Pada medio Maret saya dan juga teman-teman di Kementerian Agama mengikuti seleksi untuk Instruktur Nasional, Fasilitator Provinsi, dan Fasilitator Daerah pada program Madrasah Reform. Kebetulan saya mendaftar untuk posisi fasilitator provinsi.

Jika dipikir-pikir, saya ini siapa, kok kemaki banget ikutan yang fasprov. Tapi jika tidak dicoba, mana kita tahu. Dengan sangu bishmillah, saya ikut saja seleksinya.

Alhamdulillah dengan seleksi ketat dan tes wawancara yang menegangkan, akhirnya satu bulan kemudian, diumumkan bahwa saya berhasil lolos untuk seleksi Fasilitator Provinsi Jawa Tengah.

Langkah berikutnya adalah menunggu saatnya diklat untuk pembekalan calon fasilitator provinsi dilaksanakan. Tunggu punya tunggu, ternyata kami mendapati jadwal yang terus mundur. Beberapa hal menjadi kendala. Yang pertama adalah adanya seleksi tahap dua. Kemudian munculnya varian delta pada kasus covid yang menyebabkan diklat sebelum fasprov MTs yaitu fasprov MI terhenti. Jadilah jadwal semakin mundur.

Setelah waktu berlalu, saya malah sudah nyaris lupa, akhirnya jadwal pelaksanaan muncul juga. Diawali dengan masuknya saya ke grup fasilitator provinsi, kami mendapat surat undangan lengkap dengan jadwal pelaksanaan. Alhamdulillah rasanya senang sekali, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Diklat dilaksanakan pada tanggal 18-28 Agustus 2021.

Sebagai antisipasi pemberlakuan PPKM dan kondisi darurat covid, maka diklat yang sejatinya dikumpulkan di satu tempat di seluruh Indonesia, terpaksa dipecah menjadi beberapa zona. Jadilah saya masuk zona 2C bersama kawan-kawan dari Provinsi Daerah Istimewa yogyakarta. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris ada delapan peserta dari Jateng dan tiga peserta dari DIY.

Diklat dilaksanakan dengan cara blended, yaitu daring dan luring dengan porsi lebih banyak daring. Dengan zoom meeting kami melaksanakan diklat daring. Pada lima hari pertama dilaksanakan zoom meeting, sudah langsung terlihat betapa cerdas dan bernasnya kolega-kolega saya para fasprov ini. Duh, saya langsung merasa minder. Jangan-jangan saya kesasar ini masuk ke Fasprov.

Untuk Fasprov Bahasa Inggris, saya bertemu dengan penulis buku bahasa inggris tingkat nasional yang telah lolos BSNP. Ada juga penulis soal ujian nasional, kepala madrasah, dosen, dan para senior di bidangnya. lagi-lagi saya auto minder. Siapalah saya ini. Cuma guru MTs dari desa.

Ketika masuk tiga hari luring dengan protokol kesehatan ketat, saya semakin tidak percaya diri. Khawatir tak bisa mengimbangi obrolan kawan-kawan. Tapi ternyata setelah bertemu langsung, saya langsung meleleh. Ternyata teman-teman saya adalah orang-orang yang seru dan ramah. Kami bisa ngobrol seru dan asyik. Mereka sangat rendah hati walaupun berilmu tinggi. Mereka juga tak segan berbagi. Benarlah memang ilmu padi. Makin berisi makin merunduk.

Alhamdulillah sepuluh hari terlampaui. Banyak ilmu dan pengetahuan baru dari para Instruktur Nasional yang kami dapati. Kami siap untuk melaksanakan tugas berikutnya yaitu berbagi dengan teman-teman fasilitator daerah. Doa saya berikutnya adalah bishmillah semoga berkah dan manfaat.

Oya, protokol ketat yang diberlakukan selama luring tentu saja difasilitasi dengan sangat baik oleh pihak panitia. Kami melaksanakan pertemuan di ruangan besar dengan sirkulasi udara baik. Satu ruangan yang biasanya untuk puluhan orang, hanya berisi kami bersebelas plus satu Instruktur nasional sehingga program jaga jarak bisa dilaksanakan dengan leluasa. Masker dan hand sanitizer selalu disediakan. Bahkan kamar tidur pun satu kamar untuk satu orang. Alhamdulillah ketika pulang dilaksanakan tes rapid antigen, semua masih tetap negatif hingga pulang kembali ke rumah semua sehat wal afiat.