Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengusik Rasa (11)

Mengusik Rasa (11)

#harike367

--

Hingga menjelang Maghrib Selly tidak muncul. Sesungguhnya Sekar berharap Selly bisa muncul agar masalah bisa segera selesai. Namun dengan berbagai kemudahan yang Allah berikan padanya, Sekar hanya bisa berserah pada scenario Yang Maha Kuasa untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.

Akan tetapi sampai pagi hari berikutnya tiba, Selly masih belum muncul juga. Di lain pihak, Selly sendiri masih menimbang-nimbang apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Bertemy dengan Syarif dan Sekar di kantor atau pun di rumah tentu saja merupakan pembicaraan resmi dan dinas. Sementara Selly sendiri berharap bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

Selly tahu jika hubungan keluarga Syarif dan Andre tidak terlalu dekat. Orang tua Andre sendiri sebenarnya menyukai Syarif. Beliau berdua cukup kecewa dengan Andre yang sangat jauh bedanya dengan Syarif. Keluarga Syarif yang lebih sederhana bisa menjadikan anak-anaknya menjadi anak-anak yang tangguh dan mandiri, sementara Andre yang serba berkecukupan masih belum mandiri. Di sisi lain, karena orang tuanya sering memuji Syarif, Andre memiliki kebencian terhadap Syarif.

Melihat keadaan seperti itu, Selly tidak yakin jika Syarif bisa membantunya untuk mempertemukan dengan orang tua Andre. Namun Selly tidak memiliki pilihan lain. Dia sendiri jauh dari keluarga. Ibunya yang seorang janda sederhana tidak mungkin semudah itu bisa membantunya menyelesaikan masalahnya dengan keluarga Andre.

Akhirnya setelah dipikir masak-masak, Selly memutuskan untuk mengubur rasa malu dan sungkannya dalam-dalam. Dia harus menemui Syarif dan Sekar untuk mempertanggungjawabkan semuanya dan sekaligus meminta bantuan mereka sekali lagi.

Lia mengantarnya ke rumah Syarif dan Sekar. Namun kali ini dia meminta untuk ditinggal saja. Nanti pulangnya dia akan naik ojek saja. Siapa tahu kalau beruntung Syarif mau mengantarnya pulang. Namun Selly sendiri tidak terlalu berharap. Dia sebenarnya menyadari bahwa sudah membuat Sekar tidak terlalu menyukainya. Wajar karena Selly sendiri juga terkadang bersikap sedikit kurang ajar.

Syarif dan Sekar masih mengaji sesudah salat Maghrib ketika Selly mengetuk pintu depan. Dandi yang sedang belajar yang membukakan pintu depan. Bayi sudah tertidur lelap di kamarnya. Pelan-pelan Dandi memberitahu orang tuanya perihal tamu yang datang. Syarif dan Sekar saling berpandangan dan bersiap menemui tamu yang memang ditunggu-tunggu tersebut.

“Wah, lama nggak kelihatan, Mbak Selly.” Sekar menyapa ramah sambil menyalami Selly.

Selly terlihat kikuk menyambut uluran tangan Sekar. Sedikit berdiri dia juga salah tingkah, bingung dan malu mau menjawab apa. Syarif menyusul di belakang Sekar.

“Ayo silakan duduk,” lanjut Sekar.

“Pak, Bu, sebelumnya saya mau minta maaf,” kata Selly setelah Syarif dan Sekar duduk di kursi seberang.

“Minta maaf kenapa?” tanya Sekar seperti pada anak kecil.

“Ng …, anu. Saya … saya sepertinya akan mengajukan pengunduran diri,” jawab Selly.

Syarif dan Sekar saling berpandangan. Kalimat pemutusan hubungan kerja yang begitu sulit mereka tata untuk disampaikan kepada Selly, seketika dipermudah dengan pernyataan Selly sendiri.

“Kira-kira Mbak Selly menyadari mengapa harus mengundurkan diri?”

“Iya, Bu. Saya mangkir dari pekerjaan selama lebih dari sepekan. Itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan bagi Ibu dan Bapak untuk memberhentikan saya,” jawab Selly lagi.

“Itu saja?”

“Tidak, Bu. Saya juga menghilangkan sepeda motor yang saya pinjam. Saya berjanji untuk menggantinya nanti.”

“Heh?”

“Hilang bagaimana maksudnya?”

Kalimat Selly tentu membuat Syarif dan Sekar kaget. Mereka sama sekali tidak mengira jika urusan bakal kapiran seperti ini. Barang hilang mungkin bisa dicari lagi, namun bagaimana hal itu bisa terjadi, menjadi pemikiran utama mereka saat ini.

“Kalau diizinkan, saya harus bercerita agak panjang, Pak, Bu.”

“Silakan,” kata Syarif.

“Maafkan saya sekali lagi, Pak, Bu. Saya sudah hamil tiga bulan.” Selly memulai ceritanya.

Kalimat pembuka Selly membuat Sekar merasa sangat terpukul. Syarif tersentak kaget mendengarnya. Walaupun Syarif merasa tidak bersalah, namun dia sangat khawatir dengan reaksi istrinya.

--

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

haah.... Jadi makin penasaran,,,, atur nafas dulu ah,,, Mantap mbak Yun... Sukses selalu

15 Mar
Balas

Inhale, exhale, inhale, exhale, hahaha... Atur nafas biar tidak emosi. Salam sukses kembali, Pak.

15 Mar

Jeng.. jeng... Apa yang terjadi selanjutnya? Hihi...

14 Mar
Balas

Hahaha... Trus iklan. Kayak sinetron, ya?

14 Mar

Jeng.. jeng... Apa yang terjadi selanjutnya? Hihi...

14 Mar
Balas

Ayo Sekar, jangan ngamuk, dengerin dulu

15 Mar
Balas

Sudah siap-siap mau nyembur nih, Bunda, hahaha...

15 Mar

Kisah nan menawan. Bikin kepo. Sehat dan sukses selalu bu Cantik

15 Mar
Balas

Terima kasih, Bunda. salam sehat dan sukses kembali.

15 Mar

Keren cerpennya Bu, ceritanya menarik, ditunggu kelanjutannya, sukses selalu untuk Ibu

15 Mar
Balas

Terima kasih apresiasinya. Siap lanjutkan, Pak. Salam sukses kembali.

15 Mar

Apa yang akan terjadi dengan Selly selanjutnya? Semoga sehat selalu buat Ibu Yuniar Widati

15 Mar
Balas

Selly ini hebatnya, nyalinya gede Pak. Bicara kayak gitu woles aja, hehehe...

15 Mar

Cerita yg keren, gmn selanjutnya nasig Selly ya ,next bunda ditunggunya salam literasi

15 Mar
Balas

Selly itu bandel. Dia tangguh walau ngeselin, Bu, hehehe.... Siap lanjutkan. Salam literasi kembali.

15 Mar

Hamil 3 bulan?

15 Mar
Balas

Bikin suuzon ka, ya, hehehe...

15 Mar

Cerpen yang sangat menarik, ditunggu lanjutannya

15 Mar
Balas

Siap lanjutkan Bunda Defi.

15 Mar

Spontan aku nyanyi lagunya zamrud....telat 3 bulan....hehehe lanjuuut dong buBiasanya paling males baca kisah bersambung tapi Kali ini beda bgt

14 Mar
Balas

Sebagai sesama penggemar Jamrud pada masanya, sebaiknya kita tos dulu, hehehe...

15 Mar

Seri. Mantap ceritanya

15 Mar
Balas

Mungkin aku harus sabar menunggu kelanjutan ceritanya sampai esok hari ya bu. Heheheh. Mantab. Sukses selalu dan salam literasi.

15 Mar
Balas

Hehehe... Siap Pak Rusman. Masih setia melanjutkan ini. Salam sukses kembali.

15 Mar

Semakin menarik, Bu Juni. ditunggu lanjutannya. Salam sukses.

15 Mar
Balas

Terima kasih Bu Cicik. Siap lanjutkan.

15 Mar

Hehe pengakuan yang menyentak hati oleh Selly, lanjuuuutt,, salam sukses selalu

15 Mar
Balas

Mak jenggirat dong, dengarnya. Sekar langsung melirik suaminya dengan sengit, hahaha...

15 Mar

Jangan suudhon dulu Bu Sekar...sabar..Bikin penasaran...sukses bunda Yuniar

15 Mar
Balas

Auto kesel sama suaminya, hahaha... salam sukses kembali Bu Yuni.

15 Mar

Auto kesel sama suaminya, hahaha... salam sukses kembali Bu Yuni.

15 Mar

Runtut ceritanya, good

15 Mar
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bunda.

15 Mar

Luar biasa...keren salam literasi

16 Mar
Balas



search

New Post