Friendzone (11)
#harike392
--
Sesampaiku di tujuan, aku dan ayahku langsung dijemput oleh Om Andi, teman Mas Priyo. Kami ternyata dibawa ke Rumah Sakit besar. Aduh, aku semakin tegang dan nyaris panic. Mengapa harus ke rumah sakit.
“Maaf, Kak. Tadi pagi Bang Priyo dalam perjalanan mengiringi anak-anak yang tugas pengamanan pejabat dari pusat. Dia agak ketinggalan di belakang saat ada truk menabrak dua mobil. Bang Priyo ketubruk salah satu mobil lalu terlempar. Beruntung dia pakai pakaian dinas komplit dan pakai helm. Tidak banyak luka luar. Tapi kata dokter bahu, lengan, dan kaki kanannya patah.”
Om Andi menjelaskan panjang lebar. Namun sebagian besar tidak kudengarkan. Kepalaku terasa berkunang-kunang membayangkan apa yang telah dialami oleh suamiku itu. Namun aku bertahan untuk tidak menangis dan tetap tersadar.
Setengah berlari aku menuju ruangan tempat perawatannya. Aku beruntung datang kemari bersama ayahku. Kehadiran beliau menenangkanku dan menjagaku untuk tidak limbung.
Melihat kondisinya rasanya kepalaku kembali berkunang-kunang. Dia masih belum sadar. Bebagai macam alat menempel di tubuhnya. Wajahnya masih terlihat bengkak dan juga luka-luka luar yang walau tak banyak tapi terlihat dalam. Tak tega rasanya melihatnya. Ya Allah, aku tidak bisa membayangkan rasanya ketika hal itu terjadi tadi.
Seorang petugas menyerahkan barang-barang Mas Priyo kepadaku. Ada pakaian yang rusak dan bernoda darah, juga sepatu, dompet, dan gawainya yang remuk. Itulah sebabnya nomornya tidak aktif. Aku sungguh bersyukur Allah masih melindunginya. Meskipun demikian, aku sungguh patah hati melihat kondisinya.
“Kak, jika sudah siap, nanti menemui dokter, ya? Ada yang perlu diberitahukan juga surat-surat yang perlu ditandatangani. Sepertinya perlu ada tindakan,” kata Om Andi beberapa waktu kemudian.
Aku hanya mengangguk-angguk sebagai jawabannya. Tak lama aku meminta izin untuk salat Ashar. Aku ingin mengadukan kesedihanku pada yang Maha Kuasa. Aku juga ingin memohon kekuatan dan keselamatan bagi kekasih hatiku.
Setelah mendapatkan kekuatanku kembali, aku menemui dokter. Sungguh panjang yang diberitahukannya walaupun hanya sebagian kecil saja yang kupahami. Operasi akan segera dilaksanakan begitu mendapatkan persetujuan istri. Sepertinya perlu pemasangan pen di bahu dan kakinya. Entah apakah nanti akan kembali seperti semula, namun segala usaha perlu segera dilakukan.
Malam ini juga operasi dilaksanakan. Aku segera menelepon atasanku untuk meminta izin ketidakhadiran selama beberapa hari. Aku tidak tahu hingga kapan aku menunggui Mas Priyo di sini. Kata dokter tadi, aku bisa membawanya kembali pulang untuk dirawat lanjutan di kotaku setelah Mas Priyo cukup kuat. Paling cepat lima hari aku baru bisa membawanya. Baiklah, yang penting dahulukan yang perlu didahulukan.
Keluar dari ruang operasi, Mas Priyo dibawa kembali ke kamar rawat. Dia masih belum sadarkan diri. Ayahku beristirahat di rumah dinas Mas Priyo untuk kemudian besok pagi kembali pulang. Aku menemani suamiku di rumah sakit. Ketika kulihat sudah tak ada yang bisa kulakukan, aku segera membaringkan badanku di tempat tidur penunggu yang sempit. Badanku juga terasa remuk redam setelah perjalanan tiga jam tadi siang dan langsung mendapat pukulan seperti ini. Walau kurang nyaman, aku bisa terlelap.
--
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ceritanya, semoga lekas sembuh mas Priyo-nya ....sehat dan semangat selalu
Semoga Laili sabar dengan semua yang terjadi. Semoga Mas Priyo segera sadar. Penasaran dengan kisahnya. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Sabar ya... Saya kira si peneror yang berulah di kantor, ternyata priyo kecelakaan. Lanjut, Bun...
Menarik sekali critanya
Ikut sedih membacanya, yang sabar ya Laili. Sehat dan sukses selalu Bu cantik
semoga cepat sembuh dan istrinya tabah... keren bunda salam sukses selalu
Manyap cerpennya Bu dan salam sukses
Keren Bu cerpennya, mantap dan menarik ceritanya, sukses selalu untuk Ibu
Kasihan Mas Priyo, semoga Laila sabar dan kuat menerima cobaan hidup. Keren Bunda semakin menarik. Salam sehat dan sukses Bunda.
Kalau lihat kondisinya, nggak bisa membayangkan kejadiannya. Salam sehat dan sukses kembali.
Sabar ya bunda, semoga segera sembuh dan sehat kembali.
Cerpennya keren bunda cantik, ditunggu lanjutannya
Terima kasih Bu Defi.
Laila yang sabar ya, semoga mas Priyo cepat sembuh
Keren Bun, ujian kesabaran.. setia menanti lanjutannya Bun. Salam sukses
Konfliknya bagus.
Ikut sedih membacanya bunda. Ditunggu kelanjutannya. Salam sukses selalu.
Kisah menarik... Sabar Laili ... Lanjuut... Salam sukses.
Semoga setelah dioperasi lukanya cpt sembuh ya
Semoga sang istri sabar merawat mas Priyo, keren ceritanya Bunda, salam sukses selalu
Semakin seru ceritanya bunda. Sukses selalu ya bunda
Jadi sedih saya buu... hiks...