Friendzone (7)
#harike388
--
“Ibu saya drop aja, ya. Nanti kalau sudah selesai Ibu tinggal panggil,” kata Beni dalam perjalanan ke tempat Bu Narti.
“Nggak bisa. Kamu turun nungguin Ibu selesai pengajian,” jawab Ibunya tegas.
Duh, Beni mengeluh dalam hati. Bukannya dia tidak mau ikut pengajian di rumah Bu Narti. Kegiatan bulanan rombongan haji sejak lima tahun yang lalu itu memang rutin diikuti oleh ibunya. Beni sudah terbiasa mengantar jika ayahnya kebetulan tidak bisa hadir. Namun feeling Beni mengatakan bahwa ini tidak sesederhana itu.
Rumah besar itu sudah terlihat ramai dan semarak. Walaupun hanya pengajian rutin dan diikuti oleh tak lebih dari tiga puluh orang, Bu Narti menyelenggarakannya dengan serius. Seperti ada hajatan saja, batin Beni. Karena Ibu bersikeras, mau tak mau Beni ikut turun. Dia ikut menyapa tamu lain yang juga mengenalinya. Tak lama mereka segera bertemu tuan rumah.
“Wah, ada Pak Pelaut. Lama nggak ketemu. Makin ganteng saja, Ben,” sapa Bu Narti.
“Semoga juga makin solih, Jeng. Ini tadi kalau nggak dipaksa nggak mau nganterin ibunya.” Ibu yang menjawab.
“Wah, Ibu ni,” kata Beni pura-pura merajuk.
Bu Narti dan ibunya tertawa. Di sebelah Bu Narti, terlihat Erni ikut menyambut. Dia terlihat tersenyum tersipu-sipu. Beni hanya mengangguk sekilas. Erni dulu pernah jadi adik kelasnya ketika SMP. Kebetulan ibunya dan Bu Narti juga berteman baik sejak dahulu.
“Bu, saya tunggu di luar saja sama bapak-bapak, ya.” Kata Beni yang segera pergi tanpa menunggu jawaban dari ibunya yang tak mampu mencegahnya.
Bersama bapak-bapak lain di luar Beni merasa aman. Walaupun dia harus sibuk menjawab aneka pertanyaan basa-basi yang tak henti-henti, itu jauh lebih baik daripada kerepotan menghadapi Bu Narti dan ibunya.
Namun ketenangannya ternyata tidak berlangsung lama. Tak lama setelah pengajian dimulai, ibunya tiba-tiba terlihat mencarinya. Beni bergegas menghampiri ibunya.
“Ada apa, Bu,” tanyanya setelah dekat.
“Tolong antar Erni mengambil pesanan kue. Acara sudah mau mulai kok belum diantar.”
“Kue-kue sudah banyak, kok, masih ambil kue apa lagi.”
“Nggak tahu. Kata Bu Narti masih ada yang kurang.”
“Memangnya di sini nggak ada orang yang bisa dimintain tolong, apa? Kok harus saya,” jawab Beni gusar.
“Yang lain pada repot semua. Sudah, manut saja. Tuh, Erni sudah menunggu di depan.”
Beni menghembuskan nafas panjang. Walaupun sedikit kesal, dia tak bisa melawan perintah ibunya. Dia segera menuju parkiran. Dilihatnya Erni sudah menunggu sambil tersenyum menyambutnya.
“Maaf ya, Mas. Jadi ngerepotin,” kata Erni.
“Iya, nggak apa-apa,” jawab Beni.
“Ambilnya di mana?” lanjutnya.
“Di Bumi Asri,” kata Erni menyebutkan alamat.
Innalillahi, jauh sekali, batin Beni. Itu sekitar tiga puluh menit perjalanan dari rumah Bu Narti ini. Bisa satu jam bolak balik. Saat mereka kembali bisa-bisa pengajian sudah selesai. Meskipun demikian dia sudah tidak bisa mengelak lagi. Tak lama mereka segera berangkat.
Sepanjang perjalanan, Erni sibuk bertanya dan bercerita. Ada saja topic pembicaraan yang ditemukannya untuk mengobrol dengan Beni. Walaupun tidak terlalu suka, Beni tetap meladeni obrolan tersebut. Salah satu kelebihan dan sekaligus kelemahan Beni adalah dia selalu bisa meladeni orang lain sehingga orang merasa nyaman berada di dekatnya. Walaupun terkadang Beni sendiri tidak nyaman dengan situasinya. Satu-satunya orang yang Beni bisa menjadi dirinya sendiri, menyatakan rasa suka atau pun tidak suka dengan bebas tanpa rasa sungkan adalah ketika dia bersama Laili.
Ah, tetapi semua itu tidak akan kembali. Laili ternyata hanya menjadi kenangan indah di masa lalunya, tidak akan pernah menjadi masa depannya.
“Mas Beni, ndengerin, kan?” tanya Erni tiba-tiba.
“Eh, apa?” jawab beni gelagapan.
Ternyata tadi Beni sempat melamun. Dia tidak mendengarkan pertanyaan Erni yang terakhir.
“Ih, Mas Beni, kok gitu. Diajak ngobrol nggak ndengerin.” Erni merajuk.
“Aduh, maaf. Tadi tiba-tiba ingat kerjaan,” jawab Beni yang cukup membuat Erni tersenyum senang.
Jadilah sepanjang sisa hari itu Beni habiskan bersama Erni. Setelah mengambil pesanan kue, ternyata Erni masih minta diantar beli ini, beli itu, mampir di sini, mampir di situ. Ketika kembali ke rumah Bu Narti acara sudah selesai. Tamu-tamu sudah banyak yang pulang. Hanya ibu dan beberapa ibu lain yang mungkin sahabat dekat Bu Narti yang masih belum pulang.
Ibu dan Bu Narti terlihat gembira ketika mereka pulang. Bukannya Beni tidak tahu jika ini adalah taktik beliau berdua agar dia bisa bersama Erni. Namun Beni tidak berkata apa-apa, pura-pura tidak tahu.
--
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cinta memang tak bisa dipaksa ya Bu Yuniar. Ujung-ujungnya derita hati dan penyesalan. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Cinta memang tak bisa dipaksa ya Bu Yuniar. Ujung-ujungnya derita hati dan penyesalan. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Galau ya, Ben hehe... Keren, Bun. Bikin pinisirin
Galau tingkat dewa, hehehe. Siap lanjutkan Bu.
Beni galau tapi memberikan respon. Keren deh, sehat dan sukses selalu bucantik
Gk enak sama Ibu, hihihi... Terima kasih, Bunda.
Mantap. Nama saya Laili, Bu. Saya ada dalam cerita juga hehe. Salam literasi.
Nama cantik untuk orang cantik. Terima kasih apresiasinya Bu Laili.
ini modus ya..... sukses selalu
Iya, modus emak2 msksain anaknya, hehehe...
Beni sepertinya tidak ingin melihat ibunya kecewa. Keren Bu dan salam sukses
Betul, Bu. Sudah biasa manutan.
Keren banget Bu cerpennya, ceritanya semakin menarik dan asyik untuk dinikmati, sukses untuk Ibu
Terima kasih apresiasinya Pak.
Beni pura-pura tidak tahu. Keren frendzonanya.
Biar yg lg modus seneng, hehehe...
Untungnya Beni ank yang patuh sama Ibunya makanya mau ngantar Erni. Semakin menarik, Bu. Salam sukses Bu.
Kalau bisa bilang nggak mau rasanya Beni pengen lari aja, hehehe...
Keren banget bunda cantik, ditunggu lanjutannya
Terima kasih apresiasinta Bu Defi.
Keren. Ditunggu lanjutannya bun. Barokallah
Insyaallah siap lanjutkan.
Beni anak yang patuh ya. Keren Bu ceritanya mantap
Pada dasarnya Beni tergolong high quality of jomblo, hihihi...
Keren Bu.. ditunggu lanjutannya.. semoga sukses selalu
Terima kasih Bu Ima. Insyaallah siap lanjutkan.
Keren bu. Ditunggu terus kelanjutan ceritanya
Ceritanya sangat menarik, Bunda. Ditunggu kelanjutannya. Semoga sehat selalu dan semakin sukses.
Terima kasih apresiasinya. Salam sukses kembali.
Cerpen yang menarik. Alur ceritanya runtut. Sukses selalu Bu Yuniar.
Terima kasih Bu Wigati. Salam sukses kembali.
Cerita yang menarik Bun,,,lanjuuut....
Menarik ceritanya Ibu Yuniar. Mantap.
Terima kasih apresiasinya, Bu Sri.
Keren Bu..cerita yang menarik..salam literasi
Terima kasih Pak. Salam literasi kembali.
Beni jadi serba salah menghadapi ibunya dan Erni ... siip..siip... ayo lanjut, Bu. Salam sukses.
Manut, gk suka. Gk manut kok ya nggak enak, hehehe...
Keren tulisannya Bu Yuniar diselingi musik. Semoga sukses Bun.
Wah cerita yang keren Bu, saya ketinggalan beberapa episode nih.Salam kenal salam sukses.ijin follow nanti foolow balik ya
Terima kasih Ibu Sugiharti. Insyaallah segera meluncur ke TKP.
Beni pun pandai membaca situasi, malah asyik bisa bersama Erni terus, ceritanya makin menarik, salam sukses selalu
Biasa jadi recycle bin, hihihi...
Cerita menarik bun salam kenal sukses selalu
Terima kasih Bu
Aaah, tidaaak... Beni pliss deh. Aduh gmn ini,hati saya dag dig dug ini. Kok ya dadak diakhiri dengan "samson" pula. Btw, boleh nggak ya saya minta pdfnya saja. Sudah nggk sanggup lagi nunggu kelanjutannya. Wkkakkkakkkkk... terlalu baper Bund. Sukses selalu pokoknya.
Hahaha... Kadang saya nulis juga baper sendiri lho Bu Dewi...
Bagus bunda ceritanya....bikin penisirin....sukses untuk bunda
Terima kasih Bu Wiwik. Memsng suka usil bikin teman2 penasaran. Jail ini, hihihi... Salam sukses kembali.