Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tegar (8)

Tegar (8)

#tantanganharike293

#tantangangurusiana

--

Elia sekali lagi mematut diri di depan cermin. Dia hanya ingin terlihat rapi dan pantas pada persidangan terakhir ini. Setelah beberapa kali persidangan yang melelahkan selama beberapa bulan terakhir ini, ini adalah siding keputusan. Meskipun Elia berusaha memenuhi semua persyaratan, semua proses ini tentu tidak bisa berlangsung secepat yang dibayangkan.

“Sudah siap, Mbak El?” tanya Emma sambil menggendong Hafshah.

Hafshah, yang bermakna pemberani, sudah berusia enam bulan. Ya, bayi cantik itu adalah anak Elia. Dia sudah mandi dan didandani. Anak itu tampak semakin cantik dan menggemaskan. Tanpa harus tes DNA sekalipun, sekilas saja orang akan tahu kemiripannya dengan Faiz. Mata dan hidungnya milik ayahnya itu. Sungguh sangat mengherankan dia ditolak oleh ayahnya sendiri bahkan semenjak dia masih ada dalam kandungan.

“Sudah. Cuma sedang mengecek saja. Ibu sudah siap?”

“Ibu sampai bosan menunggu,” jawab Emma sedikit hiperbola.

Elia tertawa. Dia mendekati Emma dan mengambil Hafshah dari pelukan bibinya itu. Mereka berdua segera keluar dari kamar dan menemui Ibu.

“Ayuk, kita berangkat. Jangan sampai terlambat,” kata Ibu kemudian.

Mereka bertiga segera keluar rumah dan tak lupa Emma mengunci pintunya. Di depan rumah sudah ada Mas Kafi dan mobilnya. Karena membawa Hafshah dan juga Ibu ingin ikut, Elia sengaja menyewa mobil untuk ke Pengadilan Agama kali ini. Tak lama mobil itu segera meluncur ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan keluarga kecil itu tampak gembira. Elia sudah melupakan kesedihannya. Proses perpisahan ini sudah pasti dan Elia memang hanya menunggu waktu saja.

Masih ada cukup waktu sebelum jadwal persidangan mereka ketika mereka tiba di sana. Begitu melihat Elia bersama Hafshah, Gendis yang sudah tiba di sana segera berlari menyambut dan meminta untuk menggendong keponakannya itu. Gadis itu memang sudah sangat menyayangi bayi itu semenjak dalam kandungan. Ketika Hafshah lahir, Gendis datang sendiri menjenguk dan dia rutin datang untuk bermain bersama anak itu. Gendis pula yang mengajak Ayah, Ibu, dan kakaknya, Indah, untuk mengunjungi Elia ketika melahirkan. Hasfhah akhirnya menjadi akrab dengan bibinya yang satu lagi itu selain dengan Emma.

Di belakang Gendis, Indah dan Ayah-Ibu Faiz menyusul. Tak lama mereka berempat sudah berebut menggendong bayi lucu itu. Hafshah yang cantik dan menggemaskan itu tentu saja mudah merebut hati orang-orang dewasa di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, keluarga Faiz sebenarnya sudah mulai menyadari kesalahan mereka. Apalagi melihat wajah Hafshah yang sangat mirip dengan ayahnya. Rasa cinta dan sayang juga tumbuh di hati mereka. Akan tetapi mereka sudah tidak mampu meluluhkan kekerasan hati Faiz untuk berpisah dengan Elia.

Sungguh pemandangan yang lucu melihat kedua keluarga yang harus terpisah itu sangat akur. Kehadiran Hafshah sebenarnya sudah mengikis semua rasa sakit dan benci yang dulu sempat ada. Elia sudah tidak ada masalah dengan Indah di kantor. Mereka berdua masih tetap bisa menjadi saudara walaupun sudah tidak dalam ikatan.

“Mbak …,” kata Emma sambil menjawil Elia yang sedang asyik mengobrol dengan pengacaranya.

Elia menengok ke arah yang ditunjuk Emma. Tiba-tiba dia merasa khawatir. Ibunya Faiz menggendong Hafshah mendekati Faiz. Elia khawatir jika Faiz menolak bayi itu. Meskipun masih bayi, bisa saja itu terekam dalam memori kuatnya dan membuatnya trauma.

Benar saja. Ibu Faiz terlihat menyuruh Faiz menggendong Hafshah. Dan seperti yang diduga, Faiz terlihat enggan. Meskipun Ibunya mendorong-dorong, Faiz menolaknya. Bahkan dia tampak tidak mau menatap wajah bayi kecil itu. Elia bergegas mendekat.

“Bu, sepertinya sudah jamnya Hafshah untuk minum ASI,” kata Elia setelah dekat.

“Oya? Wah, ayo sayang, ikut Mamah dulu ya? Nanti kalau sudah selesai gendong Uti lagi, ya,” jawab ibu mertuanya itu sambil menyerahkan Hafshah.

Elia menggendong Hafshah kembali sambil tersenyum. Dia permisi menjauh sambil masih menunggu sidang dimulai. Tak lama saat yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Elia dan Faiz memasuki ruang sidang.

Sidang yang agedanya pembacaan hasil berlangsung singkat saja. Akhirnya Elia dan Faiz resmi berpisah. Elia sangat bersyukur semua proses yang panjang ini sudah berakhir. Dia beruntung atasannya sangat membantunya memperlancar semua urusannya. Faiz terlihat masih menekuk wajahnya walaupun apa yang diinginkannya sudah terwujud sementara Elia yang memang tidak ada beban apa-apa hanya tersenyum.

Di luar ruangan sebelum berpisah, Elia bersalaman dengan dan berpelukan dengan keluarga mantan suaminya itu. Pipi Hafshah yang gembil diciumi oleh budhe, bibi, dan juga kakek neneknya. Mereka terlihat enggan berpisah dengan bayi cantik itu. Terakhir kalinya Elia mendekati Faiz sambil menggendong Hafshah.

“Kamu sungguh tidak mau menggendong Hafshah?” tanyanya.

“Tidak perlu,” jawab Faiz lirih nyaris tak terdengar.

“Baiklah. Tetapi apakah melihat wajahnya pun kamu juga tidak mau?”

Faiz hanya mendengus sambil menunduk. Elia menghela nafas panjang.

“Aku tidak memaksa. Aku hanya meminta tolong, tetap berikan hak atas anak ini nanti. Bagaimana pun kamu menolaknya, dia adalah anakmu,” kata Elia.

“Ya.” Jawab Faiz pendek.

“Aku sungguh tidak mengerti. Mengapa hatimu begitu beku. Aku khawatir jika Hafshah adalah satu-satunya anak yang bisa kamu miliki berapa kali pun kamu menikah nanti,” kata Elia sambil menahan marah untuk anaknya. Suaranya terdengar bergetar.

Faiz hanya terdiam mendengar kalimat Elia. Elia pun segera berlalu setelah mengatakan hal tersebut.

--

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya berpisah, pemirsa eh pembaca ding. Satu kata: Seru! Sehat selalu dan salam literasi

30 Dec
Balas

Ini gk bikin pemirsa pukul televisi, kan? Hehehe... Terima kasih apresiasinya Pak.

31 Dec

Dengan kalimat terakhir itu rasanya nanti Faiz akan menyesal dengan keputusannya Bu Yuniar. Laki-laki terkadang sesalnya di akhir karena gejolak emosi yang membara. Ditunggu kelanjutannya Bu Yuniar. Sukses selalu. Salam literasi.

30 Dec
Balas

Betul sekali, Bu. Sudah lama menahan marah, akhirnya keluar juga kalimat yang menakutkan itu. Terima kasih apresiasinya Bu Zulfa...

30 Dec

Kalimat perpisahan yang menjadi kutukan buat Faiz? Kita lihat kelanjutannya hehe...

30 Dec
Balas

Sepertinya begitu, Bu, hehehe...

31 Dec

Keren, Bu. Saya follow ya....

31 Dec
Balas

Mangga silakan. Saya sudah follow Ibu juga.

31 Dec

Kisah yang sarat pesan moral...sukses selalu bu

30 Dec
Balas

Terima kasih Bu. Sslam sukses kembali.

31 Dec

Trenyuh baca ceritanya, sukses Bun, ditunggu kisah lanjutannya.

30 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bu. Salam sukses kembali.

31 Dec

Kisah kehidupan yang mengharu biru bunda. Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal TEGARTerimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS

31 Dec
Balas

Siap Pak.

31 Dec

Bagaimana kata2 elia benar nanti ya. Keren. sehat dan sukses selalu

31 Dec
Balas

Ngeri, Bu, hehehe... Salam sukses kembali.

31 Dec

keren ceritanya, lanjut bun ... salam sukses selalu

31 Dec
Balas

Terima kasih Bunda. salam sukses kembali.

01 Jan

Faiz akan menyesal suatu masa nanti. Sukses ya Bu

31 Dec
Balas

Semua ada balasannya, Bu. Salam sukses kembali.

01 Jan

Semakin keren Bu ceritanya, sukses untuk Ibu

31 Dec
Balas

Terima kasih, Pak. Salam sukses kembali.

01 Jan

Akhirnya keputusan final Elia dan Faiz berpisah.. Tapu bagaimana nanti nasib Hafshah? Semakin menarik, Bu. Sukses selalu Bu

30 Dec
Balas

Iya, Bu. Sudah nggak bisa diutik-utik, hehehe...

30 Dec

makin seru ceritanya Bu, ditunggu lanjutannya....

31 Dec
Balas

Terima kasih, Bu. Siap lanjutkan.

01 Jan

Kata-kata Elia sangat menusuk hati. Itu pun klu disadari oleh Fais... Elia perempuan yg tegar. Keren Bunda.

30 Dec
Balas

Entahlah, Bu. Mungkin juga Faiz nggak paham, hehehe...

01 Jan

Kalimat bertuah...

30 Dec
Balas

Iyes, Bu.

01 Jan

Kalimat bertuah...

30 Dec
Balas

Keren Bu....luar biasa ceritanya Bu.... sukses selalu...

30 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya Bu. Salam sukses kembali.

01 Jan

Bisa jadi kata-kata itu menjadi doa. Duh sayang hati Faiz begitu keras. Keren Bu ceritanya mantap

31 Dec
Balas

Yah, sepertinya sudah beku, Bu. Terima kasih apresiasinya.

01 Jan

Ditunggu kelanjutannya

31 Dec
Balas

Siap insyaalla, Bunda...

01 Jan

Ceritanya bagus banget ibu. Sukses selalu buat ibu dan salam literasi.

31 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya Pak. salam sukses kembali.

01 Jan

Kata-kata Elia memojokkan Faiz. Pasti jleb.... rasanya. Lanjut, Bu. Salam sukses.

31 Dec
Balas

kalau faiz terasa bu, hehehe... Salam sukses kembali.

01 Jan

ceritanya keren lanjut bikin penasaran

31 Dec
Balas

Barakallah. Terima kasih apresiasinya.

01 Jan

Dengar itu Faiz....! Keren ceritanya Bu.

30 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya, Pak.

01 Jan

berpisah... wah seru inih... keren Bunda cerbungnya...

30 Dec
Balas

Terpaksa berpisah Bu. Terima kasih apresiasinya.

01 Jan

Keren pokoknya bunda...sukses selalu nggih...

31 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bu. salam sukses kembali.

01 Jan

Mantab ceritanya bu. Salam sukses selalu. Selamat tahun baru

31 Dec
Balas

Terima kasih apresiasinya, Pak. Salam sukses kembali.

01 Jan

Smakin penasaran apa yang anak terjadi dengan faiz salam sukses

31 Dec
Balas

Enaknya diapain ya, si Faiz ini, Bu? Hehehe... Salam sukses kembali.

01 Jan

Sumpah sejuta makna

30 Dec
Balas

Berat ya, Pak...

30 Dec

Keren banget ceritanya, salam sukses selalu

31 Dec
Balas

Terima kasih Bu. Salam sukses kembali.

01 Jan

Cerpen yang bagus Bu, akhirnya bercerai Ellia dan Faiz. Bagaimana kisah selanjutnya ya.. silahkan dilanjut, semangat dan sukses selalu Bu.

31 Dec
Balas

Memang sudah sulit untuk dipertahankan, Bu. Salam sukses kembali.

01 Jan

Semoga hati Fai bisa luluh juga. Sukses slalu

31 Dec
Balas

Waktu yang akan menjawabnya, Bu, hehehe... Salam sukses kembali.

01 Jan

Semoga hati Fai bisa luluh juga. Sukses slalu

31 Dec
Balas



search

New Post