Tegar (7)
#tantanganharike292
#tantangangurusiana
--
Sore selepas Ashar, Ibu pergi diantar oleh Emma. Elia tidak tahu Ibu pergi kemana. Hanya mengatakan ingin diantar ke rumah teman. Akan tetapi hingga menjelang Isya, mereka berdua belum pulang juga. Elia agak sedikit khawatir. Berkali-kali dia menghubungi nomor Emma. Akan tetapi hanya pesan tidak terbaca dan panggilan tidak terjawab yang diperolehnya.
Setelah salat Isya, Elia mempersiapkan makan malam di dapur. Dia hanya memanaskan sayur dan lauk serta menyiapkan minuman hangat. Elia menunggu hingga Ibu dan Emma datang untuk makan malam bersama.
Tak lama kemudian terdengar suara motor Emma memasuki halaman rumah. Emma terdengar langsung memasukkan motornya lewat pintu samping yang tidak dikunci. Elia bergegas membukakan pintu untuk Ibu.
“Darimana, sih, Bu? Kok sampai malam,” tanya Elia.
“Duh, bukannya salam langsung sibuk tanya-tanya,” jawab Ibu sambil tersenyum.
Elia ikut tersenyum malu. Lalu dia salam dan mencium tangan Ibu. Ibu segera menuju kamar mandi bersih-bersih dan berwudhu. Emma juga. Sepertinya Ibu dan Emma belum salat Isya. Elia masih harus bersabar menahan rasa ingin tahunya.
Ibu dan Emma juga Elia segera bersantap malam bersama setelah selesai salat Isya. Mereka bercakap-cakap dengan seru. Ibu dan Emma terlihat ceria. Akan tetapi mereka berdua sama sekali tidak menyinggung cerita kepergian mereka baru saja ini. Elia juga tidak bertanya-tanya lagi.
Selesai makan malam biasanya mereka memiliki aktivitas sendiri-sendiri. Ibu jika tidak menonton sinetron di televisi, ya sibuk memperbaiki baju-baju yang sedikit sobek atau sibuk apa di depan mesin jahit kesayangannya. Emma biasanya mengerjakan tugas kampus. Sementara Elia jika tidak ada pekerjaan koreksi tau menyiapkan materi, dia akan menemani Ibu. Setelah Elia bercerita pada Ibu dan Emma, memang mereka kembali menjalani rutinitas seperti waktu Elia belum menikah. Hanya bedanya sekarang Elia sedang mengandung.
“Kamu kapan mengajukan cuti, Nduk?” tanya Ibu pada Elia yang menemaninya sambil membaca di dekat mesin jahit.
“Insyaallah pekan ini saya urus, Bu. Pekan depan saya mulai cuti. Sudah masuk bulan ke Sembilan. Sudah agak kepayahan juga. Kata kawan-kawan wis ora negeli,” kata Elia sambil tertawa kecil.
“Tuh, makanya jangan durhaka sama Ibu. Dulu Ibu juga pas mengandung kita kayak gitu,” sambar Emma yang tiba-tiba sudah ikut nimbrung di ruang tengah itu.
“Halah, sok tahu,” jawab Elia sambil tertawa.
“Ya tahulah. Kan tiap hari lihat Mbak El.”
Ibu ikut tertawa mndengar candaan kedua putrinya. Kemudian beliau meletakkan pekerjaannya dan mendekati mereka berdua.
“El, Ibu mau cerita sama kamu,” kata Ibu kemudian.
“Iya, Bu. Kasihan Mbak El penasaran sampai nggak bisa tidur itu,” lanjut Emma.
Elia nyengir. Dia memang penasaran. Akan tetapi dia tidak ingin mengejar Ibu dengan pertanyaan-pertanyaan. Biar Ibu cerita sendiri.
“Kami tadi sore dari rumah Faiz,” kata Ibu.
“Eh?” Elia kaget mendengar perkataan Ibu.
“Ya. Maafkan Ibu tidak bilang dulu padamu.”
“Ibu mau apa ke sana? Saya takut Ibu malah tambah sedih,” jawab Elia gusar.
“Nggak apa-apa, Mbak El. Ibu datang dan pulang dengan gagah,” Emma menyahut.
“Maksudnya?”
“Ibu datang ke sana hanya ingin bilang bahwa Ibu membesarkanmu untuk menjadi anak yang jujur dan Ibu percaya padamu. Ibu lalu memintamu kembali. Dulu kamu diminta baik-baik, seharusnya juga dikembalikan baik-baik. Ibu ingin bertemu Faiz dan ingin dia mengembalikanmu dengan baik, walau pun faktanya dia begitu keji membiarkanmu pergi sendiri malam-malam,” jelas Ibu.
“Lalu, apa kata Faiz?”
“Dia nggak berani keluar, Mbak. Aku tahu dia ada. Tapi dia bersembunyi, dasar pengecut. Aku yakin dia takut kalau aku menghajarnya.” Emma yang menjawab.
Elia tertawa. Dia membayangkan Emma menghajar Faiz. Sejak kecil Emma memang tomboy dan pemberani. Dulu ketika masih SD Emma pernah pindah sekolah karena dikeluarkan. Dia menghajar anak laki-laki yang lebih besar yang nakal pada kawan-kawan perempuannya. Walaupun Emma menjadi pahlawan, tetapi dia tetap bersalah.
“Ibu bertemu dengan keluarga besar mereka. Ada Pakdhe dan Pakliknya juga selain Ayah dan Ibu Faiz. Indah juga ada,” lanjut Ibu.
“Keluarga itu sungguh jahat, Mbak. Aku nggak bisa membayangkan Mbak El berada di sana selama tujuh bulan,” kata Emma.
“Mereka hanya melindungi harga diri Faiz, Emma. Ibaratnya Faiz itu isin mundur. Dia gengsi mengakui kesalahannya. Bahkan bukti yang diberikan Elia sama sekali tidak merubah pikirannya. Akan tetapi dia justru semakin menyakiti Elia justru untuk menyembunyikan rasa malunya.”
“Bagaimana dengan Pakdhe dan Paklik?”
“Justru mereka yang meminta maaf atas kelakuan Faiz. Ibu Faiz agak lumayan mau mengakui kesalahan. Tetapi Indah dan Ayahnya masih terus membela Faiz,” jawab Ibu.
“Apakah mereka mengatakan hal buruk pada Ibu?”
“Tidak, Mbak. Mereka hanya sibuk mencari pembenaran. Malah jadi lucu kedengarannya.”
“Yang jelas, Ibu senang kamu sekarang ada di sini, Nduk,” kata Ibu.
“Ya, Mbak. Kami akan selalu mendampingimu hingga saat Mbak mencampakkan Faiz nanti di pengadilan,” sambut Emma emosional.
“Hush, bagaimana pun dia bapak dari cucu Ibu.”
Emma dan Elia terdiam mendengar kalimat Ibu. Ibu benar, seburuk apa pun Faiz, dia adalah bapak dari anak Elia.
--
wis ora negeli: membuat orang tidak tega
isin mundur: gengsi untuk mundur
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wanita super. Salam literasi.
Dalam keadaan kepepet, biasanya kekuatan tersembunyinya muncul, Pak, hehehe... Terima kasih apresiasinya, Pak.
Enaknya diapain ya Faiz.. Jadi ikutan naik darah nih gue,,, Semoga kelanjutannya ada aksi heroik Faiz minta maaf... hehe.. Sukses selalu
Sepertinya Fiaz masih enggan minta maaf, Pak, hehehe... Salam sukses kembali.
Faiz pengecut ya Bu Yuniar. Tidak bertanggung jawab. Semoga Elia bahagia dengan keputusannya. Ditunggu kelanjutan kisah tegarnya hati wanita. Mantap dan penuh hikmah. Salam sukses selalu.
Ya, Bu. menikah dulu juga cuma karena manut pada kakaknya. Padahal hanya membuat luka bagi istrinya. Siap dilanjutkan...
Keren.. wanita memang tegar. Salam sukses n bahagia sll
Memang harus kuat dan tegar ya, Bu. Salam sukses kembali.
Menunggu lanjutannya, moga Elia sehat sampai melahirkan
Insyaallah sehat terus bersama Ibu dan adiknya, Bu. Ngambruknya sudah di awal-awal kehamilan dahulu.
Lanjut donk bu... Sukses selalu
Siap Bundaku. Salam sukses kembali...
Penasaran Bununggu kelanjutannya. Sehat dan sukses selalu
Siap Bunda. Salam sukses kembali.
semakin penasaran... lanjut bun.... salam sukses selalu
Hihihi... Terima kasih Bunda. Siap lanjutkan. Salam sukses kembali.
Faiz... Faiz, jadi ingat dengan nama murid saya, keren Bu ditunggu kelanjutannya
Semoga tidak seperti Faiz yang ini ya, Pak, hehehe... Terima kasih apresiasinya, Bapak.
Faiz betul pengecut.. Keren Bu.. Semakin menarik.. Sukses selalu Bu
Betul Bu. Pengecut yang aneh, hehehe... salam sukses kembali.
keren sekali ceritanya Bu, ditunggu lanjutannya yang makin seru
Terima kasih apresiasinya, Bu. Siap lanjutkan.
Sikap tegas dari ibunya Elia menunjukkan harga diri mereka. Biar keluarga Faiz tahu siapa mereka sebenarnya. Perempuan juga bisa tegas. Keren kisahnya, Bunda..
Iya betul Bu. Biar tidak disepelekan. Terima kasih apresiasinya, Bu.
Ternyata gengsi dan harga dirinya sangat tinggi sehingga harus ditutupi dengan berbagai alasan untuk pembenaran diri. Tapi Allah SWT pasti menunjukkan siapa yang benar dan memberi jalan yang indah dalam hidupnya. Mantap Bu. Makin keren.
Iyes, betul Bu Umi. Kita saksi hidup ya, Bu, hehehe...
Mantap Bu...Faiz pengecut.... sukses selalu salam literasi...
Sudah tahu kalau salah jadi malu sendiri, ya Bu. Salam sukses kembali...
Dasar pengecut Faiz, tak berani menemui ibu mertuanya.. Semoga dia segera tersadar jika menyia-nyiakan seorang istri, apalagi dalam keadaan hamil besar sangat tidak benar dan tidak akan selamat hidupnya... Keren ibu cantik... Makin keren dan mantap
Benar sekali Bu. Barangkali dia dikuasai oleh pikiran jahatnya sendiri. Terima ksih apresiasinya Bu...
Elia yang kuat demi buah hati tersayang.
Iyes, siap. Harus kuat.
Saya tunggu kelanjutannya ya bu. keren banget. Sukses selalu buat ibu dan salam literasi
Barakallah. Terima kasih apresiasinya Pak. Salam sukses dan salam literasi kembali...
Mantap Ibui,...lanjut lgi.Sukses selalu buat Ibu. Salam literasi.
Siap Bu Anni. salam sukses kembali...
Serasa lama menunggu kelanjutannya...semakin membuat penasaran...sukses selalu bunda Yuniar
Hihihi... Insyaallah lanjut terus, Bu. Semoga tidk bkin bosan. Salam sukses kembali.
Wah gmna tu kelanjutannya... Keren bun ceritanya
Masih ada beberapa episode Bu Lia, hehehe... Terima kasih apresiasinya...
Bikin penasaran lanjutan ceritanya bunda. Sukses slalu
Insyaallah lanjut terus, Bu. Salam sukses kembali...