Friendzone (2)
#harike383
--
Aku meninju udara. Rasanya lega sekali. Ujian skripsiku berjalan lancar. Mr. Sunaryo, dosen pembimbingku meyakinkan nilai A untukku. Yes, aku berhasil. Segala susah payah dan kesulitan terbayar sudah. Teman-teman menyelamatiku. Aku senang berbagi kebahagiaan dengan mereka. Kami berempat yang ujian hari ini, dan semua mendapat hasil yang memuaskan.
Tak lama kemudian aku bersiap pulang. Aku sedikit terburu-buru mengemasi semua barangku. Baru saja pesan masuk ke gawaiku. Pesan yang membuatku semakin bersemangat. Pesan dari Mas Priyo.
- Aku sudah sampai di parkiran. Sudah selesaikah?
Aku hanya mengirim emotikon OK sebagai balasannya. Aku bergegas menuju parkiran. Setelah berpamitan pada teman-temanku, setengah berlari aku menuju ke tempat tujuanku. Ujian skripsi yang sukses dan pulang dijemput tunangan, kebahagiaan apa lagi yang bisa kuharapkan?
Sepanjang jalan menuju parkiran senyum tak surut dari bibirku. Aku mengenang pertama kali aku bertemu dengannya. Kenangan yang sebenarnya memalukan namun jadi kenangan terindah. Mas Priyo, dia sudah semester tujuh kala aku baru masuk ke universitas ini. Dulu aku hanya mengenalnya sebagai Mas Menwa. Meskipun bukan ketua, dia terlihat cukup menonjol. Mahasiswi baru sudah mulai berbisik-bisik membicarakannya. Sosok tinggi yang hitam manis itu cukup menarik untuk dilirik.
Namun sial untukku. Di awal-awal perkuliahan, aku yang sedang tensi tinggi karena banyaknya tugas serta sedang berselisih dengan temanku, membantingnya dengan jurus karateku. Dia menyentuh pundakku yang saat itu sedang berhati panas. Refleks kutarik dan kujatuhkan dia. Seketika aku menyesal melihatnya meringis kesakitan. Duh, aku malu sekali. Bagaimana pendapatnya tentang diriku?
Namun itu adalah awalnya. Justru dari situ kami menjadi dekat. Hikmahnya adalah, bersamanya aku justru menjadi perempuan yang sebenarnya. Sifat pemarahku mulai luntur. Sikap ekspresifku juga mulai berkurang. Aku menjadi semakin feminine. Namun sesekali, dalam kebahagiaan yang meluap seperti hari ini, aku kembali ekspresif.
“Kamu itu cantik. Anak cantik kalau pemarah hilang cantiknya,” katanya pada suatu hari.
Aku merasa melambung. Seumur hidup baru kali ini aku dipuji cantik. Padahal aku sendiri merasa kalau aku tidak cantik. Pun demikian dari dulu tak ada seorang pun yang mengatakan demikian. Aku terbiasa jika dipuji hanya kata kuat atau pintar. Jarang ada yang mengomentari penampilanku. Mungkin takut kalau aku marah jika dikomentari.
Dari jauh kulihat dia. Kulambaikan tanganku. Walaupun memakai pakaian biasa, sosoknya tak bisa menipu bahwa dia adalah ‘anggota’. Apalagi kulitnya yang semakin menggelap. Selepas kuliah dia memang diterima di salah satu ‘angkatan’. Beberapa kali tugas di tempat yang jauh, tentu saja membuat intensitas pertemuan menjadi berkurang. Itulah sebabnya pertemuan hari ini menjadi istimewa. Aku sudah enam bulan tidak bertemu dengannya.
--
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Rindu yang terobati. Cerpen nan romantis. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Aduuh, aku ikut jatuh cintaaa haha...
Love goal banget kan, ya, hihihi...
Menarik sekali ceritanya. Semoga sehat dan sukses selalu Bunda.
Terima kasih, Bunda. Salam sehat dan sukses kembali.
Rindu membara, keren Bu cantik, sehat dan sukses selalu
Iyes, betul sekali, Bunda.
Penasaran ... Salam sehat bun
Duh.. kangen sekali ya... skripsi lancar... salam semangat Bunda cantik.
Nah, itu dia, hehehe ...
Cerita yg indah keren banget Bun. Semoga sehat selalu aamiin
Terima kasih Bunda. Salam sehat kembali.
Keren ceritanya, Bu. Ditunggu kelanjutannya. Salam sukses selalu.
Terima kasih Bu. Salam sukses kembali.
Keren bunda cerpen nya
Terima kasih Bu.
Senangnya bertemu Mas Priyo. Lengkap sudah kebahagiaan sidang skripsi selesai, tunangan datang, keren ceritanya Bu. Lanjut. Salam sukses.
Siap lanjutkan. Salam sukses kembali Bu Yessy.
Kangennnnnn. Keren ceritanya Bu mantap
Hihihi... Enam bulan gk ketemu.
Sangat menarik banget ceritanya bu. Mantab
Bakal kereen nih , kisahnya. Mantap, Bu lanjutt... Salam sukses.
Kisah yang menarik, renyah mengalir enak dibaca, lengkap kebahagiaan berjumpa sang kekasih, salam sukses selalu
Terima kasih Pak. Salam sukses kembali
Keren dan selamat. Barokallah...
Wah, kisah yang benar benar menyenangkan bu. Semoga sehat dan sukses selalu
Terima kasih kembali Pak Rony.