Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Friendzone (16)

#harike397

--

“Aku memang pernah dekat sama Ocha. Tapi aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya. Dia aja yang ge er,” kata Beni setelah aku menceritakan padanya terror yang kuterima dari orang yang disebut Ocha oleh Beni itu.

Aku menghela nafas panjang. Ruwet ini urusannya. Dekat tanpa menjajikan apapun bagi Beni bisa bermakna lain bagi seorang wanita. Yah, paling tidak aku dulu pernah merasakannya.

“Dia yang ge er atau kamu yang PHP, Ben,” kataku setengah putus asa.

“Ya, bukan salahku kalau dia ge er,” balas Beni cepat.

Hih, kalau dekat rasanya aku ingin menjitak kepala anak itu. Apa dia tidak ingat kalau umurnya sekarang sudah lebih dari tiga puluh tahun? Sudah lebih dari cukup untuk disebut dewasa.

“Setahun kemarin dia minta aku menikahinya. Aku nggak mau. Apa menurutmu dia marah padaku?”

“Mana aku tahu. Yang jelas kenapa aku yang jadi sasaran? Kalau kamu baca pesan-pesannya sungguh-sungguh kurang ajar,” jawabku.

“Aduh, si Ocha ini. Dia memang suka usil buka-buka ponselku. Mungkin dia …,”

“Aku nggak mau tahu. Sekarang kamu harus menjelaskan ini sama Mas Priyo,” kupotong kalimatnya sebelum Beni mengatakan sesuatu yang tidak aman untukku.

“Waduh, ada Mas Priyo di situ?”

“Iyalah. Mas Priyo kan juga dikirimi pesan-pesan kurang ajar si Ocha itu. Sana bicara sendiri,” kataku dan segera menyerahkan gawaiku pada suamiku yang masih terheran-heran.

“Halo …” Mas Priyo membuka percakapan.

“Oya, Mas. Perkenalkan. Saya Beni, teman SMA Laili. Atas nama Ocha, saya minta maaf kalau sudah membuat Laili dan Mas Priyo tidak nyaman.” Beni menjelaskan dengan lancar.

“Kira-kira apa ya sebabnya temannya yang bernama Ocha itu justru menyerang Laili kalau kalian berdua hanya sekedar teman?” Mas Priyo bertanya.

Waduh, suamiku itu memang bukan orang yang mudah percaya. Dia sehari-hari memang terlihat selalu waspada. Ya Allah, semoga Beni bisa memberi jawaban yang tepat.

“Wah, kurang tahu, juga. Yang jelas kalian bukan satu-satunya korban Ocha. Ada teman lain yang juga diteror begitu,” jawab Beni.

“Oya?”

“Sepekan kemarin Ocha melabrak salah seorang teman saya yang anaknya teman Ibu saya. Saya sudah dimarahi Ibu saya juga gara-gara itu,” lanjut Beni.

Sambil mendengarkan pembicaraan mereka berdua aku merasa geli sekaligus miris. Perempuan yang pada dasarnya lembut bisa menjadi garang dalam situasi seperti ini. Beni memang bikin repot banyak orang.

“Baiklah. Kalau bisa minta tolong temannya dikasih tahu agar tidak mengganggu kami lagi,” tutup Mas Priyo sambil menyerahkan gawaiku padaku.

Aku menerima gawaiku kembali. Aku menatapnya dan kulihat sepertinya Mas Priyo cukup bisa menerima penjelasan Beni.

“Tolong kamu kasih tahu dia, ya, Ben?” kataku

“Iya.” Beni menutup pembicaraan sore itu.

Meskipun belum beres secara sempurnya, paling tidak aku sudah tidak ada masalah dengan Mas Priyo. Namun dalam hati aku memutuskan untuk menceritakan yang sesungguhnya bahwa memang dahulu ada sedikit rasa yang tertunda antara aku dan Beni. Tapi nanti, jika suasana hatinya sudah membaik.

Untuk masalah dengan Ocha ini, kupasrahkan pada Beni. Semoga Ocha bisa diberi pengertian. Namun aku sedikit tidak yakin juga. Yah, jika Beni gagal dan Ocha masih merepotkan kami, barangkali aku memang harus sedikit menyingsingkan lengan baju untuk menanggapinya.

--

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ocha suka menyerang ternyata. Mudah-mudahan segera menikah dia. Cerita indah penuh romantika. Salam literasi Bu Yuniar.

13 Apr
Balas

Kebayang, dua cewe bertarung gara2 beni dgn tujuan yg berbeda haha.... Kereeeeen...

14 Apr
Balas

Semakin menawan nih kisahnya. Sehat dan sukses selalu Bu cantik

14 Apr
Balas

kalau suka sama orang tidak kebalas jangan cari gara-gara, nanti malah memalukan diri sendiri... keren bu.. salam sukses selalu

14 Apr
Balas

Cerpennya keren, asyik dan semakin seru, layak ditunggu kelanjutannya, sukses selalu untuk Ibu

14 Apr
Balas

Syo singsingkan lengan. Keren pisan. Semoga sehat di ramadhan ini Aamiin

14 Apr
Balas

Ocha memang harus diberi pelajaran oleh Laili agar jangan terulang ke orang lain. Salam sehat dan sukses Bu.

14 Apr
Balas

Wah, menyingsingkan lengan baju. Kebayang ada duel dua perempuan ini. Asyik kayaknya. Hahaha... Lanjut mbak Laili.

14 Apr
Balas

Yes, setuju Laili, beri si Ocha sedikit pelajaran.. hehehe.. akhirnya yang dinanti terbit juga.. sukses selalu Bu Yuniar.

13 Apr
Balas

Penuh pesan moral yang luar biasa sekali bu. Cerpen yang keren

14 Apr
Balas

Keren bunda. Ditunggu kelanjutannya.

14 Apr
Balas

Jangan-jangan Ocha cemburu dg Laily ... orang macam Ocha gini mesthi ditandangi ... Lanjut, Bu. Salam sukses.

14 Apr
Balas

Terbayang kata menyingsingkan lengan baju hey puasa gak boleh tengkar ya

14 Apr
Balas

Semoga si ocha segera sadar akan kesalahannya,,keren ceritanya Bunda, salam sukses selalu

14 Apr
Balas

Semin seru cepernnya bunda. Sukses seallu ya bund

14 Apr
Balas

Mantap bunda. Sukses selalu

14 Apr
Balas

Nah kan... perempuan macam ocha ini yang bikin sebbel. Tapi saya setuju dengan laili, mari kita singsingkan lengan baju menghadapinya, kalau perlu bawakan pak polisi sekalian. Bikin gemesss bener.

14 Apr
Balas



search

New Post