Mbak Guru
#tantanganharike348
#tantangangurusiana
--
Saya sudah menjadi Ibu Guru sejak tahun 1998. Pertama kali datang ke madrasah tempat saya mengajar, murid-murid saya memanggil ‘mbak’ karena mengira saya adalah anak baru. Saya memang masih terlihat imut dengan postur tubuh mungil dan penampilan culun. Ketika hari berikutnya saya masuk kelas, anak-anak yang memanggil ‘mbak’ tentu merasa kaget karena ternyata, anak baru yang imut itu adalah guru baru mereka.
Akhir dekade 90an, telepon seluler belum sesemarak sekarang. Seingat saya, sebelum lulus kuliah, hanya ada lima orang kawan seangkatan saya yang memiliki telepon selular merk ternama yang sekarang sudah bangkrut itu. Duh, mewah dan keren sekali mereka yang membawa telepon seluler sebesar ulekan yang konon harganya mahal sekali untuk ukuran waktu itu. Belum lagi sepeda motor yang masih termasuk barang mewah juga. Sementara saya ke sana ke sini masih setia naik angkudes bertarif Rp200,00 sekali jalan.
Suatu hari ketika saya pulang dari sekolah, angkudes yang saya naiki kebetulan agak sepi. Ketika saya membayar, kernetnya bertanya, “Sangen, Mbak?” Sebelum saya menjawab, sopirnya membentak kernetnya sambil bercanda. “Bu Guru, kok diundang Mbak. Bu, ngono,” kata Pak Sopir. “Isih enom yo tak undang Mbak,” balas kernetnya ngeyel. “Yo mosok Mbak Guru. Tetep Bu Guru, to?” Mereka berdua masih sibuk bertengkar dan saya hanya bisa senyum-senyum mendengarnya.
--
Glosarium
Bu Guru, kok diundang Mbak. Bu, ngono = Bu Guru kok dipanggil Mbak. Bu, gitu.
Isih enom yo tak undang Mbak = Masih muda yo tak panggil Mbak.
Yo mosok Mbak Guru. Tetep Bu Guru, to? = Ya masak Mbak Guru. Tetap Bu Guru, kan?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pisan mbak Yun,,,, Sukses selalu
Hehehe. Terima kasih Pak.
Karena memang masih muda ya Bu Yuniar. Dipanggilnya Mbak Guru. Mantap pentigrafnya. Sehat dan sukses selalu. Salam literasi.
Rasanya agak aneh tapi, hehehe ...
Sampe sekarang masih awet muda kan, mba? Hehe...
Perasaan sih, begitu, Bu, hehehe...
keren bun... salam sukses selalu
Keren Bu pentigrafnya, sehat dan sukses selalu untuk Ibu
Keren twistnya Bunda. He he he supirnya ribut dengan kernet bus. Dukes selalu Bunda.
Sukses selalu bu
Hehehe, iya Mbak Guru. Sukses selalu Bu. Salam literasi Bu Kapus.
Mantap. Sehat selalu Mbak Bu guru.
Pentigrafnya keren bund... Sukses selalu
Hahahaha, Keren banget bu pentigrafnya. Sukses selalu dan salam literasi.
Keren pentigrafnya. Salam kenal bun, saya juga magelang. Ijin follow ya.
Mbah guru itu istilah pertama ingatku karena sepuh ya bun tapi bu guru masih muda kan
Biasanya untuk pensiunan guru kalau ditempatku, Jeng.
Pengalaman yang sama, bu. Saya saat awal mengajar juga dipanggil Mbak. he..he.. kenangan indah. Salam sukses, Bu Juni.
He..he..he, kalau dah mau pensiun , dipanggil nek guru atau kek guru
Kalau di Jawa dipanggilnya Mbah Guru, Pak Yusrin, hehehe...
Twistnya keren Bunda, jadi ribut sopir dan kernet deh,, salam sukses selalu
Hahahaha, Keren banget bu pentigrafnya. Sukses selalu dan salam literasi
Jadi ingat juga waktu pertama kali jadi gur ..Salam.sukses dan salam kenal bu..
Terkenang masa lalu deh, jadinya.
Imut imut sih, jadinya di panggil mbak,hehe.. sukses Bu Yuniar.
Iya betul. walaupun badan membesar, tetap saja kelihatan imut, hihihi...
Bu Guru Ketua OSIS yang imut. Mungkin bisa dikurangi dialog pentigraf menjadi 2 kalimat. Sukses untuk bunda.
Kecil sudah mengajar maka dipanggil mbak guru. Kenengan zmyang indah mbak guru.Sehat dan sukses selalu. Aamiin
Pentigraf keren bunda. Sukses slalu
keren ulasannya
Terima kasih, Bapak.