Ruwet (4)
#tantanganharike317
#tantangangurusiana
--
Beberapa saat kemudian Kang Pawit kembali dari tempat kerja bakti. Yu pawit menceritakan dengan singkat apa yang terjadi. Setelah mendengar cerita itu Kang Pawit langsung naik darah. Kejengkelannya pada Denok mencapai puncaknya. Denok yang suka seenaknya sendiri akhirnya memang kena batunya.
“Makanya kalau dikasih tahu orang tua itu manut. Tuh, lihat kelakuan Minto. Belum apa-apa sudah bikin susah. Padahal selama kamu berhubungan dengan Minto berapa kali sudah kamu bertengkar dengan Mamak demi belain dia. Berapa kali kamu menipu Bapak dan Kakang. Yang dibela-belain nggak ngerti dan nggak tahu diri,” kata Kang Pawit panjang lebar.
Denok hanya bisa menunduk. Dia tidak bisa menjawab. Semua yang dikatakan Kang Pawit benar adanya. Brlum kesalahannya pada Ragil, adiknya. Semua sebenarnya sayang padanya. Tapi dia kemarin seolah buta. Kini semua telah terang benderang.
“Sudah. Masih ngeyel mau sama Minto?” tanya Kang Pawit kemudian.
“Dingapunten, Kang. Kala wingi kula khilaf,” jawab Denok.
“Njuk saiki karepmu piye?”
“Sebenarnya selama tiga bulan dari janjinya untuk menyelesaikan urusannya kemarin saya sudah banyak berpikir, Kang. Sepertinya perasaan saya lama-lama juga sudah mulai luntur. Ketika dia tidak bisa memenuhi janjinya, saya sudah minta putus,” terang Denok.
Yu Pawit dan suaminya saling pandang. Ternyata mereka berdua sebenarnya sudah putus. Ini info baru untuk mereka karena memang selama ini mereka tidak mengupdate informasi tentang Denok.
“Lha, ternyata sudah putus,” jawab Kang Pawit.
“Nggih, Kang. Tapi dia sepertinya tidak terima. Dia masih ngejar-ngejar saya.”
“Kamu sudah ngomong baik-baik sama dia?” tanya Yu Pawit.
“Nggih, sampun, Mbak. Tapi dia jadi marah,” jawabnya.
“Ya itu salahmu. Kenapa menjalin hubungan kok sama preman. Sekarang kalau sudah begini terus bagaimana, coba?” kata kang Pawit.
“Nggih niku. Kula bingung,” kata Denok.
“Nyatanya saya cuma naik angkot saja dia cemburu sama sopirnya. Naik ojek marah sama tukang ojeknya. Saya bingung dan malu.”
Kang pawit menghela nafas panjang. Masalahnya ternyata menjadi rumit. Jika melihat percakapannya dulu dengan Minto, waktu tiga bulan sudah terlampaui. Tidak ada janji yang dikhianati karena toh seiring waktu berlalu Denok akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan mereka. Namun ternyata untuk mengalhirinya memang tidak semudah itu.
“Kang, Mbak, saya minta maaf sudah merepotkan. Tapi saya masih harus merepotkan lagi. Saya mau minta tolong Kakang untuk bicara sama Kang Minto. Saya sudah tidak mau ketemu sama dia lagi,” kata Denok kemudian.
Dalam hati kecilnya Yu Pawit sebenarnya mencibir. Dulu dikasih tahu kakaknya susah dan ngeyel. Setelah kerepotan, siapa yang dimintai tolong kalau bukan keluarganya. Namun Yu Pawit hanya diam saja. Diliriknya suaminya. Bagaimana pun menjengkelkannya Denok, dia tetap adik perempuan satu-satunya yang disayanginya.
“Sudah berapa lama kamu dan Minto putus?” tanya Kang pawit kemudian.
“Ya sudah hampir satu bulan. Sejak itu dia selalu menguntit terus. Bukan hanya sopir angkot dan tukang ojek yang dipukul dan diancam. Kalau saya berangkat atau pulang kerja membonceng siapa saja selalu diancamnya. Semua ketakutan. Saya hanya aman kalau diboncengkan sama Ragil,” jawab Denok.
“Terus kalau sudah begini, kamu malu nggak sama Ragil?” tanya Kang Pawit agak sinis.
“Nggih lingsem, Kang. Panci kula riyin klentu,” jawab Denok.
“Nah, jadikan itu pembelajaran. Siapa yang selalu siap sayang dan siap membantu ketika kamu ada masalah? Keluargamu. Bapak dan Mamak. Juga Kakang dan adikmu. Ketika kami tidak menyukai orang yang kamu sukai itu bukan karena kami benci padamu. Tapi justru saking sayangnya sama kamu. Ngerti, nggak?” lanjut Kang Pawit.
“Nggih, Kang.” Denok menjawab sambil menunduk dalam-dalam.
--
Bersambung
Glosarium:
Dingapunten, Kang. Kala wingi kula khilaf = Mohon maaf, Kang. Kemarin saya khilaf
Njuk saiki karepmu piye = terus sekarang maumu apa
Nggih niku. Kula bingung = Ya itu. Saya bingung
Nggih lingsem, Kang. Panci kula riyin klentu = Ya malu, Kang. Memang dulu saya yang salah
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seru seru Bu, terus ..... Sehat selalu dan salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam sehat dan sukses kembali.
Keren ceritanya, ditunggu lanjutannya
Terima kasih, Bunda. Siap lanjutkan.
Keren mbak Yun,,, Di tunggu edisi berikutnya.... Sukses selalu
Terima kasih Pak Burhan. Siap lanjutkan. salam sukses kembali.
Akhirnya Denok menyadari hasil ngeyelnya. Penuh pembelajaran ya Bu Yuniar. Mantap ceritanya. Sukses selalu. Salam literasi.
Hasil ngeyelnya yang menyusahkan banyak orang. Salam sukses kembali, Bu Zulfa.
Apa ni strategi Kang Pawit menghadapi Minto?
Strateginya kerja sama, hehehe...
Cerita kehidupan yang keren bunda. Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal kumpulan cerita pendek. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS.
Terima kasih Pak Sriyono aka Pak Blangkon atas kunjungan dan apresiasinya.
Keren, Bu Yuniar cerpennya. Masih setia menati kelanjutannya. Sukses selalu.
Terima kasih banyak atas kujungan dan apresiasinya, Pak Edi. Salam sukses kemabali.
Semakin seru nih. Sehat dan sukses selalu bu cantik
Terima kasih banyak Bunda Elvina. Salam sukses kembali.
Akhirnya menyadari juga... lanjut bun...sukses selalu
Semoga sadarnya awet, hehehe... salam sukses kembali, Bunda Usnima.
Keren banget Bun. Semoga sehat selalu aamiin
Terima kasih apresiasinya, Bunda. salam sehat untuk Bunda dan keluarga.
Keren ceritanya, Bu. Ditunggu kelanjutannya. Sehat dan sukses selalu.
Terima kasih Bu Yuria. Siap lanjutkan. Salam sehat dan sukses kembali.
Semakin seru ceritanya, Bun. Keren. Sukses selalu bun.
Terima kasih Bunda Yessy. Salam sukses kembali.
Keren bucan, saya bbrapa hari telat GK lihat postingan bucan.... salam literasi dan salam silaturahmi
Postingannya nyelip ya, Bun hehehe... salam literasi kembali Bunda Amalia yang cantik.
Keluarga tetap nomor satu. Keren Bunda.
Iyes, betul sekali, Bunda.
Semakin menarik ceritanya. Ditunggu kelanjutannya
Terima kasih, Bu. Siap lanjutkan.
Mantab bu. semakin menarik untuk di ikuti. Tak tunggu kelanjutane yo bu. Sukses selalu dan salam literasi.
Terima kasih apresiasinya, Bu Rosita. Siap lanjutkan, Bu, hehehe... salam sukses kembali.
Mantab bu. semakin menarik untuk di ikuti. Tak tunggu kelanjutane yo bu. Sukses selalu dan salam literasi.
Mantab bu. semakin menarik untuk di ikuti. Tak tunggu kelanjutane yo bu. Sukses selalu dan salam literasi.
Semakin seru ceritanya, Bun. Keren. Sukses selalu bun.
Mantab bu. semakin menarik untuk di ikuti. Tak tunggu kelanjutane yo bu. Sukses selalu dan salam literasi.
Terima kasih, pak Rusman. Siap lanjutkan.
Lanjuut
Siap Bu Arum...
Lanjuut
Lanjuut
Keren ceritanya.Judulnya sensasional....joss bund
Hahaha... Judulnya bikin penasaran, ya, Bu. Terima kasih banyak apresiasinya Bu Umi.
Denok akhirnya sadar...Keren Bu ceritanya..ditunggu kelanjutannya ya Bu
Semoga sadarnya awet, Bu, hehehe... Terima kasih banyak apresiasinya.
Hmmm ada apa denganmu Denok.. Keren Bu. Ditunggu lanjutannya
Denok yang suka ngeyel, hehehe...
Cakep ceritanya Bunda, hehe malu juga Denok,, salam sukses
Terima kasih Pak Cahyo.
Keren. Denok kena batunya. Banyak kosa kata baru yang tidak saya dapati saat 9 tahun di Surabaya...
Mungkin karena saya pakai bahasa jawa krama alus, Pak.
Akhirnya Denok nyadar juga...Semakin penasaran saja bunda..ditunggu lanjutnya
Siap lanjutkan Bu Yuni.
Denok..apa yang akan terjadi selanjutnya setelah kang Pawit menasehatimu..cerita menarik bun sukses dengan karyanya
Semoga Denok mau mendengarkan, Bu. Terima kasih apresiasinya, Bu Lia.