Ketika Cinta Bercerita (1)
#tantanganharike319
#tantangangurusiana
--
“Nah, ketemu. Jangan lari lagi ya, istriku,” teriak Wasis sambil memelukku erat dari belakang.
Sontak teman-teman di sekitar kami tertawa terbahak-bahak. Suasana istirahat yang riuh semakin meriah dengan ulah Wasis yang menyebalkan itu. Kupastikan wajahku merah padam karena pipiku terasa panas. Namun seperti biasanya aku tak bisa berkutik. Tubuh mungilku tenggelam dalam dekapan anak umur sepuluh tahun yang sudah terlihat gagah itu.
Hanya sesaat. Ya, hanya sesaat dia begitu. Tak lama kemudian dia segera melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkanku yang masih tak sanggup bergerak menahan malu dan marah sambil tertawa lebar. Dia juga menyempatkan diri memberi salam perpisahan a la tuan-tuan dari Eropa yang kulihat dalam film kartun di televisi hitam putih di rumahku.
Ulah Wasis yang sangat menyebalkan dan terkadang menakutkan itu hampir setiap hari dilakukannya jika bertemu denganku. Jika aku melihatnya lebih dahulu maka aku akan segera melipir mencari jalan lain untuk menghindarinya. Namun jika dia telah melihatku maka dia akan segera berlari mengejarku sambil berteriak.
‘Istrikuuuuu…”
Ulahnya itu tentu menarik perhatian seisi sekolah. Dan semua orang akan segera mendapatkan hiburan dengan melihatku lari terbirit-birit dikejarnya. Apalah dayaku karena gedung SD kami yang hanya berisi dua belas kelas tentu saja tidak terlalu luas. Aku hanya bisa selamat jika masuk ke ruang guru dan meminta bantuan dari Bu Tyas, wali kelas IV A. Wali kelasku.
Ya. Aku memang masih murid SD kelas IV. Aku bukan seorang gadis cantik. Tubuhku kecil jika dibandingkan dengan kawan-kawan sekelasku yang terlihat sehat. Mungkin memang aku kurang gizi sehingga tubuhku terlihat begitu mungil. Padahal namaku adalah Esthi. Bukan main-main karena esthi adalah nama lain dari gajah dalam bahasa Jawa. Penyebabnya adalah karena ketika lahir, kata ibu aku begitu gendut seperti gajah. Namun entah apa sebabnya ketika umurku menginjak lima tahun pertumbuhanku tidak sepesat dahulu.
Tubuh mungilku bukan membuat teman-teman merisakku. Aku justru terlihat menggemaskan bagi mereka. Aku bagai adik kecil kesayangan bagi mereka. Mbak Rini sahabatku sering menggendongku. Rambut pendekku sering diacak-acak dengan gemas oleh kawan lain. Dan yang paling parah diantara semuanya adalah ulah Wasis.
Wasis anak kelas IV B. Meskipun kami beda kelas, kami selalu bersama sejak TK. Dan sudah semenjak kami masih TK dia sudah menggangguku seperti itu. Dulu bahkan aku juga digendongnya. Kepada teman-temannya dia selalu bercerita bahwa setelah dewasa dia akan menjadikanku istrinya. Ya, ampun. Darimana dia bisa mendapat pemikiran seperti itu. Istri itu apa? Aku benar-benar tak habis pikir.
Terkadang aku ingin memukulnya seperti yang sering kulakukan pada kawan-kawan yang nakal padaku. Sejak dulu aku memang sedikit tomboy. Barangkali karena Bapak dulu mengharapkan anak laki-laki pada anak keduanya setelah kakak pertamaku lahir perempuan. Namun ternyata aku adalah anak perempuan juga. Namun terkadang aku bisa bersikap seperti harapan Bapak.
Aku tak segan membantu Bapak di kebun. Naik turun tangga atau juga memanjat pohon rambutan dan pohon jambu sudah biasa kulakukan. Kawan-kawan baikku di rumah juga kebanyakan anak laki-laki yang sering mengajakku memancing, naik sepeda, main layangan, dan juga main sepak bola. Tak heran walau bertubuh mungil aku lumayan kekar dan kulitku berwarna lebih gelap. Aku juga berani berkelahi dengan anak yang lebih besar jika mereka nakal.
Dulu aku sempat dimarahi Bu Guru ketika masih TK. Penyebabnya adalah karena aku yang masih TK kecil menjotos Edi, anak TK besar yang mengganggu Mbak Ratri, kakak perempuanku, hingga dia menangis. Jarak umurku dengan Mbak Ratri memang hanya satu setengah tahun. Kata Ibu dulu kami sundulan. Artinya Ibu sudah mengandung ketika Mbak Ratri belum genap satu tahun.
Namun keberanian dan kenekadanku menjadi sia-sia ketika bertemu Wasis. Aku tiba-tiba tidak bisa berkutik jika bertemu dengannya. Dia sungguh berani. Padahal kawan laki-laki yang lain juga sangat menghormatiku karena kami sering main bersama. Tak ada yang berani menyentuhku. Hanya Wasis yang berani kurang ajar padaku. Dan yang paling menyebalkan adalah karena aku tidak pernah berani melawannya.
--
BERSAMBUNG
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jazakillah khairan, cerita uniknya, barakallah Aamiin. Saling kunjung, saling mendoakan, smoga berkenan juga saling follow dan saling memberi komentar penyemangat.
Salut roman anak, mantap Bu. Sukses selalu
Keren buk,, Jadi ingat masa2 kecil dulu,, kisah jenakanya selalu saja menjadi kisah yang tak terlupakan.... Sukses selalu
Mungkin nantinya bakal berjodoh Eshti dan Wasis. Sudah dikejar-kejar dari awal. Ditunggu kelanjutannya Bu Yuniar. Sukses selalu. Salam literasi.
So sweeeeettttttt...... Gemesh deh sm Wasis hihi...
Keren bu... Ditunggu kelanjutannya
Cerita kehidupan anak manusia yang menggelitik.Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal kumpulan cerita pendek. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS.
Kisah muda mudi nan keren nnih. Sehat dan sukses selalu bu cantik
keren bun...salm sukses selalu
Keren Bu, ditunggu kelanjutannya, sukses untuk Ibu
Ketika cinta bercerita, akan tercipta banyak cerita pastinya. Sukses selalu buat Ibu Yuniar Widati
Lucu. Bunda semoga sehat dan sukses selalu ya Bun aamiin
Keren ceritanya, Bu. Salam sukses selalu.
Cerpen yang keren bu
Banyak cerita yang akan tersaji jika cinta sudah bicara. Keren Bu. Sukses selalu.
Kecil-kecil cabe rawit. Bikin Wasis gemes. Keren Bunda.
Adaaaa aja idenya. Ceritanya selalu menarik. Lanjutkan Bu. Moga sukses selalu.
Keren ibu canik... Dinanti lanjutannya... Suksrs selalu
Lucu banget ceritanya. Cerita baru ya Bu. Salam sukses selalu
Kalau membaca Cerpen dari ibu, selalu penasaran ingin segera membaca kelanjutannya. antab bu. Sukses selalu dan salam literasi.
Keren Bu..ditunggu kelanjutannya
Ceritanya menarik bunda, cerita dengan bermacam karakter anak, salam sukses
keren bunda cerita t roman anak, mantap Bu. Sukses selalu nggih
Kerenn selalu bundaa.
Mantab bu cerpennya. Salam sukses selalu
Cerita menarik..keren bun..salam literasi
Ya Ampuuuun Wasis .... Ceritanya keren menewen, Bun. Salam sukses.
Keren mbak cerpen awal percintaan ini. Ditunggu kisah berikutnya Esti dan Wasis.
Cerpenya keren bunda. Sehat dan sukses slalu