Takut
#tantanganharike304
#tantangangurusiana
--
Orang bijak mengatakan bahwa ketakutan berlebihan jauh lebih berbahaya daripada bahaya itu sendiri. Ada kalanya kita menemukan suatu hal yang terlihat berbahaya dan menakutkan. Akan tetapi setelah dihadapi ternyata tidak seberbahaya dan semenakutkan yang kita bayangkan. Artinya kadang sesuatu itu menjadi menakutkan justru karena ketakutan kita sendiri.
Pernah saya begitu ketakutan ketika akan bertemu dosen pembimbing yang galak. Cerita dari kakak tingkat yang menjadi korban kegalakan sang dosen semakin memperburuk bayangan di kepala saya. Materi yang sudah saya siapkan seolah tidak ada cukupnya. Ketakutan itu semakin menjadi dan berubah menjadi sakit perut parah. Yang tadinya sehat, menjadi diare seketika. Setelah beberapa kali ke kamar kecil, akhirnya keberanian dan kekuatan dikumpul-kumpulkan. Mulut tak henti melantunkan doa mulai dari Al fatihah hingga ayat kursi. Bagaimana pun ini harus dihadapi. Dan apa yang terjadi kemudian? Ternyata semua urusan saya selesai dalam waktu singkat dan sikap dosen killer begitu ramah. Rasanya sedikit malu dan kecewa pada diri sendiri mengapa tadi harus takut berlebihan.
Saat bertemu atasan yang kurang akrab juga demikian. Bertemu pengawas misalnya. Padahal perangkat pembelajaran sudah disiapkan seperti biasa. Tugas-tugas sudah dilaksanakan dengan seksama. Tak urung rasa takut dan tegang tetap saja menghinggapi. Padahal sama seperti sebelumnya, setelah dihadapi, tak semenakutkan yang sebelumnya saya bayangkan.
Ketika masih kecil dan belajar naik sepeda, saya begitu ketakutan membayangkan rem blong, jalan licin, pedal meleset, dan lain sebagainya. Faktanya orang belajar naik sepeda memang harus jatuh bangun, terpeleset, dan menubruk benda-benda. Namum semua itu segera berlalu dan ketakutan saya justru kembali saya tertawakan sendiri. Demikian juga ketika belajar naik sepeda motor hingga belajar mengendarai kendaraan roda empat. Selalu ada ketakutan berlebihan yang justru setelah dijalani, ternyata saya bisa asal kita berhati-hati.
Hari ini saya bertemu dengan ketakutan saya dalam mengendarai mobil. Saya paling tidak suka dengan jalan sempit, licin, dan juga tanjakan. Saya lebih sering memilih jalan memutar jika saya tahu jalur yang akan saya lalui mengandung unsur-unsur seperti itu. Kejutan hari ini adalah, saya melalui jalur yang benar-benar belum pernah saya lalui, dan kebetulan ada jalur tanjakan yang licin karena berlumut serta di ujung sana terlihat jembatan sempit.
Saya menghentikan kendaraan sejenak, menimbang-nimbang sambil mengumpulkan keberanian. Di dalam mobil ada dua anak saya dan bapak saya yang sudah sepuh. Sementara jalur sebelumnya adalah jalan yang sempit dan tidak ada tempat untuk memutar kecuali di atas sana. Saya sudah tidak bisa mundur lagi. Keputusan satu-satunya adalah saya harus maju.
Dengan mengucap bishmillah, saya mulai maju pelan-pelan. Pikiran saya sudah dipenuhi bayangan tentang bagaimana jika selip, bagaimana jika jembatan sempit itu tidak muat, bagaimana jika begini, bagaimana jika begitu. Ya Allah segera saya tepis keraguan dan ketakutan itu. Ayo, harus bisa. Pelan-pelan saya lalui dan akhirnya masuk ke mulut jembatan. Masih dengan kecepatan yang stabil, saya lillahi taala saja jika harus lecet karena menyenggol tepi jembatan. Sambil menahan nafas dan jantung rasanya merosot hingga ke lutut, tantangan itu akhirnya terlewati. Setelah keluar dari jembatan rasanya lega sekali.
Walaupun ujian ini terlewati, saya tetap berjanji dalam diri bahwa jika tidak terpaksa sekali, saya tidak akan mengulangi perjalanan ini. Besok naik sepeda motor atau ajak suami saja. Hikmahnya, kembali kepada ketakutan berlebihan itu tadi. Bahwa semenakutkan apa pun, kita tidak akan pernah tahu jika tidak kita hadapi. Jadi, jangan lari. Hadapi saja. Akan tetapi, jika masih bisa memilih untuk tidak bertemu ketakutan itu, ya saya pilih untuk tidak bertemu, hehehe…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semuanya harus dicoba dulu ya Bu Yuniar. Akhirnya bisa, berkat usaha dan doa. Roda 2 dan roda 4 sudah bisa. Alhamdulillah itu. Ambo malah tidak berani lagi sekarang roda 4. Hanya roda 2 saja Bu Yuniar. Yaa, karena takut itu tadi. Sampai SIM A nya tidak digunakan sama sekali. Dan sekarang sudah kadaluarsa. Sukses selalu Bu Yuniar. Artikelnya memotivasi. Salam literasi.
Wah sayang padahal, Bu. Ayo Bu mulai lagi. Semangat...
Ulasan yang menginspirasi bu... Sukses selalu
Terima kasih, Bu. salam sukses kembali.
Ulasan nan memotivasi, tapi kadang ketakutan lebih besar dari yang sebenarnya. apa salahnya dihadapi, he he he. Sehat dan sukses selalu bucantik
Iya, betul Bu. kadang kita takut bayangan dulu. Padahal aslinya ya biasa saja. Salam sehat dan sukses kembali, Bu.
keren bu, sukses selalu
Terima kasih, bu. Salam sukses kembali.
Luar biasa keren ulasannya, sukses selalu untuk Ibu
Terima kasih Bapak. Salam sukses kembali.
Keren, Bu ulasannya. Jangan takut sebelum dicoba ya, Bu. Sehat dan sukses selalu, Bu.
Iya betul. Berani tapi tentu dengan perhitungan. salam sehat dan sukse kembali, Bu.
Ulasan yang keren ibu cantik... Mantap dan menarik... Salam santun dan sukses selalu buat ibu hebat
Terima kasih Bu Trisna. Salam sukses kembali.
Keren bu. Sukses selalu dan salam lierasi.
Terima kasih Pak Rusman. Salam sukses kembali.
Keren ulasannya.bu...salam sukses selalu
Terima kasih Bundaku. Salam sukses kembali.
Ha ha ha keren Bu.. sama bu, saya juga seperti itu. Meski sudah lewat, kalau takut tidak akan melakukannya lagi. Maaf baru bisa berkunjung kembali. Salam sukses selalu ya Bu Yuniar
Yang pertama dihadapi karena terpaksa. Besok lagi nggak mau diulangi, hehehe... Salam sukses kembali Ibu.
Menaklukan ketakutan pada diri sejatinya kemenangan yang hakiki. Semangat Bu Yuniar.
Iya betul sekali, Bu Sri. Semoga kita bisa. Siap semangat.
Bener banget, Bu. Ketakutan harus dihadapi, selama itu wajar. Tapi kalu takut berlebihan, tak perlu dipaksakan. Karena kan berakibat trauma ... Salam sukses, Ibu.
Betul sekali, Bu. Saya sepakat. Berani pun harus dengan perhitungan, hehehe... Salam sukses kembali, Bu. Cicik.
Cakep tulisannya Bunda, salam sukses selalu
Terima kasih Pak Cahyo. Salam sukses kembali.
Ulasan yang inspiratif sekali
Terima kasih Bu Setia.
kadang sesuatu itu menjadi menakutkan justru karena ketakutan kita sendiri.. I like and agre It.
Iya, Pak. Aslinya nggak begitu menakutkan, hehehe...
Keren Bun, saya juga pilih tidal bertemu ketakutan....sukses selalu
Kalau tak ada tidak dicari. Kalau ketemu tidak lari, hehehe... Salam sukses kembali, Bu.
WowwSuper bunda....
Mantab inspiratif banget tulisannya bu. Salam sukses selalu
Terima kasih sekali, Pak. Salam sukses kembali.
Ulasan menarik dan isnpiratif..sukses bun
Terima kasih Bu Lia. salam sukses kembali.
Cerita yang menginspirasi. Selalu untuk berani. Mantap mbak. sukses selalu.
Kalau saya cenderung bonek alias bondo nekad atau modal nekad, hehehe... Salam sukses kembali.
Ulasan yang menginspirasi bunda. Sukses slalu
Terima kasih Bu Sitti. Salam sukses kembali.
Ulasannya mantab mencerahkan bu, semoga senantiasa sehat dan salam sukses selalu
Terima kasih Pak Rony. Salam sehat dan sukses kembali.
Mantap bu ulasannya.... sukses selalu
Terima kasih, Bu. Salam sukses kembali.