Mengusik Rasa (13)
#harike369
--
Sore hari berikutnya, Selly menemui orang tua Andre bersama Syarif dan Bu Rifah. Syarif dan Sekar memutuskan untuk membantu Selly namun mengajak ibunya Syarif itu untuk menemani mereka. Bagaimana pun juga, Bu Rifah pasti lebih mudah menyampaikan masalah ini kepada adiknya. Meskipun Bu Rifah sungguh tidak menyukai Selly, namun beliau mau melakukannya dengan janji Selly harus segera menjauh dari keluarga mereka.
Bu Rini, ibunya Andre hanya bisa menangis ketika mendengar kabar dari kakak iparnya. Sementara suaminya tentu saja marah besar mendengarnya. Hanya karena rasa sungkan pada kakaknyalah sehingga beliau masih mampu mengendalikan diri.
"Andre sungguh-sungguh bikin malu keluarga,” murka Pak Mukhlis yang membuat istrinya makin tersedu.
“Aku malu sama Mbakyu. Untuk apa Andre membawa motor Syarif? Dia minta saja padaku pasti kuberi,” keluh Bu Rini.
“Itulah salahmu, Bu. Kamu penuhi semua keinginannya. Sekarang dia jadi anak yang hanya bisa bikin susah orang tua,” potong Pak Mukhlis.
“Uwis, ra usah salah-salahan. Saiki njuk penake piye?” Bu Rifah menyela menghentikan pertengakaran suami istri itu.
Pak Mukhlis dan Bu Rini terdiam. Mereka hanya bisa menyesali keadaan. Bagaimana pun mereka menyangkal, keadaan inilah yang terjadi.
Suasana menjadi lengang karena baik Pak Mukhlis ataupun Bu Rini tidak ada yang menjawab. Syarif tidak ingin menyela pembicaraan orang-orang tua. Sementara Selly sedari tadi terdiam sambil menunduk.
Pak Mukhlis menghela nafas panjang. Sepertinya beliau agak sulit untuk mengutarakan pikirannya. Namun beliau tetap harus menjawab pertanyaan kakaknya tadi.
“Dua pekan yang lalu Andre memang pamit pergi ke ibu kota Propinsi ke rumah buliknya. Katanya dia ingin melanjutkan kuliahnya yang dulu sempat tertunda. Namun kami baru tahu kalau dia ada di sana setelah dia sampai di sana. Setelah itu dia tidak menghubungi kami lagi,” kata Pak Mukhlis beberapa saat kemudian.
“Apa Dik Ais tidak mengabari kalian?” tanya Bu Rifah.
“Ya. Namun hanya sebatas menjawab pertanyaan apakah Andre si sana. Lain tidak.”
“Andre biasa datang dan pergi ke mana-mana sesukanya, Mbakyu,” kata Bu Rini menyambung.
Bu Rifah hanya menghela nafas panjang. Beliau merasa jengkel dengan adiknya yang sangat tidak bertanggung jawab pada anak-anaknya. Mereka berdua merasa sudah cukup dengan memenuhi anak-anak itu dengan materi tanpa mengisi kekosongan jiwa mereka. Bahkan anaknya pergi pun mereka terlihat tidak peduli. Begitu ada masalah, baru ribut sendiri.
“Besok pagi kukirimkan motor baru sebagai pengganti motormu, Rif,” kata Pak Mukhlis kemudian.
“Paklik mboten usah menggalih niku. Biar saja kalau motornya mau dipinjam Andre dulu,” jawab Syarif cepat.
“Yo ora. Biar saja, biar aku lega.”
“Untuk urusan dengan Mbak Selly ini, biar kami sekeluarga yang menyelesaikan, Mbakyu. Matur nuwun sudah kersa repot tindak sini ngabari. Tapi untuk selanjutnya biar kami selesaikan sendiri,” lanjut Pak Mukhlis tegas.
Selly tertegun mendengar jawaban Pak Mukhlis. Antara bingung dan kaget dia mendengar keputusan itu. Syarif dan Bu Rifah juga tidak mengira jawaban Pak Mukhlis itu.
“Lalu urusannya bagaimana?” tanya Bu Rifah.
“Sudah. Tidak apa-apa. Kami tidak akan lari dari tanggung jawab. Malam ini juga saya sendiri yang akan menjemput Andre,” jawab Pak Mukhlis.
“Mbak Selly pulang saja dulu. Besok sore kami akan datang ke rumah keluargamu,” lanjutnya.
Begitulah akhir dari pembicaraan sore itu. Bu Rifah lega akhirnya keluarga anaknya bisa tenang kembali tanpa gangguan dari orang ketiga. Selly diantar kembali ke tempat Tia untuk paginya pulang ke rumah ibunya. Dia sudah resmi berhenti bekerja pada Syarif dan Sekar.
--
Epilog
Sekar dan Syarif tidak tahu kabar Selly selanjutnya. Entah apa hasil kesepakatan keluarga Selly dengan Pak Mukhlis. Mereka berdua tidak tahu dan tidak mencari tahu. Satu hal yang pasti Andre tetap tidak menikahi wanita itu.
Mendengar kabar tersebut, Sekar merasa sedikit kasihan pada Selly. Bagaimana pun juga, sebagai sesama wanita, Sekar bersimpati padanya. Namun Syarif sudah tidak mau lagi membahas tentang Selly.
--
TAMAT
--
Glosarium:
Uwis, ra usah salah-salahan. Saiki njuk penake piye? = Sudah, tidak usah saling menyalahkan. Sekarang enaknya bagaimana?
Paklik mboten usah menggalih niku = Paklik tidak usah memikirkan itu
Yo ora = Tidak bisa
Matur nuwun sudah kersa repot tindak sini ngabari. = Terima kasih sudah mau datang ke sini ngabari
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen mbak Yun... Sukses selalu
Terima kasih pak Burhan. Salam sukses kembali.
Akhirnya Selly hanya menanggung derita. Semoga Andre kembali dan bertanggung jawab. Penuh hikmah dan pembelajaran ceritanya. Sehat dan sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Dua2nya sama2 gk bener soalnya, Bu.
Cerita yang keren, bikin penasaran. Makasih, Bun...
Terima kasih bu Erna.
Keren ceritanya Bunda. Ijin follow
Terima kasih bu Irma. Sudah sata follow juga.
Cerita yang keren bunda
Terima kasih apresiasinya Bunda.
Ceritanya luar biasa, keren banget, sukses selalu untuk Ibu
Terima kasih, pak. Salam sukses kembali.
Sukses selalu buat Ibu Yuniar Widati
Salam sukses kembali Pak, Herru.
Akhir cerita yang melegakan semua pihak, kisahbyang menginspirasi , hadir pesan moral, salam sukses selalu Bunda.
Terima kasih Bunda Yessy.
Laaah tamaaaat.....kapan" bikin cerita ttg selly sang penggoda
Wah, berat ini jeng. Susah menyelami jiwa penggoda sialnta, hahaha...
Akhir cerita, tersenyum untuk Sekar.
Hehehe... Happy ending.
Lhoh tamat. Aku ketinggalan. Keren selalu ceritanya.
Wah, iya nih. Jarang berkunjung ke tempat Bu Nurrohmah saya, Bu.
Cerpen yang luar biasa Bun. Akhir yang melegakan.. ditunggu cerpen berikutnya Bun. Sukses selalu
Terima kasih Bunda Ima. Salam sukses kembali.
Keren banget Bu
Terima kasih pak Rusman.
Akhir kisah yang apik. Banyak hikmah yang bisa diambil dari cerita ini. Sukses selalu Bu Yuniar.
Terima kasih dukungan dan apresiasinya, Bu wigati. Salam sukses kembali.
Akhir kisah yang apik. Banyak hikmah yang bisa diambil dari cerita ini. Sukses selalu Bu Yuniar.
Cerita yang penuh himah dan menginspirasi. Akhir cerita yang membahagiakan, meski Selly menerima akibatnya. Salam sukses bu
Terima kasih apresiasinya Bu Juniar. Salam sukses kembali.
Kisah yang menarik bunda. Ditunggu kisah-kisah lainnya.
Terima kasih Bunda. Insyaallah segera.
Cerita yang apiik, Bu. Kok ga dilanjut sih .... Salam sukses, Bu.
Sudah selesai, kok, Bu Cicik. Sudah nggak tahu kabar Selly lagi, hehehe... Salam sukses kembali.
Kereen bund
Terima kasih Bunda.
o sdh tamat ya ceritanya?
Sampun Bu. Sudah sampai endingnya kok. Kalau dipanjangin nanti kayak opera sabun, nggak selesai-selesai, hehehe...
o sdh tamat ya ceritanya?
Akhir cerita yang melegakan semua pihak, cerita yang menginspirasi , ada pesan moral, salam sukses selalu
Terima kasih pak Cahyo. Salam sukses kembali.
Cerita bunda selalu keren. Sukses selalu ya bunda
Terima kasih Bu. Salam sukses kembali.
Menenangkan hati endingnya...salam semangat dn sukses selalu bunda
Terima kasih Bu Yenti. Salam sukses kembali.
Cerita menarik..salam sukses bun
Terima kasih Bu Lia.
Saya nyekrol unggahan sebelumnya, Bun. Keren bingits ceritanya. Sukses selalu untuk Bunda Yuniar.
Barakallah, Bunda Siti Khotijah. Terima kasih banyak apresiasinya.
Wah belum sempat baca mengusik rasa sebelumnya, sudah tamat mbak Yun. Ditunggu kisah seru berikutnya.
Iya, memang sudah harus tamat, hehehe... Siap Jengsay.
Cerita yang menarik,,salam sukses
Terima kasih Bu Andi