Mengusik Rasa (6)
#tantanganharike362
#tantangangurusiana
--
“Kamu sengaja mau bikin Ibumu ini malu, ya? Sudah nggak sayang lagi sama Ibu Bapakmu, hah?” sembur Bu Rifah sesampainya di rumah Sekar.
Dari tempat kondangan, Ibunya Syarif itu memang meminta untuk langsung ke rumah Syarif dan Sekar, tidak diantar pulang ke rumahnya. Begitu sampai di sana dan melihat Syarif yang baru selesai mandi, wanita sepuh itu langsung memarahi anak laki-lakinya itu.
“Bu, ada apa ini? Datang-datang langsung marah-marah,” kata Syarif keheranan.
“Duduk! Ibu tidak segan untuk menjewermu karena kamu sudah bikin Ibu benar-benar malu,” jawab Bu Rifah.
Syarif masih memandang heran. Dia menatap istrinya yang berjalan di belakang ibunya. Namun Sekar menutup mulutnya rapat-rapat. Dari wajahnya terlihat Sekar menahan marah.
“Sabar, Bu. Sebaiknya Ibu yang duduk,” kata Syarif sambil menyambut Ibunya.
“Nggak usah!” Galak Bu Rifah menepis tangan anaknya itu.
Sekar bergegas mengambil alih menuntun mertuanya itu. Melihat Sekar Bu Rifah luluh. Nafasnya terlihat memburu. Bu Rifah sepertinya benar-benar marah. Perlahan-lahan dia segera duduk. Sekar duduk di sebelahnya sambil mengelus-elus tangannya. Syarif masih berdiri mematung di tempatnya. Dia tidak mengira ibunya semarah itu.
“Oalah, Rif. Apa matamu sudah tertutup sampai tidak bisa melihat istrimu ini? Kurang apa dia sampai kamu macam-macam bersama perempuan lain?” Bu Rifah mulai menangis.
Sekar menghela nafas panjang. Sebenarnya dia yang ingin marah besar dan meluapkan segala rasa yang berkecamuk di dadanya. Namun justru Bu Rifah yang memarahi anaknya terlebih dahulu sehingga Sekar malah tidak mampu berkata apa-apa.
“Apa maksud Ibu? Saya tidak pernah macam-macam.” Syarif terlihat kaget dengan perkataan ibunya.
“Ibu mengajarimu menjadi orang yang baik dan lurus. Sudah ada istri salihah dan anak yang pintar seperti Dandi, kamu masih bertingkah. Bayangkan omongan orang. Mau ditaruh di mana muka Ibu. Ibu malu sama orang. Lebih malu lagi sama Sekar.” Bu Rifah semakin tergugu.
Syarif segera menghampiri ibunya dan terduduk di lantai. Dipegangnya tangan ibunya. Tersentuh olehnya tangan istrinya. Namun Sekar segera menarik tangannya yang membuat Syarif semakin kebingungan.
“Bertingkah bagaimana, Bu. Saya benar-benar tidak mengerti. Demi Allah saya tidak pernah berniat menjadi orang yang tidak bisa bersyukur seperti itu,” katanya.
“Jangan bawa-bawa nama Allah untuk menutupi perbuatanmu. Ibu sudah sering bilang jangan bergaul dengan Andre. Kamu mau menjadi orang yang suka gonta-ganti perempuan seperti dia?”
“Bu, saya tidak seperti itu. Ada apa sebenarnya, Dek?” Syarif bertanya pada Sekar.
Sekar menghela nafas panjang kembali. Dia benar-benar tidak bisa menyusun kata-kata yang tepat untuk menegur suaminya itu di depan mertuanya.
“Dulu aku sudah pernah bilang. Walaupun aku bukan wanita solihah seperti istri-istri nabi, aku mungkin akan mengizinkan jika kamu ingin menikah lagi. Tapi tolong jujurlah. Yang paling menyakitkan itu adalah dibohongi,” kata Sekar beberapa saat kemudian.
“Ini lagi. Siapa yang berbohong? Kapan? Dan untuk apa?”
“Kalau bukan Wiwik yang bilang kalau kamu pergi ke salonnya bersama Selly, mungkin aku akan menganggap itu hanya gossip belaka.”
“Lho, aku pergi dengan Selly, kan, kamu tahu. Dan itu juga urusan pekerjaan,” kata Syarif mulai meninggi.
“Memangnya mengantar Selly ke salon sekarang jadi pekerjaanmu?” balas Sekar yang membuat Syarif tidak bisa menjawab lagi.
--
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren abissss mbak Yun... Jadi penasaran kelanjutan kisahnya... Sukses selalu
Memang begitulah kalau suami sudah kena pelet rasa ya Bu Yuniar. Tahi kambing rasa coklat. Cerita penuh hikmah. Sukses dan sehat selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Hayo, mau jawab apa kamu? Jadi erosi haha.... Beruntung py mertua yg belain Sekar
Aduuuhhh....ruwet jadinya. Next bu
Sebuah cerpen yang menarik. Penasaran lanjutannya. Sukses selalu, Bu Yuniar.
Semakin seru nih. Sehat dan sukses selalu Bu cantik
lanjut semakin penasaran.. salam sukses selalu
Keren, ceritanya bikin penasaran, ditunggu kelanjutannya, sukses selalu untuk Ibu
Mantap ceritanya, Bu. Ditunggu kelanjutannya. Salam sukses selalu.
Semakin menarik, Bunda... jadi penasaran. Sukses selalu, Bunda.
Wow...ternyata itu penyebabnya. Seperti Sekar mantu kesayangan...
Hadeh... Perselingkuhan?
Cerpen yang menarik dengan alur cerita yang renyah. Kutunggun kelajutan ceritanya bu. Sukses selalu buat dan salam literasi.
Syarif mau alasan apa lagi ya? Lanjut Bu Yuniar...
Makin keren dan menarik. Ditunggu kelanjutannya Bu
Keren ceritanya. Jadi penasaran Bu.
Cerpennya menarik sekali Bu.
Seeeppp... deh. Kisahnya makin menarik. Salam sukses, Bu.
Lanjut terus Bu Yuniar. Semoga sukses
Cerpen yang menarik dengan alur cerita yang renyah. Ditunggu kelajutan ceritanya bunda nggih sehat n sukses sll
Betapa salihahnta Sekar ya bund...
Ikut dag dig dug penasaran jadinya. Benarkah isu perselingkuhan itu?. Sukses untuk bunda Yuniar yang cantik dan banyak ide. Ajari aku dong
Semakin seru ini. Masing- masing punya alasan. Ditunggu kisah selanjutnya.Mantap mbak .
Cerpennya mantul bunda. Sukses slalu
Keren, ditunggu kelanjutannya
Mantap... Penisirin jadinya....