Tegar (3)
#tantanganharike288
#tantangangurusiana
--
Elia berkemas untuk berangkat mengajar. Barang-barangnya dititipkan di tempat Hesti terlebih dahulu. Sepulang mengajar akan diambilnya untuk segera menuju ke rumah ibunya. Walaupun Elia menolak, tetapi Hesti dengan senang hati telah menyiapkan sarapan untuk sahabatnya yang sedang hamil itu. Padahal Elia berniat sarapan di tempat Bu Jum, ibu kantin di sekolahnya.
Selesai berkemas dan sarapan Elia segera berangkat. Jarak guest house ke sekolahnya tidak jauh. Dia cukup naik angkutan kota yang lewat di depan guest house lalu sekitar lima menit telah sampai di sekolahnya. Berangkat sekolah sebenarnya juga merupakan hal yang berat untuk Elia saat ini. Dia harus benar-benar menguatkan diri. Semenjak Faiz menolak anaknya, suasana di ruang guru terbelah. Sebagian berada di kubu Mbak Indah, kakak iparnya yang tentu membela adik tersayangnya. Sebagian yang lain, teman-teman guru yang cukup dekat dengannya tentu memihak Elia. Lagipula mereka tahu persis bagaimana Elia.
Sampai di sekolah, Elia menghela nafas panjang. Dia harus siap menghadapi apapun. Setiap hari ada saja komentar dan sindiran yang diterimanya dari beberapa kawan yang tidak paham permasalahan. Setiap hari pula dia harus menguatkan diri. Meskipun demikian dia tidak sekuat itu. Beberapa kali dahulu di awal-awal kehamilan dia harus bedrest di Rumah Sakit. Elia beruntung karena bayinya cukup kuat. Hal itu pun menjadi salah satu yang dipermasalahkan.
“Kalau hamil muda, kondisi seperti itu biasanya sih keguguran. Mungkin memang hamilnya sudah cukup lama,” kata Mbak Indah waktu itu.
Elia hanya mengelus dada dan menguatkan diri mendengar kalimat itu dari salah seorang kawannya yang mendengar bisik-bisik itu di ruang guru. Hanya iman yang tersisa serta dukungan kawan-kawannya dia bisa bertahan. Juga keinginannya untuk mempertahankan bayi itu agar dia bisa dilahirkan dan membuktikan lagi pada ayahnya bahwa itu adalah anaknya. Entah bagaimana pun hasilnya nanti.
“Bu El, ke sini,” panggil Bu Kris.
Elia menengok dan segera menuju ke ruang BK. Di ruang itulah akhir-akhir ini Elia banyak menghabiskan waktu saat tidak mengajar. Guru BK yang ada di ruang yang nyaman itu adalah Bu Kris, koordinator BK, dan Bu Leni serta Pak Man. Beliau bertiga termasuk kawan-kawan yang banyak memberikan dukungan dan motivasi padanya.
“Ada jam pertama tidak?” tanya Bu Kris setelah Elia sampai dan duduk di kursi empuk yang ada di sana.
“Hari ini cuma ngajar empat jam. Nanti jam 3-4 dan 5-6. Kenapa?”
“Ya sudah duduk di sini saja dulu. Ruang guru lagi heboh,” jawab Bu Leni.
“Mbak Indah sudah datang?” tebak Elia.
“Seratus,” kata Bu Kris.
Elia menghela nafas panjang. Jadi berita kepergiannya dari rumah sudah sampai di sini bahkan sebelum dia tiba.
“Saya ini kok kayak selebritis saja,” canda Elia getir.
Bu Leni hanya mengelus-elus punggungnya. Elia merasa hatinya nyaman mendapati dukungan seperti itu. Pikirannya melayang pada peristiwa kemarin yang membuat dia akhirnya harus meninggalkan rumah itu.
Faiz benar-benar gelap mata. Pembelaan paling logis dari Elia tentang keperawanannya di awal kehamilannya dahulu, juga hasil pemeriksaan USG di dokter kandungan yang memberikan hasil akurat tentang usia kehamilannya, tidak membuat dia berubah pikiran. Dia juga berhasil mempengaruhi Ayah dan Ibu Mertuanya serta Mbak Indah dan Dik Hilmi sehingga mereka meragukannya. Hal yang lucu terjadi ketika hanya Gendis, adik Faiz yang paling kecil dan baru kelas satu SMA yang percaya padanya.
Aroma permusuhan dan ketidaksukaan sangat dirasakan Elia di rumah tempat tinggal mereka. Faiz memang belum membawanya tinggal di rumah sendiri. Padahal dahulu Elia pasti akan merasa senang tinggal terpisah walau baru mampu mengontrak rumah. Tetapi Faiz sepertinya memang tidak berniat seperti itu hingga saat dia mulai hamil. Mbak Indah yang rumahnya bersebelahan dengan rumah besar itu hampir setiap hari selalu berkunjung ke sana. Akan tetapi dia telah berubah tidak seperti Mbak Indah yang dahulu.
Setelah bertahan selama tujuh bulan dalam suasana panas, sepertinya Elia sudah habis kesabaran. Kemarin baru saja dia mendengar bahwa kasak kusuk tentang dirinya bahkan sudah sampai ke telinga bapak-bapak guru di sekolahnya yang biasanya tidak peduli pada gosip-gosip. Yang membuat Elia murka adalah ketika mendengar cerita kamar tidur pun dibahas juga. Sungguh sangat tidak pantas.
Sampai di rumah Elia marah besar pada Faiz dan mereka bertengkar hingga akhirnya Faiz menyuruhnya pergi. Elia yang merasa sudah terluka harga dirinya tentu saja memutuskan untuk pergi dengan senang hati. Entah apakah dia bisa memaafkan suaminya itu.
“Tadi malam Bu Elia langsung pulang ke tempat Ibu?” tanya Bu Kris.
“Tidak, Bu. Saya menginap di tempat teman. Rencana baru nanti siang saya ke rumah Ibu,” jawab Elia disambut anggukan Bu Kris dan Bu Leni.
“Nanti kuantar po, Bu?” tawar bu Leni.
“Jangan Bu Leni. Nanti ibunya Bu El malah jadi kepikiran,” potong Bu Kris.
“Terima kasih, Bu Leni. Tapi Bu Kris benar. Saya mungkin belum akan cerita pada Ibu.”
“Iya. Harus hati-hati cerita pada Ibu besok Bu El,” sambut Bu Kris lagi.
Elia mengangguk. Dia rasanya sudah hilang sedihnya. Apakah dia sudah mati rasa karena tikaman bertubi-tubi ini, dia tidak tahu. Sesaat kemudian dia pamit pada Bu Kris dan Bu Leni untuk salat Duha sambil menunggu waktu mengajarnya tiba. Dia ingin mengadu lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang penuh perjuangan, lanjut Bu Yuniar. Mantap, salam literasi
Terima kasih Pak. Salam literasi kembali.
Perjuangan yang luar biasa.. Semoga buk Elia baik-baik saja... Sukses selalu
Insyaallah. Backgroundnya kuat Pak, hehehe... Salam literasi kembali.
Ketabahan dan perjuangan wanita. Mantap ceritanya Bu Yuniar. Pernikahan tak selalu berjalan mulus. Semoga Faiz sadar akan khilafnya. Salam literasi .
Betul Bu. Tidak semua wanita beruntung. Salam literasi kembali.
Sip, lanjutkan Bu. Mantap.
Siap Pak. Terima kasih apresiasinya.
Lanjut bu... Sukses selalu
Siap Bu. Salam literasi kembali.
Kisah yang sangat menarik.Sukses selalu buat ibu
Terima kasih apresiasinya Pak. Salam sukses kembali.
Semoga tetap tegar. Keren Bunda. Mohon izin untuk follow, Bunda
Insyaallah Elia kuat Bu. Terima kasih apresiasinya. Sudah difollow kembali Bu...
Perjuangan mu belum selesai Ellia. sehat dan sukses selalu bucantik
Betul Bunda. Salam sukses kembali...
keren ceritanya bun, salam sukses selalu
Terima kasih Bunda. Salam sukses kembali.
erita yang menarik. Kasian sedang hamil malah dijahatin. Sukses selalu Bun
Ujiannya Elia Bu. Salam sukses kembali...
Keren sekali ceritanya Bu Yuniar. Sukses selalu dan salam literasi
Terima kasih Bapak. Siap lanjut. Salam sukses kembali.
Kisah yg menarik. Ketabahan seorang perempuan yg harus mempertahankan bnyk hal. Itulah hebatnya perempuan. Keren Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.
Betul sekali Bunda. Salam sukses kembali.
Membaca cerita Bu Yun saja ikut nyeseg rasanya, apalagi pelakunya. Yang dialami tokoh utama sangat berat, pasti ia perempuan kuat dan tegar. Sesuai judulnya. Mantap Bu.
Semoga tetap kuat dan tegar... Kisah haru dan sangat menarik.. Keren ibu cantik... Salma santun dan sukses buat ibu yang hebat
Aamiin... Terima kasih apresiasinya Bu. Salam sukses kembali.
Ceritanya mantap. Kisah yang menarik. Sukses Bu
Terima kasih apresiasinya. Salam sukses kembali.
Kisah yang sangat menarik.Sukses selalu bunda
Terima kasih Bunda Rosita. Salam sukses kembali.
Kasian sedang hamil malah byk yg jahatin. Sukses selalu bunda Yuniar
Semoga Elia tetap tegar. Terima kasih Bu. Salam sukses kembali.
Ceritanya sungguh menarik sekali ibu. mantab.
Terima kasih apresiasinya Pak...
Keren ceritanya Bund. Salam sukses selalu
Terima kasih Bunda. Salam sukses kembali.
Ceritanya keren Bu..ditunggu kelanjutannya..salam sukses selalu
Barakallah. Siap dilanjut Bun. Salam sukses kembali.
Duh sedihnya jika kita bertemu suatu perlakuan yang tak enak ya bun
Sangat tidak nyaman, Bu. Pengen lari saja rasanya...
Ceritanya menginspirasi sekali bu. Maaf, sudah lama tidak berkunjung. Salam sukses selalu ya
Terima kasih Ibu. Iya ini, saya kangen deh. Salam sukses kembali, Bu.
Kisah yg apik,Bu. Semoga Eli tetep kuat dan tabah. Lanjutt... Salam sukses
Insyaallah selalu tegar Bu, hehehe... Siap lanjutkan. Salam sukses kembali.
Mantap Bunda ceritanya asyik
Terima kasih apresiasinya Bunda.
Ceritanya menarik bunda,,semoga dia tetap tegar..salam sukses selalu
Insyaallah Elia selalu tegar. Salam sukses kembali, Bu.
Cerita yg semakin seru. Ditunggu lanjutannya ya Bun. Semoga sehat dan sukses selalu
Terima kasih apresiasinya, Bunda. Insyaallah semakin semangat. Salam sukses kembali.
Cerita menarik... Kutunggu selanjutnya.. Salam sukses bun
Terima kasih apresiasinya Bu Lia. Salam sukses kembali.
Ceritanya keren bunda. Lanjutkan, sukses slalu
Barakallah, Bu. Siap lanjutkan.