mengajar ngaji. Walau terkadang dia merasa sangat lelah karena aktivitas di kampus yang padat.

Dia baru bisa pulang ke indekosnya setelah jam sembilan malam, namun tak bisa langsung tidur, istirahat. Sepulang dari foto kopian di harus belajar, mengerjakan tugas-tugas kuliah, laporan praktikum. Dia bersyukur pemilik foto kopi tempat dia bekerja berbaik hati dengan mempersilahkan dia mengatur jam kerjanya disesuaikan dengan jadwal kuliah. Baru sekitar jam 12 malam dia baru bisa memejamkan mata.

Jam tiga pagi dia bangun untuk melaksanakan sholat tahajud, Sudah menjadi rutinitas walau tidurnya kurang, dia bangun pada jam tiga pagi. Sambil menunggu subuh dia mengaji, terkadang karena terlalu capek dia tertidur di tempat sholat. Selesai sholat subuh aktivitas rutin yang lain menunggu yaitu cuci baju dan masak. Ya untuk mengirit uang dia memasak sendiri, Terkadang masak ramai-ramai dengan teman indekosnya.

Untuk menghilangkan rasa rindu kepada ibunya dia berkirim surat ke ibunya, karena tak punya gawai. Terkadang dia merasa iri melihat temannya dapat pulang ke kampung halaman setiap minggu atau sebulan sekali. Hari minggu pagi biasanya dimanfaatkan oleh Khoiriyah untuk setrika baju karena foto kopi tempatnya bekerja libur, baru pada sorenya dia mengajar mengaji.

Siang itu Khoiriyah merasa pusing sekali, bukan karena sakit tapi memikirkan sebentar lagi ujian tengah semester (UTS). Untuk mengikuti UTS harus membayar angsuran semester awal, karena beasiswanya baru akan didapatkan saat semester genap. Ibunya hanya sanggup membayar separuh karena dagangannya sepi saat musim hujan.

Dia bingung sekali karena gajian baru diberikan pada akhir bulan, sedangkan pembayaran terakhir minggu depan.Uang tabungannya tak mencukupi masih kurang. Dia banyak melamun hari itu. “Ada apa Khoiriyah? Kok saya melihat kamu banyak melamunnya?” tegur pak Ardi pemilik foto kopi tempat dia bekerja. Khoiriyah kaget dan wajahnya bersemu merah karena ketahuan melamun, lalu menjawab, “ Anu pak, eng..saya bingung karena sebentar lagi UTS dan harus membayar angsuran uang semester ini pak.” “ Mengapa kamu tak bilang? Kamu bisa pinjam nanti pembayarannya potong gaji pas gajian,” kata pak Ardi. Mendengar ucapan pak Ardi seketika plong hati Khoiriyah. “ Saya takut pak, sungkan dan bingung mau bilang ke pak Ardi,” ujar Khoiriyah. “ Nanti pas tutup took kamu ambil ya uangnya,” kata pak Ardi. “ Baik pak terima kasih banyak,” balas Khoiriyah.

Khoiriyah bersyukur dapat memecahkan permasalahannya. Dia bertekad untuk fokus dan rajin dalam belajar untuk menghadapi ujian. Dia juga bertekad untuk lebih rajin dalam bekerja. Langkah kaki Khoiriyah terasa ringan saat pulang ke indekosnya.

Untuk menambah pemasukannya Khoiriyah sering menerima pesanan teman-teman dikelasnya bila ada materi yang harus difotokopi. Lumayan untuk menambah tabungannya. Dia tidak merasa malu dengan kondisinya. Sebetulnya dia ingin aktif di kegiatan organisasi di kampusnya tapi karena waktunya banyak tersita untuk bekerja akhirnya hanya bisa melihat teman-temannya bercerita tentang organisasi yang diikutinya.

Saat UTS dilaluinya dengan lancar. Dia bersyukur dapat mengerjakan semua soal dengan baik. “Khoiriyah nanti kamu ke kantor saya ya,” kata bu Evi saat di ruang ujian. “ Baik ibu” jawab Khoiriyah. Ada apa yak ok bu Evi memanggil aku kata Khoiriyah dalam hati.

Bersambung