Tegar (6)
#tantanganharike291
#tantangangurusiana
--
Selepas Maghrib, seperti biasanya Ibu, Elia, dan Emma langsung mengaji hingga Isya. Kebiasan itu sudah mereka jalani semenjak anak-anak masih kecil. Ikatan dalam keluarga kecil itu terjalin dalam suasana religious yang membentuk jiwa Elia dan Emma menjadi orang-orang yang tangguh seperti Ibu mereka.
Ketika sudah masuk Isya, mereka segera salat berjamaah kembali. Selesai salat, biasanya mereka beristirahat sejenak untuk kemudian bersantap malam bersama. Akan tetapi selepas Isya ini, Ibu dan Emma terlihat tidak bergegas. Mereka berdua tetap berada di musholla membuat Elia merasa sungkan untuk mendahului.
Sebenarnya semenjak sore Elia merasa Ibu dan Emma sedikit lebih pendiam. Mereka berbicara seperlunya dan hanya menjawab yang Elia tanyakan. Suasana agak sepi dan tegang.
“Elia kapan mau cerita pada Ibu?’ tanya Ibu tiba-tiba ketika Elia sedang melipat mukena.
Elia terkesiap. Jadi, Ibu sudah merasa ada yang tidak beres. Jantung Elia berdegup kencang. Apakah sekarang saat yang tepat untuk bercerita?
“Setiap hari Elia juga cerita sama Ibu, kan?” elak Elia dengan suara berusaha terlihat ceria.
“Aku tadi ketemu Mas Faiz, Mbak,” potong Emma.
“Eh?” Elia bertanya dengan kaget.
“Pas jemput Mbak tadi aku liat dia keluar dari sekolah. Kupikir dia akan menjemput. Tapi dia tidak keluar bersama Mbak. Ketika aku memanggilnya, dia hanya menengok sekilas lalu bergegas pergi.”
“Dia tidak akan begitu jika tidak ada yang tidak beres, Nak,” sambung Ibu.
Elia memandang Ibu dengan sedih. Tiba-tiba dia tidak bisa menahan air matanya. Elia menangis. Kesedihannya seolah tertumpah. Dia merasa sangat bersalah pada Ibu dan adiknya karena tidak bercerita sejak awal. Akan tetapi dia lebih sedih membayangkan apa yang akan disampaikannya pada Ibu. Emma beranjak dan segera memeluk kakaknya. Dia tidak berkata apa-apa, tetapi dia ikut berurai air mata. Tak tega melihat kakaknya menangis begitu sedih.
“Kamu nggak usah cerita kalau itu membuat kamu sedih,” kata Ibu yang juga sudah mulai tersedu.
“Saya hanya tidak ingin membuat Ibu dan Emma bersedih, Bu,” jawab Elia beberapa saat kemudian.
“Tetapi Mbak menanggung semuanya sendiri,” kata Emma.
“Sudahlah, Ma. Biarkan kakakmu,” kata Ibu.
“Tidak, Bu. Mungkin sekarang saya memang harus matur sama Ibu,” jawab Elia sambil menggenggam tangan Ibu.
Ibu mengelus tangannya. Emma memberikan pelukan lagi untuk menguatkan. Mereka berdua tidak mendesak. Mereka hanya menunggu Elia mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan masalahnya.
“Ibu dan Emma percaya pada Elia, kan?” tanya Elia memulai ceritanya.
“Tentu, Nak,” jawab Ibu.
Mendengar jawaban Ibu, Elia mulai mantab untu menceritakan semuanya. Bercerita tentang ketidakpercayaan Faiz padanya dan juga perlakuan buruk yang diterimanya dari Faiz dan keluarganya. Semua diceritakan dengan hati-hati agar Ibu tidak terlalu terpukul. Tentu saja Emma yang langsung emosi.
“Kurang ajar betul Faiz ini. Tahu begitu, tadi siang ketemu langsung ku-KO dia,” kata Emma yang jago karate itu berapi-api.
Tangan keriput Ibu terasa bergetar dalam genggaman Elia. Ibu menahan amarah dan kesedihan sekaligus walau tidak diungkapkan. Elia sungguh-sungguh merasa bersalah. Elia segera memeluk Ibu yang masih menangis tanpa suara.
“Maafkan Elia, Bu. Sungguh Elia mohon maaf,” kata Elia.
Jika tidak terhalang perutnya, Elia sungguh ingin bersimpuh di depan Ibu. Akhirnya mereka bertiga hanya saling berpelukan saling menguatkan.
--
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Berhasil, Bu Yuniar. Cerpennya bekerja sesuai asa. Yours works. Membuat pembacanya hanyut sampai jauuuh. Sehat selalu dan salam literasi
Barakallah, Pak. Masih terus belajar dari para senior. Salam sehat dan salam literasi kembali, pak.
Kasihan Elia, penuh derita di kehamilannya. Semoga Elia tabah. Alhamdulillah ada ibu dan adiknya yang kini siaga. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.
Ujian untuk Elia, Bu. Insyaallah akan ada kisah indah pada saat yang tepat untuknya. Salam sukses kembali Bu Zulfa.
Ikut sedih dengan ceritanya....next bu
Saya itu nulisnya kemarin juga sambil mrebes mili, Bu. Betapa kesedihan anak sungguh melukai orang tuanya. Terima kasih apresiasinya, Bu...
Saya itu nulisnya kemarin juga sambil mrebes mili, Bu. Betapa kesedihan anak sungguh melukai orang tuanya. Terima kasih apresiasinya, Bu...
Turut merasakan kesedihan ibunya Elia. Orang tua pasti lebih sedih lagi melihat kesedihan putranya. Mantap, Bun. Lanjuut
Betul sekali Bunda. Bisa dua kali lipat sedih yang dirasakan putranya. Terima kasih apresiasinya. Siap lanjutkan Bunda...
Terharu bacanya Bucantik, sehat dan sukses selalu
Terima kasih apresiasinya, Bu Elvina. Salam sehat dan sukses kembali.
Terharu bacanya Bucantik, sehat dan sukses selalu
Terharu bacanya Bucantik, sehat dan sukses selalu
Kisah yang indah dan menawan hati .. sukses slu sayang .. ijin follow ya
Terima kasih apresiasinya, Bunda. Salam sukses kembali. Siap saya follow juga Bunda...
jadi baper bund ... sukses selalu ya bun
Baper bareng ya, Bu. Saya ditemani bapernya, hihihi... Salam sukses kembali.
Ikutan sedih jadinya, ditunggu kelanjutannya, keren Bu, sukses selalu untuk Ibu
Terima kasih apresiasinya Bapak. Semakin semangat untuk lanjutannya. salam sukses kembali.
Semoga happy ending kisahnya. Keren ceritanya, Bu. Sehat dan sukses selalu...
Insyaallah saya lebih suka happy ending, Bu. Waduh, saya jadi spoiler ini, hihihi... salam sukses kembali, Bu Yuria...
Semoga Elia mendapat jalan keluar yang baik dari masalah yang sedang dihadapinya. Keren Bunda. Sukses selalu
Insyaallah Elia selalu tegar Bu. Selalu ada kemudahan di balik setiap kesulitan. Salam sukses kembali...
keren cerpennya Bu, ditunggu lanjutannya
Terima kasih apresiasinya, Bu. Siap lanjutkan...
Ikut terhanyut dalam cerita Bu. Semoga ada jalan terbaik untuk Ellia. Sukses dan sehat selalu
Barakallah, Bapak. Insyaallah selalu ada jalan keluar. Salam sukses dan sehat kembali...
Hmm..! Episode yg mengharu biru ini. Semoga Elia mendapat jalan keluar yg baik dr masalah yg sdg dihadapinya. Keren Bunda.
Saya juga mrebes mili waktu nulisnya, Bu, hihihi... Insyaallah ada jalan keluar Bu. Terima kasih apresiasinya...
Hiks, akhirnya tertumpah juga air mata yang ditahan beberapa hari. Ceritanya sungguh mengaduk emosi. Keren menewen. Lanjut Bu.
Temani saya mrebes mili Bu Umi, hihihi...
Kasihan Ela... Ikut sedih bacanya... Semoga semua akan baik-baik saja... Keren ibu sayang... Salam santun dan sukses buat ibu cantik
Insyaallah Elia selalu tegar. Dia sudah bersama Ibu dan adik yang selalu mendukungnya. Terima kasih apresiasinya Bunda. salam sukses kembali.
Insyaallah Elia selalu tegar. Dia sudah bersama Ibu dan adik yang selalu mendukungnya. Terima kasih apresiasinya Bunda. salam sukses kembali.
Bagus mba..lanjut,..
Terima kasih apresiasinya. Siap lanjutkan...
Kisahnya sedih ...sukses selalu..
Iya ini. saya juga nulisnya sambil mrebes mili, Bu, hihihi...
Selalu ditunggu cerita selanjutnya ya bu. Sukses selalu buat ibu dan salam literasi
Siap lanjutkan Pak. Salam sukses kembali dan salam sehat untuk Pak Rusman sekeluarga...
Kasian Elia...Keren ceritanya Bu ..salam sukses selalu
Terima kasih apresiasinya, Bu. Salam sukses kembali.
Mantap ceritanya Bu Yuniar. Lanjut
Terima kasih apresiasinya Bu. Siap lanjutkan...
Ya Allah sedih banget ceritanya. Terharu bacanya kebayang pas lagi hamil. Keren bunda ceritanya
Ujian untuk Elia, Bu. Terima kasih apresiasinya.
Sedihnya Ibu Elia ya. Semoga happy ending.Sukses selalu ya Bu. Salam.
Kesedihannya bisa dua kali lipat sedihnya Elia. Salam sukses kembali, Bu Anni...
Terbawa kisah Ellia bunda...ditunggu lanjutannya...Sukses selalu bunda Yuniar..barokalloh
Barakallah. Terima kasih Bu Yuni. Salam sukses kembali...